Chapter 12

23.3K 802 6
                                    

Fiona berjalan gontai ke arah kelas selanjutnya sambil menggendong tas hanya di salah satu pundaknya. Gadis itu bahkan tidak berniat untuk merapikan rambutnya yang dari tadi ia garuk-garuk frustrasi atau menutupi luka di ujung bibirnya akibat pukulan Leonard.

Gadis itu mendengar beberapa orang yang berlalu-lalang membicarakannya, mungkin itu karena penampilan Fiona sekarang bukanlah yang terbaik. Para murid itu berjalan ke kelas mereka sambil  menoleh ke arah Fiona serta bergunjing pada teman di sebelah mereka.

Kelas Fiona selanjutnya adalah Kelas Kimia dan ia merasa cukup beruntung karena akan sekelas dengan salah satu sahabatnya. Setidaknya dengan kehadiran Madison Louisie, Fiona tidak terlalu merasa sendirian. Baru saja Fiona berdiri di depan kelas, beberapa murid di dalamnya sudah menoleh dan memperlihatkan ekspresi mengejek.

Madison mengangkat tangannya tinggi-tinggi dan melambai ke arah Fiona supaya gadis itu duduk di sebelahnya. Ia sudah menyediakan tempat bagi Fiona, sehingga sepanjang pelajaran itu Madison berada di sekitar orang yang ia kenal.

Fiona hanya tersenyum kecil sebelum berjalan ke sebelah kursi yang tadi ditepuk beberapa kali oleh Madison. Gadis itu berusaha mengabaikan orang-orang yang membicarakannya.

"Apakah kamu baik-baik saja, sayang?" Tanya Madison sambil mengulurkan tangannya untuk merapikan rambut Fiona. Meskipun Madison tahu bahwa kalimat tersebut terdengar basa-basi, ia memang benar-benar ingin tahu apakah sahabatnya itu baik-baik saja. Fiona bahkan menarik diri ketika sahabatnya itu merapikan rambutnya yang berantakan.

"Aku telah mendengarnya. Si breng**k itu-" Madison sudah terlihat berapi-api. Namun perkataannya terpotong ketika Fiona berkata, "Aku mohon Madi, tolong jangan bicarakan topik itu. Aku sudah muak jadi topik pembicaraan semua orang."

Nada suaranya terdengar lebih ketus daripada yang ia maksud. Walaupun Fiona tidak bermaksud membuat sahabatnya itu tersinggung, tanpa sengaja ia sudah melakukannya. Madison langsung menutup mulutnya dan mengangguk mencoba mengerti posisi Fiona.

Madison merasa sedih karena Fiona mendorongnya supaya tidak menyentuh perasaannya. Padahal Madison hanya ingin menenangkan sahabatnya. Fiona mungkin sudah malu karena menjadi pusat perhatian, sehingga ia hanya tidak sanggup jika harus menanggapi Madison.

"Maaf, aku hanya ingin memastikan bahwa kamu baik-baik saja." Kata Madison sambil menarik diri namun ia tidak sengaja melihat ujung bibir Fiona yang terluka sehingga gadis itu membelalak.

"Sebenarnya ujung bibirmu.." Kata Madison sambil menunjuk ujung bibir Fiona sendiri. Terluka. Itulah yang ingin Madison katakan, tapi kemudian ia menarik diri dan berpikir bahwa Fiona pasti sudah mengetahui hal itu. Lukanya terlihat cukup menyakitkan, jadi pastilah Fiona sudah menyadari hal tersebut.

Tapi ternyata Fiona tidak merasakan rasa sakit apapun di tubuhnya, lagipula perasaannya sudah terasa hampa. Fiona memandang Madison sedikit heran karena gadis itu tidak melanjutkan perkataannya.

"Maaf." Gumam Madison sambil mengambil buku cetak Kimia dari tasnya dan memilih untuk tidak memberi tahu Fiona ada luka di ujung bibirnya. Karena Fiona merasakan rasa bersalah mengaduk sarapannya di dalam perut, ia menoleh dan berbisik ke arah Madison.

"Madi. Maaf aku tidak bermaksud.." Bisik Fiona terdengar sama menyesalnya dengan sahabatnya itu. Untuk menenangkan Fiona, Madison hanya mengulurkan tangan, menyentuh punggung tangan sahabatnya.

Fiona merasakan ibu jari Madison bergerak lembut untuk mengusap punggung tangannya seakan mencoba menenangkannya. Gadis itu merasa lega dan perasaan bersalah yang telah mengaduk-aduk perutnya pun hilang seketika.

"Terima kasih." Balas Fiona sebelum cepat-cepat menambahkan, "Tolong jangan bicarakan hal ini di depan Gabi." Karena mendengar Fiona memohon seperti itu, Madison mendengus merendahkan.

You Belong With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang