24. When.

522 39 12
                                    

Di sepanjang perjalanan, Qyrha tak ada hentinya berdoa. Meskipun ia tidak tahu tuhan akan mengabulkan doanya atau tidak. Semua pemikiran buruk terus memenuhi isi kepalanya.

"Goblok! Goblok!" Umpatnya sambil menariki rambutnya dengan kasar.

"Kenapa pembantu itu beresin ruangan gue? Sedangkan gue belum nyuruh, dan ruangan gue kan gue kunci terus. Gak mungkin dia bisa masuk kalo pintu ruangan gue aja keamanannya ketat."

"Siapa lagi yang pengen nyingkirin gue? Rafiza udah mati belasan tahun yang lalu. Afriza juga udah mati."

Qyrha merenung sebentar.

"Non, pesawat mendarat sebentar lagi." Ucap Jeriko, yang kini menjabat sebagai orang yang mengatur penerbangan.

"Oke, lo jangan lupa pantau anak buah gue di Indonesia, hubungin Keano terus." Ucapnya sambil merapihkan kerah bajunya.

"Iya, Non. Mamang mah gak pernah lupa kalo urusan beginian,"

"Terus itu gimana Non jadinya? Non mau nyari kemana?" Sambung Jeriko.

"Di dalem berlian merah ada GPS trackernya kok, Mang."

"Kalo di nonaktifin sama yang nemuin gimana?"

"Di chip juga masih ada." Jawab Qyrha dengan wajah senetral mungkin.

"Jangan sampe terluka ya Non, Mamang tau itu pasti bahaya banget. Walaupun Non gak bilang ke Nyonya ama Tuan, Mamang bakal pastiin kalo Non baik-baik aja. Pulang dengan selamat."

"Iyaa Mang, gue juga bakal usahain pulang dengan selamat demi anak-anak gue di rumah."

"Nanti Non pake kamera pengawas aja, biar Mamang bisa mantau. Sekalian anak buah kerahin ke sana,"

"Anak buah gausah di bawa, Mang. Gapapa gue bisa sendiri, ntar lo awasin aja di monitor."

"Loh si Non teh, atuh bahaya pergi sendirian. Udah kalo gitu biar Mamang temenin."

"Gak usah, Mang. Gue kan nyuruh lo buat ngawasin doang, sama jadi conector aja ke Keano."

"Mamang gak mau Non kenapa-napa. Ntar Mamang di hajar habis-habisan. Udah, ntar Mamang temenin."

"Terus siapa yang bakal jagain monitor? Nanti kalo tiba-tiba ada keadaan darurat, cara manggil anak buah gimana?"

"Loh ada Kim sama Richard kan? Biar mereka yang ngatur monitor, kita fokus nyari berlian merah itu, Non."

Hanya Jeriko yang mampu meredakan sifat keras kepala Qyrha. Entah apa yang telah Jeriko perbuat, tapi Qyrha mengiyakan saja usaha Jeriko.

"Huftt.. yaudah. Gila sih gue gak habis pikir sama pembantu itu, di bayar berapa sih? Gaji yang gue kasih kurang cukup apa?"

"Mungkin dia ada keperluan mendesak,"

"Ada dana pinjaman, gausah ngekhianatin markas bisa gak sih!"

"Nona, kayaknya kita akan mendarat bentar lagi, siap-siap, Non. Jangan lupa topeng di pake." Ucap Jeriko yang tak memperdulikan ocehan Qyrha dan langsung mempersiapkan diri karena pesawat akan mendarat sebentar lagi.

Hingga beberapa jam kemudian, mereka berdua telah berada di markas. Qyrha memarahi seluruh maid yang sudah terkumpul secara habis-habisan. Titik puncak kemarahannya sudah berada di paling atas.

"Terus tuh pembantu sialan dimana, Kim?!" Ucapnya setelah berhenti untuk memarahi yang lain.

"Ada di ruang bawah tanah, Rha. Richard udah nanganin, dia bilang kalo ruangan kamu gak di kunci, dia masuk karena ngeliat ruangan kamu udah hampir penuh sarang laba-laba, makanya dia berniat buat bersihin ruangan kamu." Jawab Kimberly dengan raut wajah yang tidak percaya.

"Gak di kunci bagaimana?! Pintu ruangan gue kalo gue udah keluar langsung ke tutup otomatis! Bener-bener gak beres!" Ucap Qyrha di penuhi emosi lalu meninggalkan mereka semua begitu saja.

