49.

914 59 5
                                    

Firmansyah

Audrey mengusap batu nisan yang bertuliskan nama ayahnya. “Pa, sudah lama Audrey gak ke sini. Hari ini Audrey datang sama Kak Aldo.” Ucap Audrey.

Aldo tersenyum. “Bagaimana kabar om di sana? Aldo di sini baik-baik aja sama Audrey.” Sapa Aldo pada Firman yang ia yakini melihat mereka dari surga.

“Kita gak baik-baik aja, pa. Audrey sama Kak Aldo baru baikan setelah setahun gak chat atau teleponan.” Bantah Audrey memberitahu ayahnya mengenai pertengkarannya dengan Aldo.

Aldo terkekeh mendengarnya. “Itu Audrey dulu, om, yang mulai. Dia salah paham terus marah gak jelas deh. Dari dulu tuh om sukanya gitu, mikir berlebihan.” Gurau Aldo.

Audrey berdecak sambil menoleh ke Aldo. “Kalau papa ada pasti bilang, Aldo Audrey gak usah berantem om berisik dengernya.” Ujar Audrey menirukan suara ayahnya dulu.

Aldo mengangguk. “Iya, tapi kita bukannya berhenti justru tambah berisik kan.” Jawab Aldo tertawa.

“Iyalah, kakak aja gak berhenti ganggu Audrey.” Bantah Audrey membela diri.

Aldo tersenyum merangkul Audrey. “Jadi pingin balik masa kecil.” Ujar Aldo lalu menatap nisan Firman. “Om, bentar lagi Audrey tujuh belas tahun loh. Dia gak mau pesta, katanya minta dimasakin aja sama ibu-ibu terbaiknya.”

“Ibu-ibu terbaik?” Audrey menautkan kedua alisnya, menatap Aldo bingung.

Aldo terkekeh, “Maksud kakak itu Tante Gisell, Tante Maria, Tante Risa sama mama.”

“Oohh.” Ucap Audrey mengangguk paham.

“Kamu gak mau cerita sesuatu sama papa kamu?” Tanya Aldo masih menatap Audrey.

“Mau.”

“Cerita lah.” Suruh Aldo.

Audrey lalu menatap nama ayahnya yang terukir rapi di batu nisan bergambar salib itu. “Pa, beberapa bulan lagi Audrey akan daftar universitas di Prancis. Papa doain ya biar semuanya lancar, biar Audrey bisa wujudin keingin terakhir papa …” Audrey berhenti sejenak. Ia tersenyum sendu sambil mengingat lagi masa kecilnya dulu.

“Pa, Audrey kangen banget sama papa. Bentar lagi Audrey ulang tahun yang ketujuh belas, itu tandanya sudah hampir tujuh tahun papa ninggalin Audrey. Papa apa kabar di atas sana? Pasti papa bahagia karena bisa jalan lagi. Audrey di sini ikut bahagia, pa, meski sebenarnya Audrey masih belum rela papa pergi secepat itu. Oh ya, pa, menurut papa, apakah tahun ini mama akan kasih Audrey ucapan? Kalau gak, berarti tujuh belas tahun mama gak pernah ucapin Audrey ulang tahun … Pa, Audrey harap di malam ulang tahun Audrey, Audrey bisa lihat papa walaupun hanya di dalam mimpi. Audrey mau papa ucapin ulang tahun untuk Audrey.” Lanjut Audrey lirih.

Di sampingnya, Aldo menatap Audrey nanar. Hatinya bergetar ketika mendengar Audrey mengatakan bahwa Tante Siska tidak pernah memberi Audrey ucapan ulang tahun selama ini. Aldo lalu teringat dengan semua siksaan yang justru Audrey dapatkan dari ibu kandungnya sendiri, apalagi setelah ayahnya kecelakaan dan menjadi lumpuh. Saat itu Audrey benar-benar disika, baik secara fisik maupun mental. Aldo ingat dengan baik bagaimana tangis Audrey pecah ketika tidak lagi bisa menopang bebannya sendirian.

Audrey Devira. Seorang gadis kecil yang pada waktu itu baru berumur delapan tahun namun sudah memiliki beban berat di punggungnya. Dianggap sebagai anak pembawa sial oleh ibunya sendiri, lalu menjadi bahan bully’an di kelas setelah seorang temannya mengetahui masalah keluarga yang Audrey miliki. Semuanya Audrey dapatkan di usia yang masih sangat belia. Oleh sebab itu, kini yang Aldo inginkan hanyalah Audrey bahagia. Aldo tidak ingin hati Audrey kembali tersakiti apalagi jika itu disebabkan oleh laki-laki. Siapapun yang berani menyakiti Audrey harus berhadapan dengannya.

“Kak,” Panggil Audrey tiba-tiba membuyarkan lamunan Aldo.

Aldo mengerjap beberapa saat, “Ya?”

“Pulang, yuk. Langitnya mendung.” Ajak Audrey sambil menatap langit di atas sana yang sudah mulai ditutupi oleh awan-awa bewarna kelabu.

Aldo ikut mendongakkan kepalanya, “Mendadak banget mendungnya padahal tadi panas.”

Audrey mengangguk. Sebelum berdiri Audrey mengusap nisan ayahnya lagi. “Pa, Audrey pulang dulu ya.” Pamit Audrey.

“Om, Aldo juga pulang dulu.” Pamit Aldo.

Setelah itu mereka lalu berdiri dan berjalan ke parkiran untuk pulang ke rumah.

---

“Audrey pingin ke rumah mama, kak.” Ujar Audrey mengejutkan Aldo. Beruntung mobil sedang berhenti karena lampu merah, Aldo pun langsung menolehkan kepalanya ke Audrey dengan kening mengerut.

“Apa?!”

“Audrey pingin ke rumah mama.” Ulang Audrey lebih pelan.

“Ngapain, Drey?” Tanya Aldo tidak suka. “Kakak gak mau kamu ke sana.” Ujar Aldo lagi.

Mendengar penolakan Aldo membuat Audrey mengatupkan bibirnya. Hari ini ia sangat ingin bertemu mamanya untuk mengajaknya ikut makan malam bersama ketika dirinya berulang tahun nanti. Ia tau ini terdengar mustahil, namun ia hanya ingin mencobanya.

“Kak, please.” Mohon Audrey.

Aldo menginjak gas, kembali menjalankan mobil setelah lampu berubah hijau. “Kamu mau apa di sana?”

“Audrey cuma mau ajak mama ikut acara ulang tahun Audrey.” Cicit Audrey menjelaskan. “Anterin Audrey ke sana ya, kak?” Bujuk Audrey lagi.

Aldo menggeleng. “Kakak gak mau kamu kenapa-napa, Drey.”

Audrey menghela napasnya. Ia lalu menyentuh tangan Aldo yang sedang memegang persneling mobil. “Kak … Audrey mohon …” Bujuk Audrey untuk ketiga kalinya dengan penuh mata penuh harap.

Aldo menginjak rem lagi ketika lampu sudah bewarna merah. Kepalanya menoleh ke Audrey, menatap kedua manik hitam Audrey yang nampak memohon kepadanya. Jika sudah seperti ini sulit untuk menolak.

“Ya sudah kakak anter. Tapi kalau sampai terjadi sesuatu, kakak gak mau kamu memohon seperti ini lagi.” Ujar Aldo pada akhirnya.

Audrey tersenyum, memeluk leher Aldo sebentar sambil berkata, “Siap, kak!”

---

Revisi : 07-07-20

Jangan lupa vote+comment

Happy Reading Readers

SHE'S MY WORLD [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang