Chapter XXXI : Whalien S2

Start from the beginning
                                    

"Taehyung!" Suara teriakan dan derapan kaki bersentuhan dengan genangan air hujan terdengar. Jimin menoleh dengan mata kosong dan juga memerah seraya bergumam. "Chanyeol Hyeong..." ia seolah telah baru saja kehilangan raganya, ia tak mengharapkan akan apa yang baru saja terjadi.

"Bawakan alat-alatku kemari!" Perintah Chanyeol segera.

"Periksa juga si pengendara mobil tadi, pastikan ia juga selamat!" Tukas Chanyeol kembali, secepatnya ia mulai memeriksa denyut nadi.

"Melemah, angkat ke atas brankar. Menuju rumah sakit secepatnya!" Titah Chanyeol segera. Jungkook menampakkan wajah linglung tak tahu apa yang baru saja Chanyeol lakukan.

"Apa yang kau lakukan, Dokter Kim Seokjin? Jangan berdiri saja seperti patung disitu, cepat bertindak. Sebelum semuanya memburuk!" Teriakan Chanyeol seolah sihir dan mengembalikan kesadaran Seokjin yang sempat hilang.

"Chanyeol Hyeong, Taetae Hyeong akan baik-baik saja' kan?" Chanyeol memberikan raut wajah meragukan membuat Jungkook seperti baru saja terhempas dan mendapat penolakan.

Suara ambulance yang berdenging, dengan Taehyung di atas brankar beserta nasal canulla dan juga jarum infus serta alat pengukur detak jantung yang menemani.

Segalanya menjadi suram, sunyi, hanya suara ambulance dan rintik hujan yang mulai deras. Baju yang sudah basah kuyup serta raut kelam ung mereka semua tunjukan membuat siapa saja yang melihatnya akan merasa bahwa kemungkinan akan terjadi hal terburuk.

"Hah, kenapa bukan aku saja yang tertabrak. Dengan begitu saat aku mati, aku bisa mendonorkan segalanya untuk Taehyung..." lirih Yoongi dengan nada tak bernyawa.

"Memangnya Hyeong pikir Taehyung akan senang dengan hal itu?" Balas Hoseok kemudian dalam pose menunduk. Yoongi tertawa getir, lantas menjawab berat "Tentu saja, ia akan menerima." Sahutnya.

Jimin menggertakkan giginya menahan amarah, kebetulan Yoongi duduk disampingnya. Disamping Yoongi duduk Hoseok dan juga Namjoon, di sebelah sana duduk Seokjin, Jungkook, Mingyu, dan juga Chanyeol yang sedari tadi diam tak bersuara.

"Yoongi Hyeong!" Teriak Jimin sekuat tenaga. "Cukup, sudah cukup. Jangan katakan hal itu, kumohon..." Jimin terisak mencengkram rambut kepalanya. "Sudah cukup, aku tak ingin kehilangan apa pun lagi. Mau itu Taehyung, atau pun Hyeondul yang lain." Isaknya menahan tangis.

"Jimin-a..." Seokjin menatap Jimin sendu. Ia mengerti bagaimana perasaan Jimin, lantas ia pun menatap Yoongi yang juga masih menunduk dalam.

"Yoongi-a, jangan katakan hal bodoh seperti itu. Taehyung...akan baik-baik saja." Ujarnya masih dengan nada keraguan seraya menatap Taehyung yang terbaring di hadapannya.

"Selain itu, kenapa ambulance-nya lambat sekali, sih!" Tukas Mingyu kasar sembari mengacak-acak rambutnya geram. "Kau pikir ini dunia sihir yang membuatmu mampu berpindah tempat seperti melewati portal, begitu?" Sarkas Chanyeol menanggapi. Mingyu berdecih kesal.

"Ya tetap saja, bagaimana kalau terjadi sesuatu pada Tata Hyeong, apa kau mau bertanggung jawab?!" Sertak Mingyu. Chanyeol menoleh dengan wajah yang seperti mengatakan 'Apa aku ini sebuah candaan bagimu?'.

"Kau pikir aku ini siapa, ha? Dalam keadaan seperti usahakan kepala kalian dalam keadaan dingin untuk menyikapi situasinya, jangan mengoceh sembrono seperti orang gila tak tahu tempat, sialan!" Pungkas Chanyeol sadis.

"Yak! Seharusnya aku yang bilang seperti itu, dokter sialan! Aku menanyakan tanggung jawabmu disini, bukan opinimu!" Gertak Mingyu kembali.

"Berisik!" Namjoon berseru. "Bisakah kalian tenang, sebentar lagi kita akan sampai." Ucap Namjoon sembari memijit keningnya dan menghela nafas lesu. Mingyu mengangguk spontan, Chanyeol merapihkan kerah jas dokternya yang dicengkram Mingyu tadi.

Secepat mungkin brankar Taehyung diturunkan seraya Seokjin yang juga turut ikut andil sesaat melihat Chanyeol yang kerepotan memanggil perawat yang sedang dalam waktu istirahat bertugas. Masih pukul 7 dan suasananya sudah sesuram ini.

