2

60.5K 2.5K 47
                                    

Orang yang mengambil hak orang lain itu sampah!

—Lano Candratama

***

Angin malam yang berembus kencang tak membuat suasana dalam ruangan itu dingin. Beberapa orang berceloteh dan sisanya tertawa membuat ruang itu hangat oleh cengkrama. Alunan gitar yang dipetik salah satu di antara mereka ikut meramaikan suasana.

Saat asik tertawa, seseorang berjaket hitam masuk tanpa permisi. Menggeser orang yang sedang duduk di kursi agar ia bisa menempatinya. Karena tak ada lagi kursi yang tersisa. Alhasil, orang yang tadi diusir berdiri sambil berkacak pinggang.

"Eh, ini dia nih yang dari tadi ditunggu-tunggu!" celetuk salah satu cowok yang tadi memainkan gitar.

"Hem, bilangnya nggak akan telat! Taunya malah lupa!" timpal cowok lain.

"Baru dateng aja udah gusur-gusur! Sanaan ah, ini tempat gue!" marah cowok yang tadi diusir.

Mata tajam Vero mengarah pada Lano, cowok yang tadi ia usir. "Lo mau gue sikat?"

"Mau dong, kebetulan gue belum mandi."

Vero berdecak kesal. "Cari tempat lain sana!"

Lano menatap tak percaya. "Kok gue? Ya lo lah! Kan lo yang dateng-dateng lansung rebut tempat orang!"

"Gak ada tempat lain." jawab Vero dengan mengalihkan pandangannya ke lain arah.

"Ya itu lo tahu! Ck, gue pergi lah! Nggak sudi main sama tukang nikung kursi!" kesal Lano, kemudian mengambil jaket yang tadi tergeletak di punggung sofa.

"Mau kemana lo?" tanya cowok yang mirip Lano, dia Kano, saudara kembarnya yang sifatnya 185,55° berbeda dari Lano. Jika Lano mudah marah, maka Kano sangat sabar. Jika Lano kekanak-kanakan, maka Kano lebih dewasa. Mungkin karena Kano dilahirkan dahulu dari pada Lano.

"Cari makan!"

"Weh, kita kan mau meeting!"

"Bodo!" ketus Lano, kemudian keluar dari markas.

"Tu anak gitu aja ngambek!" degus Vero pada teman-temannya yang lain.

"Salah lo juga kan!" timpal cowok yang bersandar pada sofa. Daniel namanya, cowok yang tadi menelepon Vero agar cepat ke markas.

"Dikit," jawab Vero cuek.

"Btw, lo bilang sekarang tinggal sama adek lo. Kalo lo tinggal, dia sendirian dong di rumah?" tanya Daniel sambil menyeruput kopi yang tadi ia buat di dapur. Memang markas ini seperti rumah, ada toilet, dapur, ruang tengah luas yang saat ini sedang mereka tempati, dan beberapa kamar untuk para anggota yang ingin menginap.

"Iya. Dia sendirian. Nggak tega gue sebenernya."

"Sejak kapan lo punya adek? Lo nggak pernah cerita ke kita-kita."

"Cewek apa cowok?" tanya Kano yang juga penasaran.

"Cewek. Emang gue nggak pernah cerita karna gue udah lama nggak tinggal sama dia. Dia dulu ikut nyokap sama keluarga barunya. Sekarang tinggal lagi sama gue."

"Wih, cewek bro!" sahut orang di belakang Vero yang tak diketahu siapa.

"Umurnya berapa?" Daniel penasaran.

"Setahun lebih muda dari gue."

Daniel tersenyum. "Wih, cakep! Kapan-kapan bisa kenalin nih."

Vero memberi tatapan tajam pada Daniel. "Nggak akan sudi dia kenalan sama kudanil!"

ZIALGA ✔Where stories live. Discover now