39.

1K 62 1
                                    

Audrey sedang duduk bersandar di taman belakang rumah Aldo. Ia menikmati udara malam yang sebenarnya tidak baik untuk kesehatan. Namun karena matanya tidak mau terlelap dan pikirannya terus memikirkan Alroy membuatnya memerlukan suasana tenang seperti saat ini.

Alroy tidak lagi menghubunginya setelah menelepon siang tadi. Hati Audrey dibuat khawatir karenanya. Jujur, Audrey sudah berusaha keras untuk menemukan alasan dibalik amarah Alroy yang sangat serius itu, tapi hasilnya nihil. Audrey merasa tidak melakukan kesalahan apapun, kecuali hari di mana ia berbaikan dengan Aldo.

Astaga! Mata Audrey membulat sempurna ketika mengingatnya. Hari itu, sepulang dari rumah Angga, Alroy bertanya mengenai seseorang yang ia telepon dan ia tidak menjawabnya dengan jujur kalau ia bertelepon dengan Aldo. Audrey hanya tidak mau Alroy cemburu apalagi ia sudah berjanji untuk tidak membahas Aldo di depan Alroy.

Kini kepala Audrey terasa berdenyut. Ia menghela napasnya berat, bingung cara memperbaiki hubungannya jika benar yang Alroy permasalahkan adalah hal itu. Lalu tiba-tiba saja saat sedang bertopang dagu, pundaknya ditepuk oleh seseorang. Audrey langsung menoleh dan mendapati Aldo yang menepuknya.

“Kamu kenapa?” Tanya Aldo.

Audrey bergeser, memberi tempat bagi Aldo untuk duduk. “Kakak belum tidur?”

Aldo terkekeh sambil duduk di samping Audrey. “Harusnya kakak yang tanya kamu. Kenapa kamu belum tidur? Ada masalah apa?”

Audrey menghela napas, lalu menggeleng. “Gak ada apa-apa, kak, cuma mau cari udara segar aja.” Bohong Audrey karena tidak ingin menceritakan masalahnya kepada siapapun.

Mendengar itu Aldo tau kalau Audrey berbohong. Sedari tadi Aldo memperhatikan sikap Audrey yang tidak seperti biasanya. Audrey lebih banyak diam, padahal dulu jika mereka sedang berkumpul Audrey akan tersenyum ceria dan sesekali menceritakan sesuatu. Awalnya Aldo ingin bertanya pada yang lain, tapi sepertinya ketiga sahabatnya itu tidak mengetahui kalau Audrey sedang memiliki masalah. Sebab, jika mereka mengetahuinya, maka salah satu dari mereka pasti memberitahu Aldo. Oleh sebab itu Aldo hanya memperhatikan dan akan menanyai Audrey ketika mereka sedang berdua seperti saat ini.

“Yakin bisa bohong sama kakak? Kakak tau kamu lagi ada masalah, Drey, kamu lupa kalau kakak kenal sikap kamu dari kecil?” Tanya Aldo sedikit mengintimidasi namun tetap menatap Audrey dengan lembut.

Audrey berdecak dalam hati. Sulit sekali untuk menyembunyikan sesuatu dari Aldo. Akhirnya karena tidak bisa lagi berbohong Audrey pun memutuskan untuk menceritakan permasalahannya dengan Alroy.

“Kak,” Panggil Audrey sebelum mulai bercerita.

“Gimana?” Jawab Aldo sambil terus menatap Audrey.

Audrey menundukkan kepalanya. “Audrey ada masalah, tapi Audrey gak tau apa yang sebenarnya terjadi.” Jelas Audrey mula-mula.

Aldo yang mendengar sirat kesedihan dari nada bicara Audrey langsung bergeser mendekat untuk merangkul gadis itu. “Masalah cowok?” Tanya Aldo dan dibalas anggukan kepala oleh Audrey.

Aldo menghela napasnya. “Kalau kakak boleh tau, tolong jelasin dulu tentang cowok kamu. Kakak belum kenal dan kakak gak tau dia.”

