Chapter 1

122K 1.6K 6
                                    

Photo: Fiona Richards

Fiona Richards sedang berdiri di depan cermin kamarnya sambil memandangi dirinya sendiri. Ini adalah Jumat malam, dimana esok hari ia tidak perlu bangun pagi untuk pergi ke sekolah.

Ia sudah mengenakan kaos hitam ketat dan cardigan rajut berwarna putih yang agak terlalu besar untuk tubuhnya yang mungil. Rambut hitamnya sudah di kuncir setengah sementara ia telah menghias sedikit wajahnya.

Gadis itu baru saja selesai mengusap maskara yang mengenai sedikit kelopak matanya sebelum akhirnya memutuskan bahwa penampilannya sudah sempurna. Ketika Fiona membuka pintu kamarnya, ia mendengar suara acara hiburan yang berkumandang dari televisinya.

Fiona turun dari lantai dua dan langsung berjalan menuju dapurnya. Mrs. Richards yang sedang duduk di kursi berbalik dan melihat anak perempuannya sudah berpakaian rapi. Wanita itu dapat menghirup wangi parfum vanilla yang suka digunakan gadis itu.

"Wah, kamu berpakaian rapi." Komentar mamanya dengan nada menggoda. Wanita itu sering melakukan itu sehingga membuat Fiona sudah terlalu terbiasa, sehingga ia diam saja. Gadis itu membuka kulkas, kedua matanya mengedarkan pandangan, kira-kira apakah ada sesuatu yang bisa ia makan sambil menunggu.

"Mama dengar Sean Mitchell akan bertanding football malam ini." Kata Mrs. Richards lagi ketika anak perempuannya itu tidak mengucapkan sepatah katapun. Alih-alih menjawab, Fiona justru mengambil karton susu almond di kulkas dan menuangkannya ke gelas bening.

"Apakah kamu akan pergi ke sekolah untuk menonton pertandingannya?" Tanya mamanya lagi yang kali ini membuat Fiona memutarkan kedua bola matanya merasa jengkel.

"Aku mau ikut!" Seru Jacob, adik laki-lakinya yang sekarang berusia sepuluh tahun. Meskipun anak itu sudah mulai besar, Jacob berdiri dengan kedua lututnya di sofa sambil mengangkat tinggi tangan kanannya serta menoleh ke arah Fiona.

"Jangan melompat di sofa seperti itu Jake." Tegur Mrs. Richards sambil mengulurkan tangannya untuk meraih Jacob.

"Aku tidak akan pergi ke sekolah." Jawab Fiona terdengar tidak ingin berada dalam percakapan ini, tapi ia terus melanjutkan dengan nada sarkastiknya. "Dan tidakkah mama menyadari bahwa aku dan Sean sudah tidak berbicara seperti dulu lagi?"

Sean Mitchell dan Fiona Richards adalah teman masa kecil. Tapi setelah kelas delapan Sean mengalami pubertas, ia menjadi salah satu pemuda paling tampan dan paling keren di sekolah mereka. Banyak gadis-gadis yang menyukai perawakan Sean dengan tubuh tinggi dan berisi. Pemuda itu jadi populer karena ketampanannya, padahal sebelumnya Sean bukanlah siapa-siapa.

Fiona masih ingat ketika mereka duduk di kelas lima, semua anak laki-laki menyukai Amanda Francess karena ia memiliki kulit putih yang indah, rambut pirang, matanya indah, dan tubuhnya bagus untuk anak kelas lima. Selain itu, kedua orang tua Amanda sangat berkecukupan sehingga barang-barang miliknya terlihat mahal.

Kerap kali Amanda berjalan di lorong sekolahnya, teman-temannya akan menghentikan aktivitas mereka hanya untuk melihat kecantikannya. Pernah satu kali Amanda berjalan melewatinya dan Fiona dapat menghirup wangi segar sabun dari tubuhnya.

Ketika mereka masih sekolah dasar, Amanda Francess sudah sering diantar-jemput dengan mobil mewah dan seorang supir. Sean mengaku bahwa ia sama sekali tidak tertarik pada Amanda, tapi Fiona tahu bahwa Sean berbohong. Pemuda itu jelas sangat menyukainya karena hampir setiap mereka bermain, Sean membahasnya.

"Tentu saja, mama menyadarinya. Tapi mama tidak mau membahasnya jika kamu tidak mengatakannya. Ada apa dengan kalian?" Tanya mamanya Ketika Fiona berjalan untuk duduk di sebelah mamanya sambil membawa gelas yang berisi susu almond itu.

Semenjak Sean mengalami pubertas di kelas delapan, Amanda Francess juga ikut menaruh perhatian pada Sean. Fiona sudah tidak pernah berbicara lagi dengan pemuda itu karena mereka juga sudah tidak berada di kelas yang sama.

