bagian dua puluh empat

5.8K 664 161
                                    

Abrega memberhentikan motornya tepat di depan gerbang rumah Aneera.

Aneera kemudian turun dari motor, dia membuka helm lalu menyodorkannya pada Abrega yang menerimanya.

"Sana masuk," ucap Abrega.

Aneera menatap Abrega. "Makasih banyak Kak, udah bolehin gue nginep, terus pinjemin baju ini, sama nganterin gue pulang juga." u
Ucapnya.

Abrega tersenyum. "Sama-sama."

Aneera tersenyum.

Abrega menatapnya beberapa detik kemudian membuang tatapan, dia tidak kuat menatap Aneera yang sedang tersenyum begitu.

"Yaudah, gue masuk dulu ya, eh iya, lo mau mampir?"

"Hah? enggak enggak gue langsung pulang aja,"

Aneera menganggukan kepalanya, lalu melangkah untuk membuka gerbang.

Abrega menoleh dia mengatur nafasnya setelah Aneera sudah masuk ke dalam rumah. "Anjir apaan nih masa gue deg-degan!" ucapnya lalu menjalankan motornya dari sana.

Aneera menutup pintu gerbang. Dia terdiam sejenak dikala melihat mobil Papa yang terparkir.

Aneera menghembuskan nafas lalu mulai melangkah, bagaimanapun dia harus menghadapi ini.

"Aneera," suara panggilan Papa ini menghentikan langkah Aneera.

Papa mendekat. "Kamu kemana semalam? kenapa tidak pulang?"

Aneera tidak menjawab, dia masih terdiam ditempatnya tanpa menoleh.

"Papa bicara sama kamu, jawab."

Aneera menelan saliva lalu menatap Papa. "Maaf Pa, tapi aku pulang atau enggak itu sama aja, bekas tamparan Papa, nggak akan hilang di hati aku." Ucapnya lalu melangkah menaiki tangga.

Aneera membuka pintu kamar lalu menutupnya kencang. Dia terduduk lalu menangis lagi. Papa bahkan tidak mengucapkan maaf telah menamparnya kemarin.

Tak lama dari itu, pintu kamar Aneera diketuk.

Aneera menghapus air matanya lalu berusaha untuk kembali berdiri. Kemudian Aneera membuka pintu kamarnya.

Bisa Aneera lihat Mbok Loli dengan wajah khawatirnya.

"Neng yaampun Neng si Mbok khawatir banget sama Neng," ucap Mbok Loli dengan beberapa bulir air mata, Mbok Loli mengelus lengan Aneera.

Aneera memeluk Mbok Loli. "Maaf ya Mbok maaf, Aneera kemarin butuh waktu untuk nggak berada disini dulu, hati Aneera sakit Mbok." Ucapnya.

Mbok Loli mengusap lembut rambut Aneera yang terdengar sudah terisak. "Hati Mbok juga sakit lihat Neng kemarin sama Papanya Neng. Maafin si Mbok sama Mang Pian yang cuma bisa diem aja ya Neng, maafin si Mbok."

Aneera menggelengkan kepala lalu melepas pelukannya. "Enggak Mbok, Mbok nggak perlu minta maaf, Aneera gapapa Mbok, gapapa." Ucapnya menatap mata Mbok Loli yang semakin deras menumpahkan air mata.

Mbok Loli merapikan rambut Aneera. "Mbok pokoknya disini kalo si Neng butuh apa-apa yo, Neng panggil aja si Mbok, atau kalau perlu Mbok disini aja temenin Neng ndak kenapa-napa."

Aneera semakin menangis, hatinya tersentuh karena perlakuan Mbok Loli padanya. Aneera benar-benar merasa bersyukur ada Mbok Loli di hidupnya.

"Makasih banyak ya Mbok, Aneera sayang sama Mbok." ucap Aneera lalu kembali memeluk Mbok Loli.

"Si Mbok juga sayang sama Neng, udah kaya anak sendiri, Neng jangan sedih yo, ada Mbok disini Neng." ucap Mbok Loli yang hatinya juga sedih.

Setelah itu Aneera melepas pelukannya.

AbregaDonde viven las historias. Descúbrelo ahora