Chapter 5

66.8K 1.1K 5
                                    

Photo: Amanda Francess

Setelah pertandingan football pada Jumat malam, Leonard langsung mengantar Fiona kembali ke rumahnya. Sepanjang perjalanan menuju rumah Fiona, di dalam mobil Leonard tidak berhenti membentak dan memarahinya karena Sean menyapanya.

Pemuda itu membuat Fiona merasa seperti seonggok sampah hanya dengan perkataannya. Jadi semalaman bahkan sepertinya sampai jam 3 dini hari, Fiona menangis hingga akhirnya pun tertidur. Ketika pagi hari gadis itu mendengar Jacob menggenjreng gitar berkali-kali, ia merasa jengkel karena kurang tidur.

Fiona berjalan ke kamar adiknya sambil bergumam jengkel. Fiona menggedor pintu itu sehingga Jacob berhenti menggenjreng gitarnya dan ia membuka pintu kamar adiknya. "Bisakah kamu memelankan suara gitarmu? Kamu-"

Seluruh perkataan Fiona buyar ketika gadis itu tersadar bahwa Jacob tidak sendirian di kamarnya. Di tempat itu ada Sean Mitchell yang sedang memegang gitar sambil memandangnya. Pemuda itu sedang mengajarkan Jacob untuk bermain gitar.

Fiona hanya tidak percaya bahwa mamanya benar-benar mempekerjakan Sean untuk mengajari Jacob bermain musik. Bukannya itu hal buruk, tapi ini terlalu mendadak karena mereka baru saja berbicara kemarin malam. Ia jadi bertanya-tanya kapan mama dan adiknya itu meminta Sean untuk mengajarkan.

"Hey," Sapa Sean sambil tersenyum kecil ketika melihat Fiona di depan pintu. Sean yakin bahwa gadis itu baru saja bangun tidur karena ia bahkan tidak sempat menyisir rambutnya.

Ketika Fiona melihat Sean Mitchell duduk di kamar adiknya sambil memegang gitar dan tersenyum, jantungnya tiba-tiba saja berdebar. Sean terlihat sangat tampan dengan senyum kecilnya yang manis, kedua mata birunya terlihat sedikit berbinar dan pipinya kemerah-merahan.

Pemuda itu menggunakan hoodie berwarna biru muda yang sudah agak lusuh, celana pendek putih setinggi lutut dan sandal flipflop. Fiona mengaduh dalam hati, ini masih pagi. Tapi ketika melihat senyum Sean semanis itu bisa membuatnya gemetar.

Ia tampan sekali! Jerit Fiona dalam hati, lalu segera tersadar apakah memuji seorang pemuda lain tampan sama dengan berselingkuh? Gadis itu berusaha untuk menenangkan jantung dan tubuhnya, mengingatkan bahwa pemuda itu hanyalah teman lamanya.

"Hey, apa yang kamu lakukan di sini?" Tanya Fiona berusaha terlihat santai setelah beberapa detik terpana karena ketampanannya. Gadis itu hanya berusaha berbasa-basi, lagi pula ia baru bangun jadi sedikit kagok karena situasi baru ini.

Sean sedang terpana ketika melihat betapa menggemaskannya Fiona yang tidur menggunakan piyama berwarna merah muda lembut dan bergambar, ia seperti gadis berumur dua belas tahun karena gadis itu tidak terlalu tinggi.

"Tidakkah kamu bisa lihat? Sean sedang mengajariku cara bermain gitar." Bukan Sean tetapi adiknya sendirilah yang menjawab pertanyaan bodoh Fiona. Meskipun gadis itu tahu bahwa Sean sedang mengajari adiknya, ia hanya bermaksud berbasa-basi.

"Lagipula ini sudah jam sembilan. Ini sudah siang. Jadi bangunlah Lazy Bones." Lanjut Jacob sambil memicingkan kedua matanya terlihat jengkel karena kakak perempuannya itu mengganggu pelatihan gitar itu. Tentu saja, tidak ada yang mengetahui bagaimana perasaan Fiona karena gadis itu berusaha sekuat tenaga untuk tidak bersuara saat menangis tadi malam.

Jadi Jacob jelas tidak tahu bahwa Fiona kurang tidur karena ia menangis. Fiona tidak mengatakan apa-apa, ia hanya memandang adik laki-lakinya itu dengan kemarahan. Kedua mata abu-abunya memicing ketika memandang Jacob, rahangnya mengeras dan ia mengeraskan pegangannya di kenop pintu.

Seandainya saja Sean sedang tidak berada di sini, Fiona pasti sudah masuk ke dalam kamar adiknya dan menghabisinya dengan bergulat dengannya. Fiona hanya merasa jengkel, adik laki-lakinya itu seperti dua orang yang berbeda.

You Belong With MeWhere stories live. Discover now