Prolog

398 130 126
                                    

Sempat hadir
bukan untuk bertukar cerita
tetapi menitip luka

-Althaf G. D

--------------------

"Oke, cukup, latihannya sampai disini dulu. Makasih buat semangat kalian. Latihan selanjutnya harus lebih baik!" Seorang gadis berbicara sambil memakai tas gendong yang hanya dikaitkan di satu lengan kanannya seraya berjalan keluar dari ruangan seni.

Ruangan seni dibuat cukup luas dan hampa maka dari itu digunakan untuk latihan beberapa ekstrakurikuler seni yang mencakup drama, teater, tari, band dan lain sebagainya. Untuk band memiliki ruangan tersendiri karena menempatkan beberapa alat musik.

Siswa-siswi di dalam ruangan seni itu mengangguk patuh padahal pemilik suara tadi tidak menoleh sama sekali karena sudah berjalan cepat keluar ruangan.

Cuaca hujan, alhasil perlu mengitari koridor untuk keluar dari sekolah menuju tempat pemberhentian angkutan umum.

Dan itu cukup membuang tenaga dan memakan waktu, karena alternatifnya adalah menyeberangi lapangan upacara.

Tak ada jalan lain, jika ingin cepat keluar sekolah, ya harus mau disirami air hujan.

Pasalnya tidak untuk sekarang membiarkan tubuhnya basah kuyup. Mengingat ia memiliki alergi dingin dan memiliki tanggung jawab penuh untuk membimbing eskul drama, ia tak boleh sakit.

Ketika sedang gusarnya berjalan karena terburu-buru, pandangan nya teralihkan ke bawah ketika tepat diperbelokkan koridor antara kelas X IPA 6 dan XI IPS 1.

Tali sepatu kaki kirinya terlepas dan itu menjadi pusat perhatiannya. Pantas saja ia merasa kesusahan berjalan.

Lalu ia membungkuk, jongkok, untuk membetulkan tali sepatunya.

Belum sempat ia berdiri matanya tertuju pada sepasang kaki di depannya jaraknya kurang lebih satu meter.

Sepasang kaki dengan balutan celana abu itu tidak menghadap ke arahnya, melainkan ke arah lapangan sebagai penopang tubuhnya yang bersandar pada tiang tembok.

Lantas gadis itu mengangkat wajahnya untuk melihat siapa pemilik sepatu itu yang diduga laki-laki.

Terkejut. Sosok yang sedang berdiri dihadapannya, bersandar pada tiang tembok pun sama persis sedang melihat ke arahnya dengan tatapan tak dapat terhindarkan.

Mata keduanya bertemu seperkian detik.

"Althaf" gumamnya dalam hati.

Gadis itu yang memutuskan kontak matanya, berdiri lalu beranjak pergi.

Melewatinya serta meninggalkannya.

Ia tak menyangka akan mendapati manik mata itu lagi.

Sial.

Padahal sudah jarang sekali ia tak melihat sorot mata elangnya setelah kejadian 3 bulan yang lalu. Dan itu cukup untuk mengalihkan rasa sakit di hatinya.

Selama perjalanan menuju keluar sekolah pun. Otak ailve terus mencerna kejadian barusan.

Sebenarnya tidak ada niatan dirinya untuk menghindari althaf. Namun, sebisa mungkin ailve tidak ingin berkontakkan lagi dengan althaf dalam segi apapun.

Bukan tanpa sebab ailve melakukannya.

Namun, ailve sudah terlanjur sakit hati pada althaf.

Ia berharap itu tidak akan terjadi lagi.

Ia berharap tatapan seperti tadi tidak akan pernah terulang lagi.

Sudahlah. Ailve harus bergegas pulang jam yang melingkar di lengan kirinya sudah menunjukkan pukul 5 lewat 30 sore hari dan sore ini ia pulang di temani dengan guyuran air hujan, menerima konsekuensi apabila ia kedinginan nantinya .

--------------------

Next
Yay or nay?

#firstory
#backagain

ALTEONWhere stories live. Discover now