Aneh. Bukankah Sakura harus fokus pada misi menemukan batu giok itu? Seharusnya ia tak peduli apa yang dilakukan Kakashi selama tidak mengganggu misi utama mereka. Ia mungkin hanya merasa kesal. Merasa ia harus menemukan batu giok itu sendirian sedangkan Kakashi hanya bersenang-senang. Faktanya, Kakashi tidak bersenang-senang. Ia tidak melakukan apa-apa. Bukankah Kakashi juga tidak meminta Sora untuk mencium pipinya? Lalu, kenapa kau kesal, Sakura?

"Sakura, apa yang—"

"Uhm, Ichika-chan, bolehkah aku minta teh chamomile sekarang?" Sakura harus berterima kasih atas interupsi Taka.

"Tentu saja, Taka-kun. Tunggu sebentar, ya!" Sakura menatap Kakashi dan berdeham lemah, "Sebaiknya kau segera pergi agar Sora tidak curiga sedikit pun mengenai kita."

Sembari merapikan yukata, Sakura berjalan meninggalkan Kakashi yang menatap punggungnya dengan intens.

***

"Namanya Kenji. Dia pengawal baru yang masuk minggu ini. Uh, kau harus melihatnya nanti. Dia cukup imut, lho!"

Dari kejauhan saja, Sakura bisa menebak bahwa orang yang baru saja berbicara adalah Haruka. Gadis itu memiliki nada suara satu oktaf lebih tinggi dibandingkan dengan orang lain di mansion.

"Dia pasti akan muncul saat pesta berlangsung. Pastikan kau melihatnya secara langsung, Yuki-chan."

"Aku tidak yakin kita bisa bersenang-senang saat pesta berlangsung. Erika pasti berubah menyebalkan nanti."

"Oi, Ichika-chan, " ujar Haruka melambai begitu Sakura masuk ke dapur.

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Yuki menoleh ke belakang seolah Ryota bisa saja masuk ke dapur mansion. Mana mungkin Ryota akan mengikuti Sakura ke dapur? Dugaan yang terlalu berlebihan.

"Aku tidak bersamanya kalau kalian ingin tahu. Hari ini aku mendapat tugas bermain dan menjaga Taka-kun." Sakura mengambil teh chamomile dari rak penyimpanan dapur dan menatap pada dua gadis yang saling berpandangan heran.

"Apakah Ryota-sama tidak memberimu hadiah?" bisik Haruka pelan sekali.

"Ya."

Yuki dan Haruka kembali berpandangan.

"Sebuah gaun hijau yang tidak modis," jawab Sakura teringat pada gaun dengan belahan dada yang cukup rendah pagi tadi.

"Wah, kau akan dikenalkan sebagai gadis baru besok."

Sakura yang tengah mengaduk teh chamomile berhenti. "Gadis baru?"

Mengabaikan kernyit Sakura, Haruka mengibaskan tangan. "Gadis baru yang paling cantik di mansion ini. Tahun lalu, ia mengenalkan Erika pada semua orang."

Yuki yang terlihat lebih paham memandang jengkel pada Haruka. " Setiap beberapa bulan sekali, Ryota-sama menggelar pesta dan mengundang banyak orang. Ia suka mengenalkan gadis muda dan cantik pada semua kenalannya."

"Semacam simpanan?" tanya Sakura.

Yuki mengedikkan bahu. "Untuk mendapatkan semacam penghormatan atau kebanggaan, mungkin iya."

"Kalian?"

Seolah tahu apa yang ada di pikiran Sakura, Yuki menggeleng. "Aku dan Haruka tidak masuk hitungan. Mungkin kami kurang menarik di mata Ryota-sama. Dulu, ada beberapa gadis yang tinggal di sini. Mereka hilang satu per satu."

"Hilang?" Sakura semakin tidak mengerti. Bayangan kelam mengenai gadis muda yang mati terbunuh berkelebatan di otaknya.

Yuki mengangguk. "Dijual, barter atau semacamnya, aku tidak tahu. Kudengar dari rumor yang beredar di sekitar mansion, gadis cantik yang pernah dimiliki Ryota bisa saja diberikan pada kenalannya. Hadiah atau urusan bisnis mungkin."

BlueWhere stories live. Discover now