Tetapi, meski mereka sudah sekelas, Sean juga tidak berinisiatif untuk berbicara dengan Fiona. Mungkin karena ketika di SMP Fiona menggunakan kawat gigi dan terlihat sangat culun. Sean memiliki banyak penggemar sejak mereka masih SMP, mungkin karena itu Sean tidak ingin bermain dengannya lagi.

Fiona sudah tidak mempedulikan apa-apa tentang Sean. Tapi kabar bahwa pemuda itu berkencan dengan Amanda sudah terdengar di seluruh sekolah. Mereka sering putus-nyambung, ketika Sean sedang putus dengan Amanda, pemuda itu sering berganti-ganti pasangan. Tapi semua orang tahu bahwa Sean akan kembali lagi pada Amanda.

"Tidak ada. Kami hanya berhenti berbicara." Jawab Fiona sambil memutar pelan gelas di tangannya sebelum kembali menegaknya. Karena ia popular dan aku tidak. Tambah Fiona dalam hati.

Setiap kali Fiona mengingat kenangan itu, ia merasa kesal. Setelah mama Sean meninggal ketika mereka kelas dua SD, Fiona sebagai tetangga yang baik selalu menemani Sean. Ia bahkan sering makan dan menginap di rumah Fiona karena Mr. Mitchell jarang sekali pulang lantaran sibuk bekerja.

Ketika mereka sudah naik ke kelas lima, Fiona mendengar bahwa Papa Sean menikah lagi dengan seorang wanita bernama Mary yang juga sudah memiliki anak perempuan yang bernama Sarah. Mary dan Sarah sebenarnya baik, tetapi Sean saja yang sering bertingkah dan memberontak.

"Tapi aku tidak berhenti bicara dengannya. Jadi ayo kita pergi dan temani aku menonton pertandingannya." Balas Jacob yang sukses membuat suasana hati Fiona rusak. Daripada menanggapi adiknya, Fiona memilih untuk diam dan menghindari perkelahian.

"Lalu jika kamu kamu tidak pergi ke sekolah untuk menonton pertandingan Sean, kamu mau kemana?" Tanya Jacob terdengar penasaran. Mungkin ia bertanya-tanya apa yang kakaknya lakukan dengan berpakaian rapi seperti itu, Fiona pasti tidak akan hanya bersantai di rumah.

"Aku akan menemani Leo latihan band." Jawab Fiona terdengar santai sambil menaruh gelas beningnya yang sudah kosong. Setiap Selasa dan Jumat malam, band Leonard akan berlatih. Sesekali Fiona menemani pemuda itu untuk latihan. Kedua alis Mrs. Richards terangkat ketika mendengar anaknya mengucapkan nama Leo dan latihan band.

"Mama tidak suka dia." Jawab mamanya yang membuat Jacob menegakkan punggungnya karena ia sangat setuju.

"Iya. Aku juga tidak. Ia sok keren. Ketika aku memintanya mengajariku bermain gitar, ia menolak dengan alasan aku tidak mungkin bisa mengikuti pengajarannya. Ia sama sekali tidak ramah. Tidak seperti Sean." Jawab Jacob.

Ketika mendengar adiknya membandingkan pacarnya dengan mantan sahabat Fiona, gadis itu jadi jengkel. Sean sama sekali tidak dapat dibandingkan dengan Leonard yang keren.

"Yasudah! Kalau memang Sean sangat ramah, kamu minta saja Sean untuk mengajarimu main gitar." Balas Fiona dengan nada jengkelnya.

"Menurut mama itu adalah ide yang bagus." Jawab Mrs. Richards terdengar bersemangat. "Aku akan membayar Sean supaya ia tidak merasa terbebani." Lanjutnya.

Ini sama sekali tidak seperti yang ada di benak Fiona. Tapi gadis itu memilih untuk tidak berdebat. Ia hanya diam sambil menonton televisi sampai akhirnya terdengar suara klakson mobil Leonard di luar rumah.

"Baiklah, aku pergi dulu." Kata Fiona sambil bangkit ke untuk meninggalkan sofa. Gadis itu sudah setengah jalan sebelum perasaan bersalah menggerogotinya karena tidak berpamitan.

"Sampai jumpa nanti malam." Ujar Fiona sebelum mengecup pipi mamanya sehingga wanita itu terkejut-bahagia. Sementara Fiona mengacak-acak rambut Jacob dengan kasih sayang sehingga adiknya itu mengerang marah, namun diam-diam merasa senang. 

///\\\

Don't forget to vote!⭐️
And give me some comments!❤️
Happy Reading!🌈

Little Note From The Author:
Terima kasih yang sudah bersedia untuk klik cerita ini lagi ya.

Cerita ini telah diperbaharui dan semoga dapat menjadi lebih layak untuk dibaca oleh teman-teman pembaca semuanya ya.

Vote & Commentnya ditunggu ya.

You Belong With MeWhere stories live. Discover now