"Angkat dan pindahkan, 1,2." Titah Chanyeol saat sudah sampai di ruang ICU. "Pasangkan defibrillator." Secepat mungkin perawat memasangkan alat yang berfungsi untuk mengembalikan irama jantung tersebut. "Hey, kawan. Jika kau memang tak sanggup, tunggu saja hasilnya diluar." Ujar Chanyeol dengan tenang, Seokjin menoleh dengan wajah linglung. "Ah, apa? Bisa kau ulangi?" Balas Seokjin, Chanyeol berhenti sejenak dalam memeriksa keadaan Taehyung. "Kau terlihat buruk, dan tidak baik-baik saja. Jadi lebih baik kau tunggu saja diluar, temani adik-adikmu diluar sana dan semangati mereka. Aku juga yakin diluar sana Eomma-mu juga menunggu, jadi pergilah. Serahkan Taehyung padaku, aku takkan mengecewakanmu." Ulas Chanyeol meyakinkan, Seokjin terlihat ragu namun menganggukkan kepala.

"Ya, aku percaya padamu, Dokter Park." Dengan mantap, Chanyeol mengangguk. "Ya, serahkan padaku." Seokjin pun meninggalkan ruangan, dan seperti yang dikatakan Chanyeol, Eomma-nya menunggu juga disana.

"Eomma..." gumamnya. Nyonya Kim segera menoleh dengan wajah yang berurai air mata. Lantas memporak-porandakan Seokjin dengan tumpukan pertanyaan.

"Taehyung, bagaimana dengan adikmu?" Salah satu dari pertanyaan Nyonya Kim. Seokjin menggeleng ragu lantas menjawab. "Detak jantungnya sempat melemah tadi, tapi-" belum selesai Seokjin berucap, Nyonya Kim berteriak histeris.

"Oh, tidak anakku. Bagaimana ini?" Isaknya bertanya dalam tangis.

"Dokter Park akan berusaha semaksimal mungkin, dan kita harus percaya padanya." Tutur Seokjin mencoba meyakinkan.

"Benarkah Hyeong?" Tanya Jimin memastikan. Seokjin mengangguk pertanda jawaban.

'Aku harap kau baik-baik saja, Tata Hyeong. Kami mengkhawatirkanmu disini.' Batin Mingyu dalam kebisuannya.

Sementara didalam sana, Chanyeol tengah berjuang mengembalikan denyut jantung Taehyung agar segera stabil. "Kapas dan alkohol." Perlahan Chanyeol mulai membersihkan sisa-sisa darah di kening Taehyung. "Dokter Park, sepertinya akan butuh beberapa jahitan, lukanya sobek." Tutur salah seorang asistennya. Chanyeol mengangguk. "Bawakan aku alatnya, dan tetap pantau perkembangan denyut jantung juga tetap periksa getaran nadinya." Ucap Chanyeol tegas.

"Detak jantung mulai stabil, denyut nadi juga sudah mulai dalam keadaan normal." Ujar salah seorang perawat. "Pasangkan jarum infus, juga..." ucapan Chanyeol terhenti, "Juga?"

"Juga casal canulla, pasien ini membutuhkannya." Ucap Chanyeol melanjutkan. "Aku tahu kau kuat, Taehyung-a. Jangan menyerah, kau yang bilang padaku bahwa semua akan indah pada waktunya, benar' kan?" Gumam Chanyeol dengan suara berbisik.

"Bagaimana?"

"Kondisi pasien sudah mulai stabil, dokter Park. Lukanya juga sudah selesai dijahit, ada 6 jahitan dan hanya tunggu hingga lukanya mengering." Chanyeol mengangguk seksama.

"Tapi, bukankah pasien ini adalah pasien yang menderita kanker hati, Dokter Park?"

"Ya, dan sebentar lagi kuharap ia segera sembuh."

"Sudah selesai, kalian boleh keluar. Tinggalkan catatan medis itu padaku, aku akan memeriksanya secara berkala." Ujar Chanyeol, satu persatu mereka mulai keluar. Sementara Chanyeol sendiri masih berdiri di hadapan ranjang pasien Taehyung.

"Padahal Tinggal sedikit lagi, Taehyung-a. Kau bisa merasakan kebebasan hidup kembali dan beraktifitas normal." Sendu Chanyeol. 'Aku hanya mampu mendo'akan yang terbaik untukmu' batinnya.

TBC


#STAYATHOMEAJAHEHE
#NOEDIT
#CHPUDHKTIKTAPIMLASUPDNMLADEDIT
#SYAAUTHORYANGBRUK
#MFKANHAMBA
#JAGAKESEHATAN
#JNGANSMPAITRKJNGKITCOVID-19

#PAIPAI
#25/03/20
#PUKUL23:15

Feels [Not] Alone | END ✔✅Where stories live. Discover now