Chapter 17

35K 824 6
                                    

Keesokan harinya saat jam istirahat di sekolah, Sean duduk bersama teman-temannya di meja kafetaria. Pemuda itu duduk berseberangan dengan Joseph Trice dan kekasihnya, Nasya Lewis.

Mereka terlihat sedang bermesraan, keduanya bahkan tidak malu saat berciuman di area sekolah. Sebenarnya beberapa waktu yang lalu Sean pernah tidak sengaja memergoki Nasya sedang bercinta dengan Scott Cooper, sahabat terdekat Joseph sendiri.

Sean merasa sangat muak memandang Nasya yang merasa bahwa dirinya lolos dari ketahuannya perselingkuhan itu. Sejujurnya, Sean ingin segera mengatakan kebenaran itu kepada Joseph. Tapi Sean tidak ingin menjadi penyebab penghancurnya hubungan orang lain. Sean hanya merasa tidak ingin ikut campur terhadap pertemanan dan percintaan antara ketiganya.

Pemuda itu merasa bahwa dirinya saja sudah memiliki persahabatan dan percintaan yang sulit. Sean berpikir bahwa dirinya tidak punya waktu untuk mengurusi hidup orang lain.

Sementara pikiran Sean sedang penuh dan kusut, pemuda itu tidak menyadari bahwa sedari tadi ia sedang memandangi Fiona yang berada di meja seberang, ia sedang duduk bersama Madison Louisie.

Fiona hanya duduk berdua saja dengan Madison karena Gabriella Carpenter masih dalam masa diskors. Gadis itu masih belum boleh masuk ke sekolah, sementara Travis sudah bisa. Namun sayangnya sahabatnya itu masih belum bisa ikut latihan ataupun pertandingan Football sampai bulan depan.

Sean bahkan tidak menyadari ketika Amanda duduk di sebelahnya. Gadis itu menoleh ke arah Sean lalu mencoba mengikuti arah pandangnya, Amanda langsung menemukan Fiona Richards di seberang meja. Ia mencoba menahan senyumnya ketika melihat Sean merana seperti itu namun tidak bisa berbuat apa-apa.

"Hey, kenapa kamu tidak memberanikan diri dan pergi kesana. Katakan saja bagaimana perasaanmu tentangnya." Ujar Amanda sambil mengusap lembut kedua pundak Sean dengan tangannya yang lentik.

Sean jadi tersadar bahwa ternyata dirinya sejak tadi sedang memandangi Fiona. Pemuda itu menghembuskan napasnya ketika mendengar usul tersebut, mengatakannya memang lebih mudah daripada melakukannya.

"Ah, kamu saja tidak tahu bagaimana perasaanku padanya." Balas Sean sambil melirik ke arah Amanda. Gadis itu tertawa meremehkan Sean, ia mengulurkan tangannya untuk memegang tangan Sean.

"Tentu saja aku tahu. Kamu tidak pernah memandang gadis manapun seperti itu. Bahkan waktu kita berkencan." Kata Amanda sambil memainkan jemari Sean dengan lembut. Rasa bersalah langsung mencekam perut Sean, karena ia merasa bahwa selama ini ia tidak memperlakukan Amanda dengan baik.

"Dengar. Aku tidak punya perasaan kepada Fiona seperti itu. Aku hanya ingin punya hubungan baik dengan semua orang termasuk teman kecilku." Kata Sean berbohong. Pemuda itu bahkan mengangkat kedua bahunya seakan ia tidak peduli.

Padahal dengan jelas, tubuh dan hatinya menolak pernyataan yang baru saja keluar dari bibir Sean. Belakangan ini, otaknya sering memikirkan Fiona terutama ketika ia sedang melamun saat pelajaran. Jantungnya sering berdebar ketika mendengar topik tentangnya atau bahkan saat bicara dengannya.

Sean memiliki hasrat untuk menyentuh rambut Fiona dan mengacak-acaknya seperti saat mereka masih kecil. Sean tidak dapat berbohong bahwa ia sebenarnya ingin berbincang banyak dan mengejar ketinggalan kehidupan Fiona selama ini.

"Oh ayolah Sean, lagipula gadis itukan sudah putus dengan pacarnya yang gila itu." Ujar Amanda ketika mengingat saat awal minggu ini ada kejadian heboh di kelas Bahasa Prancisnya karena Leonard memukul Fiona dan mengata-ngatainya di depan banyak orang.

"Huh. Meskipun ia sudah dipukuli, adiknya hendak dilempar, dan pemuda sialan itu terus berbicara merendahkannya di hadapan semua orang. Tapi ia tetap saja mau menerima pemuda seperti itu." Jawab Sean yang terdengar sangat jengkel.

You Belong With MeOnde as histórias ganham vida. Descobre agora