Untitled Part 32

1.9K 386 105
                                    

"Siapa sih yang di sukain Oriel?" Pertanyaan barusan selalu berdengung di pikiran Ariel, bahkan setelah dia sudah memasuki kontrakan milik Indrani, secara Safira sedang pergi keluar kota, sehingga dia harus tinggal di kontrakan Indrani.

Gimana nggak? Selama di rumah pasutri geje, Ariel selalu di kepoin tentang abangnya yang memang pendiam banget kalau masalah kehidupan pribadi.

Bukannya nggak mau ghibah, tapi Oriel kakaknya sendiri and dia tuh beruntung Oriel mau membuka mulut padanya. Jadi apa berani dia membuka curahan hati milik kakaknya ke muka umum?

"Duduk dulu aja Ariel, aku ke kamar mandi dulu bentar." Ucap Indrani.

Ariel melihat isi rumah yang di kontrak oleh Indrani. Sepi. Minim hiasan. Hanya ada televisi dan kulkas, tanpa ada meja makan. Ruang tamu ada sofa kecil, tapi thats it. Cocok benernya buat rumah tangga baru. Berbeda dengan rumah pasutri geje yang sudah lengkap sekali.

"Ariel."

Kaget di panggil, Ariel hanya bisa mengelus dada sedetik sebelum menjawab panggilan itu. "ya mba?"

"Mau minum apa?"

"Nggak usah mba, ngga haus. Ntar ambil sendiri aja boleh?"

"Oh, iya ya. Boleh banget."

Ariel hanya terdiam sebentar, lalu tersenyum. "Apa sih mba? Apa yang mau ditanyain? Mukanya kayaknya penasaran banget." Tanya Ariel jahil. Pada dasarnya memang sekarang muka Indrani tampak ingin mengutarakan sesuatu, tapi tanpak tersendat.

"Nggak kok, haha." Lalu Indrani duduk di samping Ariel, menyalakan televisi.

"Kalau ngga ditanya, aku nggak akan jawab loh." Goda Ariel lagi. "Aku tahu pasti penasaran tentang mas Oriel kan?"

Ariel bisa melihat Indrani menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Nggak kok. Aku nggak penasaran tentang mas Oriel--eh Oriel."

Ariel kemudian hanya mengangguk, lalu menatap televisi. Siaran channel Net.TV yang kebetulan memutar 86.

"Aku nggak penasaran tentang Oriel,--" suara Indrani terdengar. "--tapi tentang kamu."

Menarik pikir Ariel. "Emang tentang aku kenapa mba?"

"Ngapain ke Malang? Bukannya di madiun? Kalian orang madiun kan?"

Ariel mengangguk. "Aku mau menemani mas Oriel sampai koasnya selesai. Lalu kami akan pindah, sesuai dimana mas Oriel mau" Kata Ariel. "Bahkan keluar negeri"

"Ha?"

"Jadi dokter hewan itu bukan perkara mudah kan mbak. Hampir sama sama dokter manusia. Habis selesai koas di klinik, nanti mas El langsung ikut ujian dokter, terus ujian lagi biar bisa buka klinik, atau mungkin daftar jadi PNS atau bisa juga jadi dosen, jadi harus ambil s2 dan s3 di luar."

"O--oh."

"Bentar lagi mas El selesai Koas, jadi aku nemenin sampai mas El ujian."

Hening.

"B--bukannya dia masih lama? Magang?"

Ariel menggeleng. "Mas El nggak ada magang mba. Dokter manusia sama dokter hewan beda. Jadi kalau dokter Hewab tuh selesai Koas, ujian dokter, jadinya udah dokter hewan."

"K--kenapa nggak bekerja disini aja selamanya?"

"Gajinya mbak." Kata Ariel. "Mas El itu--aku harusnya nggak cerita ini, tapi buat mbak aku ceritain deh. Mas El itu udah nggak di anggap anak sama ibu sama ayah. Soalnya milih jadi dokter hewan. Menurut ibu sama ayah, dokter hewan itu nggak ada apa-apanya dibanding dokter manusia. Jadi mas El mau buktiin ke ibu sama Ayah, kalau gajinya banyak dan bisa sukses, biarpun jadi dokter hewan."

Perumahan Bahagia ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang