bagian tiga puluh

5.4K 610 165
                                    

Pagi ini Abrega sudah rapi dengan seragamnya, dia sudah ada di depan gerbang rumah Aneera sesuai kesepakatannya dengan Aneera yang mau dijemput pagi ini.

Tak lama Aneera muncul dari balik gerbang setelah menjenguk Mbok Loli.

"Gimana si Mbok?" tanya Abrega.

Aneera menutup pintu gerbang. "Udah turun panasnya, katanya nanti sore juga udah sembuh, doain aja semoga bener." Sahutnya.

Abrega mengangguk kemudian Aneera mendekat, dia mengulurkan tangan meminta helm, Abrega tidak memberinya, Dia malah memakaikannya langsung di kepala Aneera, lengkap dengan memasang pengaitnya.

"Ayuk,"

Aneera mengerjapkan matanya, kemudian berjalan untuk duduk di belakang setelah mengulum senyumnya.

"Udah sarapan?" tanya Abrega.

"Udah tadi pake roti, lo udah?"

"Cie tumben nanya balik,"

Aneera mengerjapkan matanya lagi,  baru sadar akan ucapannya. "Ya—ya kapan lagi lo gue tanya balik gitu, nggak pernah kan lo?"

"Sering-sering dong, perhatiin gue. Lo nggak perhatiin aja gue sayang, apalagi lo perhatiin,"

Aneera tak bisa lagi menahan senyumnya. "Udah deh nyetir aja yang bener."

"Iyaa nih udah bener, kalo nggak bener, gue nyetir di rel kereta,"

"Hahah!"

"Lucu ya?"

"Nggak!"

"Tapi ketawa,"

"Ya gue mau ketawa aja kenapa lo nggak suka?"

"Suka lah!"

Aneera mengulum senyum yang ingin melebar, dia takut Abrega akan melihat itu dari kaca spion.

Setelah sampai, Aneera turun lalu membuka helm dan seperti biasa, menyerahkannya pada Abrega.

Kemudian setelah melepas atribut berkendara, mereka berjalan memasuki sekolah.

"Hm, udah lama nggak digandeng," ucap Abrega.

Aneera menoleh. "Kasian banget dari kapan?"

"Udah lama pokoknya,"

"Mau di gandeng?"

"Mau!"

"Yaudah gandeng aja tangan sendiri, nggak usah repot, gue ke kelas dulu, bye!"

Abrega menelan saliva, Aneera berjalan meninggalkannya begitu saja.

"Woi!" sapa Gilang.

Abrega menoleh ternyata selain ada Gilang, ada juga Janu dan Ivar.

"Mas mas yang satu ini makin lama makin sibuk aja nih sampe nggak nongki nongki udah dua hari," ucap Ivar lalu bersandar pada tiang.

Abrega tersenyum lebar pada ketiganya. "Hehe maaf ya, gue lagi sibuk memperjuangkan perasaan, anjay." Ucapnya.

"Udah sampe mana?" tanya Janu.

"Sampe gerbang," sahut Abrega.

"Di gerbang mulu dari kemarin, belum di izinin masuk?" sahut Gilang.

"Masuk gerbang hati dia nggak semudah masuk gerbang sekolah, duh sumpah ya, baru kali ini gue mau bener-bener serius, biasanya cuma mau mampir," Abrega menggaruk kepalanya.

Gilang menepuk pundak Abrega. "Bagus, lanjutin, lo bisa. Nanti hati dia perlahan akan terbuka buat lo."

"Hebat ya Aneera, salut sih gue, lo bisa tobat gini Ga," sahut Ivar.

AbregaWhere stories live. Discover now