bagian enam

7.5K 809 67
                                    

"Yaampun gue rela pegangin balon ini sampe kapanpun!" seru Daira seraya memegangi balon dari Abrega, Aneera yang memintanya.

"Iya pegang deh tuh sampe lo mendapat gelar sarjana," sahut Aneera seraya mengaduk mie ayamnya.

Hanya ada beberapa siswa dan siswi baru yang bersebaran di kantin ini, sisanya sudah pulang.

Daira tersenyum seraya melahap siomaynya. "Emangnya lo nggak mau balonnya?" tanyanya.

Aneera menoleh lalu menggelengkan kepala.

"Ih emang kenapa sih? lo emangnya nggak seneng ya? apalagi tadi kan Kak Abrega itu bilang ini buat anak baru favoritnya dan itu elo gilasih!" ucap Daira.

Aneera menutup sebelah telinganya lalu tidak menggubris apa kata Daira, dia lebih memilih untuk fokus makan mie ayamnya.

Daira menepuk lengan Aneera. "Apaan lagi Daira astaga."

"Lo emang serius nggak suka sama sekali sama Kak Abrega?" tanya Daira.

Aneera meneguk es jeruknya. "Enggak."

"Masa sih! lo emang nggak deg-degan gitu setiap ada dia?"

"Enggak."

"Masa sih! sedikit aja gitu?"

"Iyaa enggak."

"Kok bisa sih?!"

"Mana gue tau!"

"Tapi lo yakin lo biasa aja ke Kak Abrega?"

Aneera menghembuskan nafas. "Lo ini lagi sensus penduduk baru atau gimana sih? nanya terus."

Daira tersenyum lebar. "Hehe abisan aneh aja, masa bisa lo biasa aja sedangkan semua cewek yang dilewatin Kak Abrega aja bisa klepek-klepek."

"Hah? klepek-klepek?"

"I—iya kaya jatuh cinta gitu lah!"

"Oh itu manusia apa ikan klepek-klepek?"

"Ih oon manusia lah!"

Aneera kembali fokus makan.

Beberapa menit kemudian makanannya sudah habis, Aneera menegak habis es jeruknya.

"Pulang yuk," ajak Aneera, Daira menganggukkan kepala.

Mereka kemudian memakai tas, lalu berjalan dari sana.

"Asik kita besok pake baju putih abu-abu Ra!" ucap Daira.

"Hm, eh iya lo udah di jemput? agak mendung deh kayanya," tanya Aneera setelah melihat matahari yang bersembunyi dibalik awan serta awan berwarna abu-abu dari arah lapangan.

"Wah iya, tapi udah kok, supir gue udah nungguin daritadi tuh di depan," sahut Daira.

"Oh okee," sahut Aneera.

Mereka kemudian sampai di pintu keluar gedung. Benar saja mendung kini menghiasi sebagian besar awan di atas sana.

"Pulang duluan yaa! eh ini, balonnya, gimanapun ini Kak Abrega ngasih ke lo. Jangan lo terbangin ya! walaupun lo sebel banget kayaknya sama Kak Abrega tapi lo harus menghargai pemberian orang okee!" oceh Daira lalu menyerahkan kembali balon itu ke tangan Aneera.

Aneera mengangguk pelan. "Iyaa siap Ibu Daira."

"Hehe babay! sampai ketemu besok pake seragam putih abu-abu lalala!" seru Daira lalu melangkah dari sana.

Aneera hanya tertawa kecil lalu memilih untuk duduk di sebuah bangku dekat mading sekolah.

Dia membuka tasnya, mencari ponselnya namun tidak berhasil ditemukannya.

AbregaWhere stories live. Discover now