Chapter 2.6 [2/2]

Start from the beginning
                                    

Kirika melontarkan ultimatum, "Aku berani taruhan. Kau tidak ingin kehilangan matamu yang tersisa, bukan? Jadi berhati-hati dengan jawaban dari mulutmu."

Satu tarikan napas dari Kirika ia embuskan kasar. Kontan itu mengundang pandangan Jason Palsu meliar, memandang ke sembarang arah. Nahas, tiada satu pun pertama pertolongan akan datang untuknya. Saat mengetahui Kirika yang mulai bergerak, maniknya segera berfokus pada wanita tersebut.

"Pertanyaan pertama." Kirika melantang, sukses membuat adrenalin Jason Palsu di sana meloncat. "Siapa kau sebenarnya?"

Manik delima sengaja berhenti di hadapannya, hendak mempertemukan diri dengan si manik kelabu. Tangannya mengarahkan ujung pulpen tepat di punggung tangan Jason Palsu yang terbelenggu di atas lengan kursi.

"Aku akan mulai dengan tangan kananmu," katanya. "Aku menunggu."

Pandangan Jason Palsu beralih kepada pena yang ditujukan di atas punggung tangannya. Gemetar terus menguasai tubuh. Dia mulai hilang kendali, bahkan kepala pria itu sama sekali tak mau berhenti berguncang. Sementara mulutnya terbuka, tetapi sama sekali tak bersuara.

Kirika mulai menghitung mundur. Suara empunya manik delima seolah menggema. Pandangan si Jason Palsu seperti berputar. Semakin dekat dengan angka nol, ujung pena kian mendekat ke punggung tangan. Kontan memberikan sensasi yang kunjung menciptakan bulir keringat atas dorongan adrenalin yang berujar tak tenang.

Si wanita tersenyum samar. Mengetahui yang tengah ia sandera tidak akan bersuara, maniknya jatuh kepada punggung tangan pria di hadapannya. Kekehan singkat bahkan ia lantunkan.

Perlahan-lahan ujung pena mulai menyentuh kulit dari punggung tangan. Kemudian Kirika mendorongnya agar menusuk, mengusahakan ia masuk menembus daging. Jason Palsu meringis, pula tak lama memekik pedih. Namun, Kirika tak berhenti. Senyum samar masih menempel di wajahnya.

Seolah pekikan itu merupakan lagu yang menyenangkan bagi telinganya.

Kirika tetap melanjutkan meski kini Jason Palsu menjerit. Manik delima hanya memandang kosong. Luka yang berusaha ia toreh telah meneteskan cairan merah kental. Terus menetes, pula menciptakan banyak jalur kala Kirika menggerakkan pena.

Merasa puas dengan permainannya, ia langsung mencabut pena. Kirika utuh menyisakan nyeri di punggung tangan itu, bersama darah yang keluar semakin banyak, menetes menciptakan genangan kecil di atas tanah. Dia lalu memandang Jason Palsu yang mulai menangis. Namun maniknya tak lebih tengah menyorot datar.

"Selanjutnya, Tuan Palsu," ujar Kirika. "Tanpa seizinmu aku akan melakukan hal yang serupa dengan bahumu."

Demikian Kirika berkata, dia segera menyibak jas Jason Palsu berikut dengan kemejanya. Serupa kala ia menyiksa punggung tangan, sekarang ia mengarahkan ujung penanya pada bahu.

"Siapa yang memberimu perintah?"

Yang ditanya mulai tersedu-sedu. Manik kelabunya tak lagi berani membalas tatapan Kirika. Lagi, dia tampaknya tak ingin menjawab.

Segera Kirika lakukan hal serupa pada punggung tangan si Jason Palsu. Namun, kali ini dia segera menghujam penanya dengan keras, spontan melaungkan jeritan dari pria yang tengah ia siksa. Dia terus meronta dan memberontak, tetapi tak sedikit pun dari usahanya membuahkan hasil.

Kali ini darah mengucur lebih deras, merembes ke kain kemeja. Empunya hanya bisa menangis di sela ia meringis. Sulit bagi Kirika untuk menusuk ujung pena lebih dalam. Berakhir ia memutuskan mencabut pena, dengan sengaja menggoyang-goyangkan sebelum utuh mengeluarkannya dari luka yang telah ia ciptakan. Dia bisa mendengar ringisan tertahan yang kesekian kali keluar lewat telinga kirinya.

Fate : A Journey of The Bloody Rose [END]Where stories live. Discover now