Mendengar itu Audrey lalu mengangkat kepalanya, menoleh ke Aldo. “Namanya Alroy, anak ips. Dulu kita ketemunya gak disengaja, dari awal sebenarnya Audrey gak suka sama dia. Karena dia itu tingkahnya aneh dan juga playboy. Tapi lama kelamaan kita jadi dekat sampai akhirnya jadian.” Cerita Audrey singkat.

Aldo menaikkan kedua alisnya tak percaya. “Playboy?” Tanya Aldo.

Audrey mengangguk. “Tapi dia punya alasan sendiri kenapa suka ganti-ganti cewek.”

“Ooohh, terus apa yang buat kamu jadi tertarik sama Alroy?”

Audrey diam mematung. Ia mengangkat kepalanya, menatap lurus ke depan. Baru kali ini ada yang menanyai alasannya menyukai Alroy. Dan setelah dipikir-pikir sepertinya ia sendiri juga tidak tau alasan menyukai seorang Alroy Devandra.

“G-gak tau, kak. Audrey cuma nyaman, gak mau jauh-jauh dari Alroy. Itu aja yang Audrey rasain waktu dekat ama Alroy.”

Aldo mengulum senyumnya. “Wih.. gak tau, biasanya kalau gak tau gitu artinya kamu beneran cinta ama dia, Drey. Kakak gak nyangka kamu bisa ngerti cinta secepat ini. Sekarang kakak jadi penasaran, pingin lihat cowok kamu.” Ujar Aldo sambil menggosok dagunya.

Audrey melirik Aldo sekilas dengan tersenyum hambar. “Kayaknya gak mungkin kakak ketemu sama dia.” Sahut Audrey.

Jawaban Audrey itu membuat Aldo jadi menatap Audrey dengan heran. “Kenapa?”

Audrey menggembungkan pipinya. “Dia... dia cemburu sama kakak.” Ucap Audrey sedikit pelan tapi dapat didengar oleh Aldo.

Tawa Aldo pecah saat Audrey mengatakan kalau Alroy cemburu dengannya. “Cemburu? Kenapa bisa cemburu? Aneh banget. Lucu tau gak, belum pernah ketemu tapi udah cemburu sama kakak. Gimana ceritanya coba?” Tanya Aldo di sela tawanya.

Audrey mendengus sambil menatap Aldo heran. “Audrey beneran kak. Alroy itu cemburu.” Ulang Audrey lagi.

Akhirnya tawa Aldo pun berhenti. Kini Aldo menatap Audrey. “Emang kamu pernah ceritain kakak ke dia?”

“Pernah. Tiga kali kalau gak salah.” Jawab Audrey cepat.

Kening Aldo berkerut mendengarnya. “Cerita tentang apa?” Tanya Aldo.

Audrey mengalihkan pandangannya, menatap lurus ke depan. Ia mengingat saat pertama kali menceritakan tentang Aldo ke Alroy, yakni ketika Alroy memijat kakinya yang terkilir akibat dorongan Siska, mamanya.

“Waktu itu…” Ucap Audrey ragu untuk menceritakan yang sejujurnya.

“Waktu itu?” Aldo mengulang kata-kata Audrey.

Perlahan Audrey menatap Aldo. Ia jadi takut mengatakannya, sebab Aldo mungkin bisa tidak menyukai Alroy karena sudah membuatnya terluka.

“Kak, kalau Audrey cerita yang jujur kakak … kakak jangan marah ya?” Cicit Audrey.

Satu alis Aldo terangkat mendengar permintaan Audrey. “Jangan marah? Apa hubungannya, Drey?”

“Janji dulu.” Pinta Audrey sekali lagi.

Akhirnya meski bingung Aldo pun mengangguk. “Iya udah kakak janji.”

Setelah Aldo berjanji untuk tidak marah, Audrey mulai bercerita dari awal di mana Alroy membujuknya ke rumah Siska lalu bagaimana perlakuan Siska pada dirinya sampai membuat kakinya terkilir dan terakhir, saat Audrey menyebutkan nama Aldo hingga membuat Alroy sedikit berubah karena cemburu. Usai bercerita Audrey menatap Aldo yang sedikit berubah. Alih-alih fokus pada Alroy yang cemburu dengannya, Aldo justru fokus tentang Audrey yang mengalami hal tak terduga selama laki-laki itu berada di Prancis. Kini raut wajahnya sudah sangat serius. Mata Aldo menatap Audrey tajam.

