"Ah, kami tidak membicarakan apa-apa. Tidak terlalu penting." Jawab Dalton yang bermaksud berahasia dengan Amanda. Tapi kemudian terpikir lagi olehnya karena nilai Sean sebenarnya cukup penting, karena jika nilai pemuda itu terus menurun, tim mereka akan kehilangan Captain dan Co-Captain di pertandingan selanjutnya.

"Well.. penting sih." Kata Dalton yang langsung mengoreksi perkataannya. Amanda tertawa ketika melihat betapa menggemaskannya wajah pemuda itu ketika sedang serius.

"Apakah kalian membicarakanku?" Tanya gadis itu terdengar percaya diri. Kali ini Dalton merasa semakin rendah diri karena Amanda mungkin saja masih memiliki perasaan pada Sean. Tapi ketika Dalton merasakan jemari lentik Amanda menggelitik pundak dan lehernya, ia tersadar bahwa gadis ini mencoba menurunkan pertahanan diri Dalton.

"Tidak. Kami membicarakan tentang Nilai Matematika Sean yang buruk." Kata Dalton yang tidak memikirkan lebih panjang bahwa hal ini sebenarnya bersifat rahasia.

"Ia terancam tidak dapat ikut pertandingan bulan depan jika tidak bisa memperbaiki nilainya." Kata Dalton terdengar sangat lelah sambil menyampirkan tasnya ke punggungnya. Amanda mendekatkan dirinya seperti sedang menggoda pemuda itu.

Dalton berusaha keras menahan gejolak gairah yang menggedor ketika Amanda terus menggodanya dengan menyentuh pundak dan lehernya. Di luar dugaan, Amanda terlihat tidak peduli. Gadis itu bahkan terlihat kecewa ketika mendengar bahwa bukan dirinyalah yang menjadi topik pembicaraan Dalton dan Sean tadi.

Padahal sebelumnya, tadi ia sudah merasa terbang ke langit karena perkataan Nasya Lewis dan teman-teman gadisnya. Amanda tahu bahwa beberapa anak football di angkatannya bahkan di angkatan Dalton juga, pernah berkata bahwa Dalton pemuda yang bodoh.

Dalton mengabaikan dan menyia-nyiakan gadis secantik dan seseksi Amanda. Ia lebih memilih untuk menjalin hubungan sehat tanpa seks dengan gadis itu. Hanya karena ia berpegang teguh pada kepercayaannya yang berkata untuk tidak berzinah.

Pemuda itu bahkan terkadang menjadi bahan celaan bagi teman-temannya karena memilih untuk tidak melakukan seks sebelum menikah. Tapi menurut Amanda itu sangat seksi dan menggemaskan. Itu seperti satu dari seribu pria yang mau melakukannya. Apalagi seseorang setampan Dalton yang sebenarnya dapat mendapatkan siapa saja.

Terkadang Macon Hayes, yang merupakan sahabat dekat Dalton terheran akan dirinya. Dalton benar-benar bisa melewatkan godaan seorang Amanda. Tapi itulah yang membuat pemuda itu menarik. Ia memiliki prinsip yang kuat.

"Ya ampun, itu buruk. Apa yang akan ia lakukan?" Tanya Amanda yang berusaha sebisa mungkin untuk terdengar peduli. Ternyata suara gadis itu bahkan terdengar lebih prihatin daripada yang dimaksud, sehingga Dalton berusaha mengingatkan dirinya bahwa hal ini tidak berarti apa-apa.

Mungkin Amanda hanya khawatir karena hal itu akan berdampak pada tim football sekolah mereka, termasuk Dalton. Tapi kenapa gadis itu harus peduli?

"Entahlah. Ia berkata akan minta sahabat kecilnya untuk mengajarinya. Tapi sayangnya gadis itu tidak mau." Kata Dalton sambil mengangkat kedua bahunya terlihat peduli. Ia bahkan berjalan sedikit menjauh dari Amanda dan mendekat ke arah locker-locker di seberangnya.

"Kenapa?" Tanya Amanda sambil berjalan mendekati Dalton seperti anak ayam yang mengikuti induknya. Pemuda itu bahkan sedikit terkejut ketika Amanda melingkarkan kedua tangannya di lengan Dalton terlihat manja.

"Apanya yang kenapa?" Tanya Dalton yang berusaha menenangkan dirinya ketika menyadari betapa manjanya Amanda ketika merangkul lengannya.

