30. Sasya.

526 34 2
                                    

"Check check, Nona, apakah Nona mendengar saya?" Panggil Jeriko melalui Handy Talky yang tersambung ke milik Qyrha. Jeriko memandangi layar komputernya dari dalam helikopter. Tidak terlihat banyak disini, hanya ada pemandangan setumpuk sampah organik dan anorganik yang menjulang tinggi.

"Udah Jer, gue sama Arthur udah sampe di bawah." Jawab Qyrha tegas dengan pakaian yang sudah sangat aman.

"Bergerak ke pukul 9, berjaga-jagalah Nona. Siapkan senjata, dan jangan sampai lengah." Ucap Jeriko sambil mengawasi monitor. Helikopter mereka mendarat di sebuah hutan yang cukup luas untuk pendaratan.

Sedangkan Kimberly dan Richard juga mengawasi dari dalam markas. Sejauh ini, mereka semua masih dalam keadaan aman.

Qyrha dan Arthur berjalan dengan perlahan menyusuri tempat pembuangan sampah itu. Mencari-cari kotak berlian itu.

Qyrha menghidupkan arlojinya untuk melacak keberadaan benda tersebut. Arthur pun melakukan hal yang sama.

"Cari yang bener ye lo, hati-hati juga. Lo gak tau musuh lo ada dimana. Siapin senjata, jangan lengah!" Ucap Qyrha pada Arthur.

"Nona, ada yang mendek-"

"Hah?! Halo! Halo! Jeriko! Lo denger gue?! Jer! Kim?! Richard?! Halo!!" Teriak Qyrha dan tidak ada jawaban dari Jeriko. Hanya ada suara yang tidak terdengar jelas disana.

"Jer! Lo ada disana? Lo denger kita gak, Kim, Richard?!" Panggil Arthur, namun tidak ada yang menjawab.

Sambungan telah terputus.

Semua jalur komunikasi mereka telah di blokir habis-habisan.

Qyrha dan Arthur saling pandang lalu tersenyum miring. Musuhnya telah sampai. Dan koneksi mereka sengaja di putus oleh Sasya.

"Permainan di mulai, Sayang." Ucap Qyrha sambil mensmirk dan menaruh Handy Talkynya ke tempat semula sambil mengambil 2 senjata.

"Hati-hati ya, Rha." Jawab Arthur lalu mengambil 2 senjata dari sakunya. Qyrha mengangguk sambil mengedarkan pandangannya ke sekeliling.

Sedangkan Jeriko yang ada di atas sana mulai khawatir. Penyerangan kali ini nampaknya bukan main-main. Nyawa mereka semua sedang di ujung tanduk saat ini.

"Chard, arahin semua pasukan ke titik lokasi akhir! Kamu lihat kan tadi? Sambungan ke putus gitu aja! Musuh udah memblokir jalur komunikasi kita satu-satunya! Bahkan kamera saja tidak ada yang menyala!"

"Sepertinya musuh kali ini tidak main-main, Jeriko. Baiklah, saya akan kerahkan semua pasukan kita untuk membantu Nona disana."

"Semuanya! Pergi ke titik lokasi akhir! Arah jam 10! Semuanya berpencar jadi 3 bagian! Pasukan R kalian pergi ke arah jam 10, pasukan A kalian ke arah jam 12, dan pasukan M kalian bergerak ke arah jam 6. Kalian semua paham?! Siapkan senjata kalian! Jangan lengah! Musuh kali ini tidak selemah yang kalian bayangkan!" Perintah Richard dalam Bahasa Belanda.

"Saya sangat khawatir, Chard. Saya harus ikut turun tangan ke sana."

"Tidak usah, Jer. Nona tidak mengizinkan kita semua untuk ikut ke dalam penyerangan ini. Percayalah, semua akan baik-baik saja di tangan Nona."

"Sayang! Kamera Nona sudah mulai terlihat tapi masih agak buram!" Jerit Kimberly.

"Coba kau teriaki mereka, Kim! Jangan sampai kita semua lost contact!"

Bersamaan dengan teriakan Jeriko, kini koneksi mereka semua terputus tiba-tiba. Monitor mati, tidak ada suara apapun.

"Sial." Umpat Jeriko sambil mencoba untuk menyambungkan kembali koneksi mereka.

Jeriko menyuruh pilotnya agar menaikkan kembali helikopternya untuk mencari keberadaan Qyrha dari udara.

"Kok gak ada jaringan ya?" Gumam Jeriko sambil mencoba untuk menghubungi Richard melalui telepon genggam.