“Masalah sebesar itu kamu gak cerita ke kakak, Drey?! Hubungan kita mungkin saat itu emang lagi renggang tapi itu bukan alasan. Gimana kalau kamu kenapa-napa? Kakak tuh di sana udah khawatir kamu gak chat lagi, ternyata bener kan, kamu hampir aja bahaya.”

Audrey menunduk merasa bersalah. Ia tau bagaimana khawatirnya Aldo terhadap dirinya.  “M-maaf, kak.” Lirih Audrey.

Aldo berdecak. “Harusnya kamu gak buat kakak janji, jadi besok kakak bisa kasih Alroy pelajaran.” Ujar Aldo sambil menghembuskan napasnya kasar. Ia kemudian melirik Audrey sekilas. “Terus yang kedua sama yang ketiga kamu cerita tentang apa?” Tanya Aldo.

Audrey mengangkat kepalanya sambil menoleh ke Aldo, menatap sahabat dekatnya itu masih dengan sedikit perasaan takut. “Yang kedua sama ketiga sebenarnya gak cerita, kak. Jadi Audrey cuma bilang ke Alroy kalau Audrey bangga sama kakak terus yang ketiga itu Audrey sama Andre ngomongin tentang kakak di depan Alroy. Ya udah gitu Alroy cemburu, kata dia Audrey waktu bicarain kakak kelihatan beda.” Jelas Audrey.

Kening Aldo berkerut. “Beda gimana?”

Audrey mengangkat bahunya. “Audrey juga gak paham, kak, Alroy bilangnya kalau Audrey lebih semangat, seakan-akan yang Audrey certain itu bukan sahabat dekat. Alroy takut kalau ternyata kita berdua lebih dari sahabat.”

Mulut Aldo terbuka lebar, amarah yang tadi sedikit naik kini berubah menjadi kekehan tidak percaya. “Lebih dari sahabat? Wow! Kenapa dia bisa mikir gitu?” Tanya Aldo.

“Ya itu, kak, Alroy bilang Audrey beda kalau ceritain tentang kakak.” Jawab Audrey.

Mendengar itu membuat Aldo menahan tawanya “Kakak jadi penasaran gimana ekspresi kamu waktu cerita tentang kakak sampai buat dia cemburu gitu.”

Audrey berdecak. “Kak…”Ujar Audrey yang tidak mood bercanda.

“Maaf-maaf, kakak lupa. Terus sekarang apa yang buat kamu gak bisa tidur?” Tanya Aldo kembali pada topik utama.

“Hubungan Audrey sama Alroy lagi bermasalah. Audrey gak tau apa akar masalahnya. Kemarin Alroy marah karena Audrey gak balas dan jawab telepon dia. Terus di sekolah tadi dia juga menghindar, sampai akhirnya pas sore, sepulang sekolah, Alroy telepon sewaktu Audrey tanya dia masih marah atau gak dia jawabanya gak tau.” Jelas Audrey singkat. 

Aldo menggosok-gosok dagunya. “Sejak kapan kalian gak baik-baik aja? Kemarin? Atau sudah dari sebelumnya?”

Audrey menggeleng. “Audrey gak tau tepatnya, kak, dan Audrey merasa sepertinya Alroy marah bukan hanya gara-gara Audrey gak jawab chat ataupun telepon dia. Menurut Audrey mungkin sebenarnya ada sesuatu yang Audrey lakuin yang buat Alroy marah.”

Kepala Aldo mengangguk. “Benar, kakak juga mikir gitu. Sekarang coba kamu ingat lagi, kesalahan apa yang pernah kamu lakuin.”

Audrey mengalihkan wajahnya, mengingat-ingat lagi kesalahan yang sudah ia lakukan. Namun tetap saja ia tidak mengingat apapun kecuali hari di mana ia dan Aldo berbaikan.

“Kak, kakak ingat waktu kita baikan di rumah temannya Andre kan?” Tanya Audrey tanpa menoleh ke Aldo.

