Untitled Part 40

2.6K 356 39
                                    

Disuatu pagi yang cerah, H-3 kepergian Safira, satu hari setelah acara nelonan Randi dan Aileen, ada Azio yang sedang duduk manis di ruang tamu milik Safira. Jam dinding menunjukkan pukul 8.48.

"Cuman ada ini." Kata Safira seraya memberikan Molto berwarna hijau kepada Azio.

Azio cuman menganggukkan kepalanya, sebelum berdiri dari tempatnya. "Thanks ya."

"Nggak mau sarapan dulu?"

"Cuman mau minta pewangi aja kok." kata Azio seraya berjalan berangsur keluar.

"Oh, ya udah."

"Ntar pulang kerja mau ku jemput?"

Safira mengumam, "Nggak usah, aku mau perpisahan sama orang kantor. Mulai besok nggak masuk kerja."

Azio mengangguk. "Kamu tapi--ya udah deh, makasih ya."

Safira mengangguk, seraya mengantar Azio keluar rumah, dan menutup pintu rumahnya.

***

Di sisi lain, Milena hanya bisa cemberut sepanjang hari. Setelah membantu Dipta mengajar, dia memilih mengungsi ke Pizza Hut. Tempat terdekat dengan universitas tempat dia dan Dipta bekerja.

Sekarang pertanyaannya, siapa yang tidak cemberut kalau sepanjang hari Dipta bersikap seperti tidak ada apa-apa, sementara terkadang membahas bahwa dia lolos beasiswa Eropa itu, dan meminta izin cuti belajar, terutama karena semester sudah akan berakhir.

"Aku dan Adelia kemari bukan untuk melihat mba Milena cemberut sepanjang waktu." Kata Adimas lalu bersender di kursi.

Iya, Milena kini di temani oleh Adelia dan Adimas. Iri sebenarnya karena dia bersama dengan dua pasangan lovey dovey yang sebenarnya tidak lovey dovey ini, hanya saja cuma mereka berdua yang dapat diandalkan ketika hal seperti ini.

"Aku kesal. Aku mau ditinggal dia pergi. Dia bersikap seolah-olah tidak ada apa-apa. Membuat aku ingin menangis setiap hari." 

Adelia yang membolak balik menu, akhirnya menghentikan tingkahnya dan mulai memperhatikan Milena. "Mba Mil, menangis saja. Ungkapkan semuanya. Jujur sama mas Dipta."

"Easy to say, huh." Lalu Adimas tertawa. Memegang hidung Adelia, sebelum menjepitnya dengan kedua jarinya gemas. "Kamu aja nggak gitu kan."

Milena iri dengan pemandangan di depannya, yang mana Adelia terlihat kesal, lalu memukul pundak Adimas. Sementara Adimas hanya tertawa gemas sebelum melepas jepitan jarinya.

"Maksud aku, semua akan lebih mudah kalau mbak Milena jujur." Kata Adelia seraya meraba hidungnya yang kesakitan karena dijepit Adimas. "Aku juga mau jujur." Lanjutnya. "Aku juga benarnya takut. Besok mas Adimas udah seminar skripsi, terus habis itu revisi, habis itu ninggalin aku. Aku takut kalau hubungan aku berhenti begitu LDR."

Milena dan Adimas memperhatikan dengan seksama.

"Aku sayang banget mas Adimas, mbak Mil tahu itu. Lalu aku nggak bisa dan nggak mau pisah sama dia, tapi LDR ini menanti. Aku akhirnya harus siap kalau misalnya kita LDR lalu putus." ujar Adelia, sebelum akhirnya memiringkan kepalanya untuk menyender ke bahu Adimas. Memasukkan tangannya ke lengan Adimas yang terbuka untuk merangkulnya.

Milena iri. sungguh. Dia juga mau seperti itu dengan Dipta.

"Makanya sekarang aku puas-puasin." Kata Adelia. "Jadi kalaupun putus, aku masih punya kenangan manis." Lalu ia menghela napas. "Bukan berarti aku mau putus loh mas Dim, aku cuman insecure. Aku gak bisa jauh dari mas Dim."

Kini giliran Adimas yang memiringkan kepalanya untuk bersender ke atas kepala Adelia.

"Kamu jadi bikin aku sedih, tapi aku jujur juga takut dengan itu." Kata Adimas. "ucapan Adelia ada benarnya juga mbak milena, mending kita jujur aja. Akan lebih tenang setelahnya."

Perumahan Bahagia ✓Where stories live. Discover now