Kemarahannya sudah berada di puncaknya. Ia langsung berlari ke arah lift yang menuju ruangan bawah tanah itu.

"Sementara, kita amanin dulu semua maid ini. Saya curiga, udah banyak penyusup disini. Siapa yang bertugas buat sleksi maid baru?" Tanya Jeriko pada Kim dengan nada pelan.

"Richard, Jer. Mungkin emang dia gak teliti, saya juga ngerasain udah banyak penyusup." 

"Kita sleksi ulang, demi keamanan markas. Berlian merah aja sampe hilang, aset terpenting di markas loh."

"Saya juga gak habis pikir,"

"Udah kamu gausah mikir apa-apa, biar mereka semua, saya yang tanganin. Kamu susul Nona sana!"

"Yaudah saya susul Nona dulu." Ucap Kim lalu berlari mengejar Qyrha.

Sepeninggal Kimberly, Jeriko mengamati para maid itu satu-persatu. Hingga pada akhirnya tatapannya tertuju pada maid berambut pirang. Tak ada raut kekhawatiran dari wanita itu, ia sibuk melihat ke arah kuku-kukunya.

Ia mensmirk. Satu sudah di dapat, tinggal beberapa lagi di antara puluhan maid. Sementara itu, Qyrha sudah berada di ruangan bawah tanah.

"Hey, Bitch!" Ucap Qyrha sambil menendang kursi yang di duduki maid tersebut.

Maid itu terlihat sangat ketakutan. Di hadapannya sudah ada pemimpinnya yang sangat mengerikan ini.

"Lo pasti pembantu dari Indonesia kan? Muka lo kampungan soalnya. Di bayar sama siapa lo?" Ucap Qyrha dengan nada yang sangat sinis.

"Nona, sabar dulu." Bisik Richard.

"Gak, Chard. Lo gak ngerti betapa berharganya berlian merah itu. Lo semua bisa mati terbakar kalo barang itu di salah gunain! Bukan identitas markas sama gue doang yang ke bongkar! Identitas semua anggota! Bahkan chip yang sekarang ada di dalem jari lo itu, terhubung sama chip yang ada di berlian itu! Kalo chip itu sampe di bakar atau di ledakkin, kita semua bakal hancur!"

Richard terdiam seribu bahasa. Ia hanya tidak mau atasannya itu gegabah dalam mengambil keputusan seperti 1 tahun yang lalu dimana Qyrha membunuh para anggota mereka yang tidak bersalah sedikit pun.

"Jawab gue! Sekarang juga, lo jelasin atau lo dan seluruh anggota keluarga bahkan saudara-saudara lo di Indonesia bakal gue bunuh!" Bentak Qyrha sambil meraup pipi maid yang nampaknya masih muda itu dengan kasar.

"S-saya lewatin ruangan Nyonya, pintu masih ke buka, saya pikir Nona lupa mengunci pintu. Sa-saya cuma mengintip awalnya, t-tapi pas saya liat lagi banyak debu di sana. Sa-saya berinisiatif buat ngebersihin saja, Nyonya. Demi Tuhan saya tidak berani memegang apapun."

"Tapi setelah lo keluar, alarm peringatan langsung bunyi! Berlian gue ilang gitu aja! Dan CCTV cuma ngerekam lo yang ada di dalem ruangan gue!"

"Denger dulu, Non.." Bisik Richard memperingati.

"Denger apalagi?! Ehh pembantu, gue tanya sekali lagi. Lo disuruh siapa hah?! Lo mungkin bisa nipu mereka semua, tapi buat gue gak bakal mempan!"

"Sumpah demi tuhan, Nyonya. Saya hanya bertugas untuk membersihkan saja.."

Dorr..

"Gue jadiin saksi bisu juga lo." Ucapnya remeh setelah menembak maid muda itu.

Kimberly yang baru sampai langsung menutup mulutnya. Lagi-lagi ketuanya ini terus mengambil langkah asal.

"Nona gegabah lagi.." Cibir Richard sambil menggelengkan kepalanya.

"Kita kayak orang bego kalo begini. Udah tau dia gak bakal ngaku, masih aja di tanya. Buang-buang waktu. Bilang sama Jeriko, gue mau ke ruangan gue buat nyari dimana berlian gue. Urus mayatnya."

Richard mengangguk.






Jangan lupa Vote+Comment+Share Story ini ke teman-teman kalian. Thanks♥️.

Differently TwinsWhere stories live. Discover now