50.

1K 55 5
                                    

"Mau apa anda ke sini?!" Sentak Siska begitu melihat Audrey dan Aldo berdiri di depan pintu rumahnya.

"Ma ---"

"Jangan panggil saya dengan sebutan itu! Saya bukan mama anda!" Sinis Siska memotong ucapan Audrey.

Audrey mencengkram tangan Aldo.

"Pergi anda dari rumah saya! Anak pembawa sial." Sinis Siska lagi.

Audrey menunduk mendengarnya, "Audrey bukan pembawa sial, ma..." Lirih Audrey.

"Tante bisa gak sih jangan ngomong begitu?! Audrey ke sini itu cuma mau ngundang tante ke ulang tahunnya. Audrey masih ngehargain tante sebagai mamanya loh."

Tiba-tiba saja sebuah telapak tangan mendarat tepat di pipi kiri Audrey, membuat gadis itu dan Aldo terkejut bukan main.

Audrey pun langsung menyentuh pipi kirinya yang memanas. Ia berusaha menahan tangisnya agar tidak pecah saat ini.

"SUDAH BERAPA KALI SAYA KATAKAN? SAYA TIDAK PUNYA ANAK PEMBAWA SIAL SEPERTI ANDA. SAYA TIDAK PUNYA ANAK BERNAMA AUDREY."

Emosi Aldo sudah memuncak. Ia menarik Audrey ke balik punggungnya. "Kenapa sih tante selalu bilang Audrey pembawa sial? Salah Audrey itu apa, tan?! Kalau tante gak mau anggap Audrey sebagai anak, itu keputusan tante! Tapi jangan buat Audrey tidak mau mengakui tante sebagai mamanya!"

"Dia mau tante dateng di makan malam ulang tahunnya. Tante cuma tinggal jawab bisa atau gak. BUKAN NAMPAR AUDREY!" Aldo sedikit berteriak di kalimat akhirnya. Ia benar-benar tidak terima jika Audrey ditampar tanpa alasan.

Siska menatap Aldo dengan mata berapi-api. "Kamu itu tidak tau apa-apa!" Tangannya lalu menunjuk Audrey. "GARA-GARA ANAK ITU SUAMI SAYA MENINGGAL, KELUARGA SAYA HANCUR KARENA KELAHIRAN ANAK ITU. SEHARUSNYA SAYA MEMANG MENGGUGURKANNYA DARI AWAL!!" Seru Siska samb sengaja mengenakan telunjuknya tepat di pelipis Audrey. Kukunya yang tajam Siska goreskan di wajah gadis itu.

Aldo yang melihatnya segera menepiskan tangan Siska. Di belakangnya Audrey mulai terisak. Emosi Aldo semakin meninggi saat merasakan getaran dari tubuh Audrey.

"UDAH TANTE UDAH! BERHENTI HINA AUDREY!" Bentak Aldo.

Setelah mengatakan itu, Aldo segera berbalik dan menarik pergelangan tangan Audrey.

"Ayo, kita pulang!" Ajak Aldo tanpa basa-basi. Audrey pun kemudian berjalan mengikuti Aldo masih dengan kepala tertunduk.

"DASAR ANAK TERKUTUK! PEMBAWA SIAL!" Ucap Siska menatap punggung kedua remaja tersebut. Ia kemudian berbalik, masuk ke dalam rumah dan membanting pintu dengan cukup keras.

---

Selama di perjalanan Audrey hanya diam. Aldo pun demikian. Ia tau, perasaan Audrey saat ini pasti sedang kacau. Ia akan menghibur gadis itu nanti di rumah.

Sesekali Audrey nampak menyeka air matanya. Tatapannya kosong ke depan. Lagi-lagi usahanya untuk memperbaiki hubungan dengan sang mama harus berakhir sia-sia.

Tahun kemarin Audrey berharap, ulang tahunnya kali ini Siska akan datang meski tidak mau berbicara dengannya. Ia juga tidak masalah kalau akan dikatai anak terkutuk, asalkan ia bisa merayakan ulang tahunnya bersama mamanya itu. Namun sayang, harapannya tinggallah harapan.

Kini di kepala Audrey bermunculan banyak sekali pertanyaan. Apa hidupnya memang membawa kesialan bagi orang tuanya? Apakah hidupnya adalah sesuatu yang salah? Jika memang iya, mengapa Tuhan masih memberinya nafas hingga hari ini?

