23. Boring.

487 34 6
                                    

"Ayahh sampe kapan Zeva disiniii?!" Kesal Zeva karena sudah bosan ingin membaca komik. Waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam. Dan kemungkinan Qyrha telah sampai di Belanda.

"Nanti ya, Sayang. Mau Ayah bawain komik apa?"

"Ayah mana tau judulnya!"

"Ehh enak aja kamu, cepet judulnya apa?"

"Zeva aja deh yang ambil. Di luar juga udah ada bodyguard yang jagain kan? Gak mungkin ada penyusup masuk, Yah."

"Gak. Udah cepet judulnya apa, Zeva?"

"Ish keras kepala! Zeva bosen, Yah! Gak boleh main HP, gak boleh keluar dari sini, gak ada komik, mau sampe kapan Zeva disini?! Zeva pengen main ama yang lain! Temen-temen Zeva gak ada yang di kurung kayak Zeva gini!" Kesal Zeva.

"Kata siapa?" Ucap Keano sambil tersenyum miring. Lalu berjalan ke arah 8 monitor kecil yang terpasang di ruang sebelah kanan.

"Ngapain TV ada disini? Banyak pula," Ucap Zeva polos. Nathan menggelengkan kepalanya. Saat ini ia tidak peduli dengan Zeva. Selama ia selamat di bawah sini, ia tidak peduli jika tak bisa bermain dengan yang lain.

"Ini namanya monitor komunikasi jarak dekat, kamu bisa liat yang lain disini. Dan pernyataan kalo kamu doang yang ada disini. Itu salah, Zeva."

Keano menyalakan monitor itu satu-persatu, muncullah gambar tetangga-tetangga mereka yang berada di ruang bawah tanah yang sama dengan milik Qyrha.

"ALIFA!" Jerit Zeva.

"ZEVA!" Jerit Alifa di dalam rumahnya.

"Ya Allah, kok bisa canggih gini sih?!" Pekik Zeva.

"Udah gausah bacot lagi." Celetuk Nathan.

"Diem deh!"

"Zeva, selama kamu gak macem-macem, Ayah pastiin kamu bakal selamat terus disini. Ayah mau susul Bunda, Keano jagain mereka ya, kalo perlu kamu ajak Eun sama Alifa kesini biar mereka gak berdua di sana."

"Oke, Thur. Pasti saya akan menjaga mereka. Kamu hati-hati disana,"

"Udah malem, Yah. Besok pagi aja kenapa?"

"Kalo di Belanda kemungkinan sekarang udah jam 5 pagi, Nathan. Ayah harus susul Bunda kesana,"

"Zeva ikut, Yah!"

"Ngga, Zeva. Kamu masih ada MPLS besok. Udah yah, Ayah berangkat dulu. Jaga diri kalian."

"Hati-hati ya," Ucap Keano khawatir dan Arthur hanya mengangguk.

Selepas Arthur pergi menuju Belanda, suasana disini menjadi canggung, Zeva yang masih asik mengobrol dengan Alifa lewat monitor, Keano yang sibuk dengan laptopnya, dan Nathan yang membaringkan diri di atas kasur sambil memikirkan sesuatu.

Kalo begini terus, gue pengecut banget. Terus sembunyi disini, sedangkan Bunda lagi berjuang disana. Buat keselametan gue juga. Lagian Bunda kenapa sih gak bilang dari awal? Kalo gini kan gue juga gak bisa make senjata, ya palingan pistol. Gue juga gak bisa bantu apa-apa. - Batin Nathan.

"Zeva, sebaiknya kamu tidur. Ini sudah malam." Ucap Keano.

"Ajak Alifa kesini dong, Om."

"Alifa kan ada Tante Eun, Zeva. Lagipula kalo mereka kesini, mau tidur dimana?"

Differently TwinsWhere stories live. Discover now