"Kenapa ia tidak mau mengajar Sean?" Ketika melihat Dalton hanya menatap lurus ke depan, Amanda semakin jatuh hati pada anak itu. Meskipun Dalton lebih muda satu tahun daripadanya, Dalton jauh lebih dewasa dari semua pemuda yang pernah Amanda kencani.

"Karena sahabat Sean tidak ingin membuat pacarnya sakit hati." Jawab Dalton sambil menoleh ke arah Amanda dan melepaskan pelukan tangan gadis itu. Amanda mengedipkan kedua matanya terlihat sangat kecewa karena Dalton baru saja melepaskan gandengannya.

Tidak ada seorang pemuda pun yang pernah melakukan itu. Mereka selalu menyukai setiap sentuhan Amanda. Tepat ketika Amanda hendak marah, Ia merasakan tangan Dalton melingkar di pinggangnya. Wajah Amanda langsung merah karena ia sama sekali tidak berekspektasi itu dari Dalton.

Amanda hampir tidak pernah mendapatkan sentuhan dari Dalton, jadi sentuhan lembut seperti melingkarkan tangan di pinggangnya sudah membuat gadis itu salah tingkah.

Jantungnya berdebar kuat dan kebahagiaan seperti hendak meledak keluar dari tubuhnya. Padahal mereka sudah beberapa kali berciuman atau berpelukan, namun sentuhan ringan seperti itu masih membuat Amanda merasakan kupu-kupu berterbangan di perutnya.

Tapi ketika otaknya sudah berhasil mencerna perkataan Dalton dan ia sudah mengetahui bahwa mereka sedang membicarakan siapa, Amanda berhenti sejenak di tempat ia berdiri, lalu menoleh ke arah Dalton dengan wajah terkejut.

"Astaga? Aku tahu gadis itu. Pacarnya itu psikopat. Ia memukuli gadis itu, menghinanya, dan memperlakukannya dengan buruk." Ujar Amanda yang ternyata tidak dapat menahan diri dan justru mengajak Dalton bergunjing.

"Bagaimana mungkin gadis itu masih menyebut pemuda gila itu pacarnya. Kamu tahu kan kalau pemuda itulah yang membuat Travis diskors?" Tanya Amanda lagi. Dalton terkekeh ketika mendengar perkataan Amanda yang tiada henti.

"Jangan bergunjing begitu, love. Kejadian Travis itu sedikit di luar dugaan. Lagipula Travis harus mencoba mengendalikan emosinya lebih baik lagi." Kata Dalton yang selalu saja melihat semua orang dari sisi positifnya. Hal itulah yang membuat Amanda semakin jatuh cinta padanya, terutama ketika pemuda itu tidak sengaja mengatakan love.

"Lebih baik kita mendoakan sahabat Sean supaya Tuhan memberikan jalan yang terbaik untuknya dan pacarnya itu. Dan tentunya mau mengajar Sean." Lanjut Dalton yang membuat Amanda tidak dapat menahan dirinya.

Dalton mengedipkan kedua matanya beberapa kali ketika merasakan ciuman ringan di pipinya. Itu ciuman kupu-kupu, bahkan hampir tidak terasa, ia menoleh dan memandang Amanda sedikit tidak percaya. "Kenapa kamu menciumku tiba-tiba sekali?"

"Maaf. Aku hanya tidak sanggup menahannya. Kamu sangat menggemaskan." Kata Amanda yang membuat Dalton sedikit tersinggung.

"Kamu pasti tidak menganggapku serius." Kata Dalton terdengar tersinggung. Amanda pasti hanya ingin membuat Dalton diam dan tidak membicarakan Tuhan ataupun kepercayaannya. Tapi karena tidak ingin menyakiti hati Dalton, gadis itu memutuskan untuk mencium pipinya supaya Dalton berhenti berbicara karena terkejut.

"Tidak! Tidak. Kamu sangat perhatian dan baik hati. Aku jadi semakin nyaman bersamamu." Kata Amanda yang membuat Dalton memutarkan bola matanya dan terus berjalan.

Amanda hanya bersyukur bahwa Dalton masih bersedia untuk melingkarkan tangan di pinggangnya. Hal itu menunjukkan bahwa Dalton sama sekali tidak bertujuan untuk meninggalkan Amanda sendirian.

///\\\

Don't forget to vote!⭐️
And give me some comments!❤️
Happy Reading!🌈

Little Note From The Author:
Terima kasih yang sudah bersedia untuk klik cerita ini lagi ya.

Cerita ini telah diperbaharui dan semoga dapat menjadi lebih layak untuk dibaca oleh teman-teman pembaca semuanya ya.

Vote & Commentnya ditunggu ya.

You Belong With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang