Bagian 19

13 2 0
                                    

Kalo emang gak bisa diperjuangkan.
Yaa gak usah dipaksakan.


---------------------

Ailve berjalan menyusuri koridor menuju ruang drama. Kepalanya sedikit merunduk, ia tak menghindari dampak yang pasti terjadi akibat kejadian kemarin di depan sekolah. Banyak yang mencuri-curi pandang padanya,  dengan beraneka tatapan.

Sedikit risih memang mendapat pandangan seperti itu. Pasalnya, ia tidak pernah terkait hal-hal yang bersifat sensasional. Ia hanya di kenal sebagai siswi yang cukup cerdas, berbakat dalam karya seni drama, dan juga sifat dinginnya terhadap sekitar.

Namun, kejadian kemarin sepertinya mampu membuat semua murid memiliki asumsi masing-masing tentang dirinya.

Oke, ailve akan berusaha untuk mengabaikan itu semua. Karena tujuan nya saat ini adalah bertemu dengan pak edy, selaku pembina ekstrakurikuler drama yang tiba-tiba memanggilnya.

Ailve memasuki ruang drama, dan ternyata bukan hanya dirinya saja yang di panggil, sudah ada Fajrin -ketua drama, Laurin -bendahara, dan sekarang dirinya selaku sekretaris berkumpul di dalam ruangan itu.

"Oke, diandra sudah datang. Langsung saja, bapak ingin memberitahu kepada kalian sebagai perwakilan dari anggota yang lain. Cukup terkejut pasti mendengar kabar ini" Pak Edy mengawali, Fajrin, Laurin dan Ailve hanya diam menunggu kelanjutan.

"Sekolah kita di undang untuk tampil di acara besar, khususnya drama. Pembukaan yayasan sekolah baru di kawasan kuningan. Dan acara itu di gelar akhir bulan depan" semua pasang mata yang ada di dalam ruangan itu sontak membulat.

"Dan itu berarti kalian punya waktu sekitar enam minggu untuk latihan. Kalian sanggupkan?" tanya pak edy.

Satu-satunya siswa angkat bicara -Fajrin "Pak, apa tidak terlalu cepat waktu enam minggu untuk latihan sedangkan tiga minggu lagi kami akan menghadapi ujian semester?" ungkapnya.

Pak Edy mengangguk "Ya bapak tahu, ini sedikit menganggu waktu belajar kalian. Undangan ini memang sangat mendadak, sedangkan menampilkan sebuah drama butuh latihan yang cukup lama" Pak Edy menarik nafas untuk melanjutkan ucapannya.

"Tapi, mau bagaimana lagi. Undangan itu adalah sebuah kehormatan bagi sekolah kita" ketiganya mengangguk, mengerti.

"Kita tidak perlu mencari cast, kita pakai orang yang sudah biasa saja" pungkas Pak Edy mendominasi perbincangan diantara mereka lalu tatapannya tertuju pada Ailve.

"Diandra kamu siapkan?" tubuh Ailve menegak. Jika kondisi batinnya sedang tidak ada masalah, mungkin ia akan menyetujuinya. Namun, saat ini hati dan pikirannya sedang benar-benar buruk.

Maka dari itu,  ia harus menimbang sebelum mengambil keputusan. Ia tak mau jika penampilannya nanti malah mengecewakan. Ia takut jika saat latihan, ia tidak profesional karena keadaan dirinya yang buruk.

Tentang kejadian kemarin-kemarin yang menyangkut nama althaf masih mendominasi pikirannya hingga saat ini.

Hingga ia merasakan usapan lembut di bahu kanannya "Lo bisa kan, ve. Lo pasti bisa!" tangan laurin merangkul pundak Ailve. Gerakannya seolah tahu apa yang sedang ailve pikirkan.

"Diandra usahakan ya, Pak" jawab Ailve, ragu.

Melihat raut Ailve yang tidak yakin, Pak Edy hanya mengangguk.  Lalu tatapannya beralih pada Fajrin "Kamu juga fajrin, siapkan lawan main dengan diandra?"

"Siap pak" jawabnya tegas.

"Oke, untuk laurin bapak bebaskan kamu. Kamu mau ikut main peran atau mengurus jalannya drama ini, terserag. Tapi, bapak sarankan kamu ikut main peran saja" ujar Pak Edy.

ALTEONWhere stories live. Discover now