Aldo mengangguk. “Kenapa?”

“Waktu itu, di perjalanan pulang Alroy tanya sama Audrey siapa yang Audrey telepon. Awalnya Audrey mau jawab jujur tapi gak mungkin dan akhirnya Audrey jawab bohong. Apa mungkin sebenarnya Alroy sudah marah dari saat itu ya, kak?”

“Kenapa kamu jawabnya bohong?” Tanya Aldo tak mengerti.

Audrey menoleh ke Aldo. “Kak, gak mungkin Audrey jujur, nanti dia cemburu. Lagian Audrey juga udah janji sama Alroy untuk gak bahas Kak Aldo kalau lagi berdua sama dia.”

Kening Aldo semakin berkerut mendengar penjelasan Audrey yang cukup mengherankan. “Siapa yang suruh janji?”

Audrey menatap lurus ke depan lagi. “Alroy yang suruh Audrey janji. Audrey gak tau kalau akan jadi serumit ini karena janji itu, soalnya dulu waktu Audrey menerima perjanjiannya, Audrey cuma gak mau Alroy cemburu ke kakak. Kalian berdua itu sama pentingnya untuk Audrey.” Cicit Audrey menjelaskan.

Aldo menghela napasnya lalu merangkul pundak Audrey. “Drey, kalian berdua sama-sama salah. Saran kakak coba diomongin face to face, jelasin semuanya baik-baik biar gak ada salah paham lagi. Gimana?”

Audrey memikirkan ucapan Aldo. Seharusnya memang itu yang ia lakukan tapi ia merasa takut kalau Alroy lebih salah paham karena ia berbohong soal Aldo. Dan sepertinya jika mau melakukan itu, ia harus menunggu waktu yang tepat sampai amarah Alroy mereda sehingga bisa menerima penjelasannya dengan kepala dingin.

“Kayaknya Senin aja Audrey jelasin ke Alroynya. Takutnya kalau Audrey besok atau lusa dia masih marah ke Audrey.”

Aldo mengangguk. “Kejujuran itu penting untuk sebuah hubungan, Drey, kesalahan kamu di sini kamu terlalu banyak mikir yang seharusnya gak perlu kamu pikirkan. Sedangkan Alroy, dia sulit untuk menerima kebenaran. Kakak harap kalian bisa cepat baikan, karena kakak juga mau kenal sama cowok yang udah berhasil buat adik kakak ini tau apa itu cinta.”

Audrey menunduk, tersipu dengan perkataan Aldo. “Makasih ya, kak, sarannya.”

Aldo terkekeh. “Sama-sama.” Jawab Aldo sambil mengacak pelan rambut Audrey.

Suasana pun kemudian berubah hening. Keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing. Aldo menatap Audrey yang masih menunduk. Tak pernah terbayang di pikirannya bisa melihat Audrey berpacaran secepat ini. Ah, adik kecilnya yang dulu menggemaskan ternyata sudah merasakan sebuah cinta. Dalam lubuk hatinya yang paling dalam Aldo hanya berharap Alroy adalah laki-laki yang dapat dipercaya dan benar-benar bisa menjaga Audrey. Karena ia sangat menyayangi Audrey meski gadis itu bukan adik kandungnya dan ia tidak akan rela jika harus melihat Audrey menangis hanya gara-gara seorang laki-laki.

Lalu tiba-tiba, di sela-sela memikirkan tentang Audrey, Aldo teringat dengan rencana mamanya yang ingin mengajak ia dan keempat sahabatnya untuk berlibur bersama. “Drey,” Panggil Aldo membuyarkan lamunan Audrey.

Audrey mengangkat kepalanya, menoleh ke Aldo. “Iya?”

Aldo menatap Audrey. “Minggu depan minggu terakhir kamu sekolah kan?”

Audrey mengangguk. “Iya. Kenapa, kak?”

“Mama udah siapin liburan untuk kita berlima. Kamu mau ikut gak?” Tanya Aldo.

Audrey mengernyit. “Liburan? Ke mana? “

“Ke Bali.”