Sedangkan itu, Qyrha dan Arthur di serbu puluhan anak buah Sasya disana. Mereka berpisah. Arthur di selatan, Qyrha di Barat. Anak buah Qyrha sudah datang dan ikut bertarung disana.

Qyrha bersyukur bala bantuan datang, karena sejujurnya tubuhnya sudah sangat lelah. Dan kali ini, tidak ada Arghonio di sisinya. Ia harus bisa melawan dengan tangannya sendiri.

"Sial banyak banget, tapi Sasya belum muncul juga, gue harus kuat."

Qyrha meninju, menembak, menendang, dan melakukan apapun yang ia bisa saat ini untuk membasmi musuh-musuhnya itu. Dan di sela-sela perkelahian itu, suara kencang memberhentikan mereka semua.

"BERHENTI!" Suara 8 oktaf terdengar dari kejauhan. Membuat peperangan berhenti seketika.

Dan itu adalah Sasya.

Qyrha mensmirk dan menjatuhkan senjatanya sambil mengangkat tangannya saat pasukannya sudah banyak yang gugur dan sekarang dirinya di kepung oleh pasukan Sasya. Ia mendelik tajam menatap Sasya yang tersenyum remeh saat melihat Qyrha sudah memiliki banyak luka.

"Aww takut banget.." Ucap Qyrha remeh saat Sasya mulai mendekatinya.

Dan tunggu, apa itu? Ahh itu kotak berliannya. Sudah ia duga, pasti Sasya yang mengambil kotak itu. Tidak ada seorang pun yang bisa mencuri tanpa meninggalkan jejak sebutir pun selain Sasya.

"Ahahhahaha hai kita ketemu lagi. Apa kabar, Rha?"

"Ck, Sasya.. Sasya.. gue udah tau kalo lo bukan tipe yang bodoh. Dengan nyuruh orang yang mirip sama lo buat ngebom perusahaan gue gak bikin gue lupa sama muka asli lo."

"Akhirnya lo sadar. Gue akuin itu emang bukan gue. Lo salah sasaran, Sayang." Ucap Sasya sambil menyentuh dagu Qyrha dengan lembut.

Qyrha tersenyum miring, "Kasian udah jadi janda."

Sasya mengubah raut wajahnya menjadi sedih, "Ahh suamiku.. kenapa kamu meninggalkan ku secepat inii..."

"Kasian ihh sama Rafiza, capek-capek nyusun rencana selama 7 tahun buat ngebela lo yang mati di tangan gue, ehhh ternyata istrinya belom mati." Ucap Qyrha santai.

"Ahahahahahha.. sayangnya gue gak peduli, Rha." Jawab Sasya sambil menghapus air mata palsunya.

"Lo emang manusia yang gak punya hati, Sya."

"Kan gak ada bedanya sama lo." Balas Sasya enteng.

Keduanya bertatapan dengan sengit. Layaknya 2 iblis yang akan beradu kekuatan sebentar lagi. 2 iblis yang sama-sama memiliki dendam masing-masing.

"FYI, keturunan gue masih hidup." Ucap Sasya.

"Gue udah tau." Jawab Qyrha.

"Dan kemungkinan besar.. mereka bakal jadi penerus dendam kita, Rha. Gimana anak lo? Udah di ajarin bela diri sampe kayak lo belom? Ahahahhahahah.. kayaknya anak lo cuma lo kasih kemewahan doang."

"Gausah basa-basi, Sya. Lo mau apa?"

"Uuhhh.. masih jutek aja si Boss. Gue mau lo mati dan yang kedua gue mau jadi pengganti lo."

"Gak akan pernah bisa."

Arthur berlari mendekati Qyrha yang sudah di hadapan musuh abadinya itu. Sasya tersenyum hangat kepada Arthur. Sasya menodongkan pistol ke arah Arthur membuat lelaki itu berhenti di tempat. Qyrha saat ini hanya terdiam, mencoba untuk mengikuti alur permainan yang Sasya buat.

"Hai Boss, udah lama gak ketemu." Sapa Sasya. Dan Arthur tidak membalas, ia di kepung oleh pasukan Sasya.

"Tangkap mereka semua. Bawa ke markas!" Bentak Sasya dengan tegas.

Qyrha memberontak dengan keras, namun percuma. Sasya menyuntikkan sesuatu ke dalam tubuh Qyrha dan langsung membuat Qyrha pingsan di tempat. Dan Arthur? Kepalanya di pukul dengan pistol.






Jangan lupa Vote+Comment+Share Story ini ke teman-teman kalian. Thanks♥️.

Differently TwinsWhere stories live. Discover now