Semua tuduhan dan keluhan itu memenuhi setiap celah yang ada di otaknya, begitu pun dengan ucapan mamanya yang terngiang-ngiang menjadi satu. Di saat seperti inilah Audrey sangat merindukan sang ayah.

Sepuluh tahun yang lalu, saat papanya masih ada, saat mamanya mengatainya anak terkutuk, anak pembawa sial, papanya akan selalu berkata, 'Audrey bukan anak terkutuk! Audrey itu putri kecilku, mengapa kamu selalu mengatakan hal bodoh, Siska?!'

"Yuk turun. Udah sampe." Ucap Aldo tiba-tiba membuyarkan lamunan Audrey.

Audrey mengerjap beberapa kali sebelum akhirnya mengangguk kecil. Ia membuka pintu mobil dan berjalan gontai. Aldo yang melihat itu langsung menggandeng Audrey.

"Setelah ini istirahat. Nanti kakak ambilin makan malamnya." Ucap Aldo membuat Audrey menatapnya sekilas, lalu mengangguk sambil tersenyum tipis.

Mereka pun kemudian masuk ke dalam rumah Syela. Sesampainya di ruang tengah, Roy beserta yang lain langsung terkejut begitu melihat wajah Audrey yang kacau dan ada luka di dekat alis Audrey.

"Kamu istirahat dulu aja," Ucap Aldo.

Audrey mengangguk. Setelah itu Audrey mulai naik ke kamarnya, meninggalkan Aldo dengan Roy, Gisell, dan Syela.

"Audrey kenapa, Do?" Tanya Roy yang khawatir dengan putri angkatnya itu.

"Audrey baik-baik aja kan, Do?" Gisell ikut khawatir.

Aldo menunduk, ia merasa bersalah kepada Gisell dan Roy. Seandainya saja tadi ia melarang keinginan Audrey dengan tegas, pasti hasilmya akan berbeda.

Aldo menarik napasnya cukup dalam. "Sebelumnya Aldo minta maaf, om, tante." Ucap Aldo menatap Gisell dan Roy bergantian.

"K-kenapa? Audrey kenapa, Do?" Gisell mulai terlihat panik.

"Kamu tenang dulu, biar Aldo jelasin." Ucap Roy menenangkan.

Syela yang juga berada di sana ikut penasaran. Ia memeluk sang mama karena takut sesuatu yang buruk telah terjadi dengan Audrey.

Melihat kondisi mereka semua yang khawatir dengan Audrey, membuat Aldo semakin merasa bersalah. Ia memandangi ketiganya secara bergantian. Ia mengambil satu tarikan napas yang panjang,

Aldo mulai menceritakan semuanya. Dari awal mereka di makam Firman, sampai keinginan Audrey pergi ke rumah Siska dan berakhir dengan omongan-omongan Siska yang menusuk hati.

"Aldo minta maaf sama om, tante. Andai tadi Aldo ngelarang Audrey dengan tegas, mungkin dia gak akan seperti ini." Tutup Aldo di akhir cerita.

"Kenapa sih tante Siska masih seperti itu sama Audrey? Bentar lagi Audrey tujuh belas, tapi kenapa Tante Siska gak pernah berubah?!" Ketus Syela setelah mendengar cerita Aldo.

"Syela. Jangan bicara seperti itu." Tegur Roy.

"Tapi Syela kesal, pa. Memangnya Audrey salah apa sampai dia dikata anak pembawa sial. Audrey lahir gak tau apa-apa, terus waktu tumbuh malah dibilang pembawa sial gara-gara keluarganya bangkrut." Syela berhenti sejenak, mengatur napasnya, lalu kembali melanjutkan, "Kalau Syela jadi Audrey, pasti Syela sudah nyerah. Audrey anaknya kuat. Syela salut sama ketabahan dia." Ucap Syela sedikit terisak.

Gisell menepuk pundak anak gadisnya itu. "Sudah, nak, tenang."

"Sudah jangan ikut nangis, Syela. Sekarang mending kita makan malam dulu, setelah itu papa sama Aldo akan ke kamar Audrey." Roy bangkit berdiri dan berjalan ke ruang makan, diikuti oleh lainnya.

Akhirnya Aldo makan malam terlebih dahulu dengan keluarga Syela. Setelah itu baru ia akan ke kamar Audrey bersama dengan Roy.

---

Revisi : 08-07-20

Jangan lupa vote+comment

Happy Reading Readers

SHE'S MY WORLD [COMPLETED]Where stories live. Discover now