bagian sepuluh

7.3K 695 74
                                    

"Dadah Aneera!" ucap Abrega setelah Aneera selesai makan dan izin untuk ke kelas bersama Daira.

Daira tersenyum lebar lalu melambaikan tangannya, sedangkan Aneera hanya berjalan tanpa menoleh ke belakang.

"Lo emang ya tau aja bibit unggul yang mana," ucap Janu.

Abrega tersenyum seraya menuang es jeruk milik Gilang ke dalam gelasnya. "Iyalah emangnya elo!" sahutnya.

"Tapi Aneera kayaknya agak-agak susah nih buat digebet," sambar Ivar.

Gilang mengangguk setuju. "Bener modelannya bukan cewek gampangan yang bakalan dengan cepet kena gombalan tai kambingnya si Rega." Sahutnya.

Abrega meneguk habis es jeruk yang tadi dia tuang. "Ya lagian gue belum jatuh cinta juga sih, baru suka doang, seru aja dia galak gitu, guenya jadi gemes sendiri." Ucapnya.

"Lo mah sama yang udah-udah juga gitu kan," sahut Janu.

"Ya tapi kali ini beda, gue ngerasa ada sesuatu di dalam diri Aneera. Dari pertama ketemu tuh udah beda gitu," sahut Abrega.

"Beda gimana?" tanya Gilang.

"Gini," Abrega membenarkan posisi duduknya. "Biasanya tuh cewek-cewek kan langsung suka sama gue, terus biasanya juga cewek-cewek kalo gue modusin malah suka, tapi kalo Aneera malah justru sebaliknya."

"Mungkin Aneera sebagai jalan lo buat tobat dari ke playboy-an lo," sahut Gilang.

"Masih mungkin lo ya, jangan seneng dulu, siapa tau Aneera ternyata jodohnya sama gue?" sahut Ivar.

Abrega menoleh lalu mendorong tubuh Ivar. "Jangan macem-macem deh lo!" sahutnya.

Ivar tersenyum lebar lalu mengangkat dua jarinya sebagai tanda damai.

"Yaudahlah, ke kelas ayok, udah mau bel," ucap Janu lalu berdiri.

Abrega, Ivar dan Gilang kemudian mengikuti, mereka berjalan bersisian menuju kelas.

Tak lama bel masuk berbunyi, Mereka mengikuti pelajaran demi pelajaran dengan seksama, walaupun tidak semua dimengerti tapi setidaknya mereka mendengarkan.

Setelah berjam-jam akhirnya yang ditunggu-tunggu datang, bel pulang sekolah sudah menggema di seluruh penjuru sekolah.

Abrega langsung memasukkan pulpennya ke dalam tas, lalu meletakkan buku paketnya dibawah meja.

"Mau kerumah Janu nggak?" tanya Ivar.

Gilang dan Abrega menoleh. "Gue ada urusan." Sahut Gilang.

"Mau kemana lo?" tanya Abrega.

"Ngajak balik Numia lah!" sahut Gilang lalu memasang tasnya.

"Cie yang masih usaha," sahut Janu seraya memakai jaketnya.

"Iyalah gentlemen harus berjuang demi seseorang yang di sayang," sahut Gilang lagi.

"Bagus-bagus nggak sia-sia berarti gue ngajarin lo jadi cowok gentle," sahut Abrega seraya menepuk-nepuk pipi Gilang.

"Ngajarin palalo bau menyan!" sahut Gilang.

Mereka semua tertawa, lalu berjalan melangkah keluar dari kelas.

"Gue ke kelas Numia dulu, doain gue!" ucap Gilang lalu melangkah berbelok ke kiri.

Abrega, Janu dan Ivar menoleh lalu melambaikan tangan. Mereka kemudian berjalan menuju pelataran parkir.

"Lo mau masak apalagi kali ini Nu?" tanya Ivar seraya memasang helm.

"Masak aer biar mateng!" sahut Janu.

AbregaWhere stories live. Discover now