Mendengar itu membuat Audrey mengetuk-ngetukkan jarinya di pinggiran kursi. Ia memikirkan ajakan Aldo juga rencana liburannya bersama Alroy. Kini lagi-lagi dua hal yang amat penting terjadi bersamaan. Apa yang harus ia pilih, liburan bersama Aldo atau Alroy?

Audrey berdecak dalam hati, takut salah mengambil keputusan. Ia kemudian menatap Aldo yang masih menatapnya dengan penuh harap. Jika ia menolak Aldo, ia tidak enak hati pada Amira yang sudah menyiapkan semuanya. Tapi kalau ia menerima ajakan Aldo, itu berarti rencananya dengan Alroy yang akan dibatalkan dan mungkin hubungan mereka menjadi taruhannya apalagi mengingat saat ini ia dan Alroy sedang ada masalah.

“Gimana, Drey? Mau gak” Tanya Aldo di sela lamunan Audrey.

Audrey menghela napas sejenak lalu menggigit bibir bawahnya sambil mengangguk. “Iya, Audrey mau.”

Ya, Audrey memilih untuk berlibur bersama Aldo dan mempertaruhkan hubungannya dengan Alroy. Ia melakukan ini bukan tanpa alasan. Ia hanya tidak mau mengecewakan kedua orang tua Aldo yang sudah menyiapkan liburan ini. Dan untuk hubungannya dengan Alroy yang mungkin akan tambah bermasalah, Audrey hanya berdoa agar Alroy bisa mengerti sudut pandangnya.

“Beneran? Kok kayaknya berat gitu jawabnya?” Tanya Aldo yang memperhatikan raut wajah Audrey.

Audrey berusaha tersenyum. “Audrey gak berat, kak, cuma sebenarnya Alroy udah ajak Audrey liburan. Tadi Audrey bingung mau nolak kakak atau gak, tapi setelah dipikir-pikir karena Tante Amira udah siapin semuanya, Audrey lebih memilih liburan sama kakak dan yang lainnya aja.” Jelas Audrey.

Kedua alis Aldo terangkat, ia terkejut mendengar penjelasan Audrey. “Kalau kamu nerima liburan ini berarti rencana liburan kamu sama Alroy batal kan? Terus gimana nanti hubungan kamu sama dia? Bisa tambah bermasalah dong. Kakak gak mau itu terjadi, Drey.”

Audrey tersenyum. “Gapapa, kak, Audrey udah putusin untuk liburan sama kakak. Masalah Alroy nanti gampang, Audrey cuma berharap dia bisa ngerti kenapa Audrey mengambil keputusan ini.”

“Drey, kakak gak mau hubungan kamu sama Alroy jadi lebih berantakan hanya karena kamu milih liburan sama kakak.” Tegas Aldo.

“Kalau berantakan emang berarti Alroy bukan jodoh Audrey.  Udah ya, kak, Audrey mau tidur dulu.” Jawab Audrey sambil beranjak berdiri.

Aldo menghela napas lalu mengangkat kepalanya menatap Audrey. “Apapun yang terjadi nanti cerita ama kakak, jangan ditutup-tutupin kayak tadi.”

Audrey masib tetap tersenyum sambil mengangguk. “Iya. Bye, kak.” Pamit Audrey.

Aldo melambaikan tangannya pada Audrey. “Mimpi indah.”

“Kakak juga.” Jawab Audrey sambil membalas lambaian tangan Aldo lalu berjalan masuk ke dalam rumah Aldo.

Sepeninggal Audrey, Aldo masih belum beranjak dari tempatnya. Ia justru mencari posisi yang nyaman untuk dirinya bersandar. Pikirannya melayang pada sosok Alroy. Setelah mendengar semua cerita Audrey malam ini, ia semakin penasaran dan sangat ingin bertemu dengan cowok itu. Namun sepertinya ia harus mengurungkan keinginannya sebab Alroy memiliki masalah pribadi dengannya.

“Alroy, Alroy.” Gumam Aldo sambil geleng-geleng kepala dan terkekeh mengingat Alroy yang cemburu karena Audrey terlihat berbeda ketika menceritakannya.

---

Revisi : 03-07-20

Jangan lupa vote+comment

Happy Reading Readers

SHE'S MY WORLD [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang