Telpon telah tersambung, namun tidak ada jawaban disana

"Indira.."

Terdengar suara helaan nafas berat. Ini memang berat, bukan hanya bagi Kian tetapi juga Indira.

"Aku butuh waktu, Ki"
Lalu telpon terputus.

Kian mengacak rambutnya dengan sangat kacau. Bukan ini yang Kian harapkan dari hilangnya Nina selama dua bulan.

Di ambang pintu muncul sosok Seno. Sama, Seno juga dapat video asusila Nina. Temannya itu menatap Kian dengan kasihan. Tak menyangka, kejadian seperti ini akan menimpa Kian.

Seno duduk di sebelah Kian,"anjing banget itu cewek, lo yang kuat Yan"

Kian tertunduk lesu duduk diantara Seno dan Bayu. Kenapa masalah seperti ini hadir dihidupnya. Ia sangat khawatir akan dirinya, orangtuanya, Indira, dan nama baiknya.

Bahkan ia sekarang bingung. Apa akhir dari permasalahan ini? Bagaimana hubungannya dengan Indira nanti?

----

Tidur semalaman ternyata tidak membuat Kian tenang dari masalah seperti ini. Senin pagi menarik Kian untuk bangun dan kembali ke realita. Baru kali ini masuk kuliah membuat Kian khawatir. Iya, Kian khawatir akan society yang membuatnya buruk. Masih dengan keadaan yang lemas, Kian mengambil wudhu dan menunaikan sholatnya.

Ia berjalan dengan kepala nyut-nyutan ke kamar mandi. Ingin sekali ia menyiram seluruh tubuhnya, berharap beban yang ada di pikirannya akan memberi belas kasihan. Merasakan dinginnya air, Kian berharap semoga semuanya akan baik-baik saja.

Saat Kian ingin berangkat ke kampus, Seno sudah berada di depan pintu. Pria itu mengajaknya untuk ikut, khawatir jikalau Kian masih belum stabil dalam mengendarai motor. Konflik ini memang menekan mental Kian.

Diperjalanan Kian hanya diam. Ia lupa caranya melamun. Ingin sekali Kian menangis, tapi tidak bisa. Dirinya tak mampu.

Kian berjalan dari parkiran ke kelas berdampingan dengan Seno. Kian sadar beberapa pasang mata tertuju padanya. Kian juga tahu apa sebab dari perlakuan mereka.

Kian bukan anak kampus yang terkenal. Dirinya juga gak mau buat dikenal banyak orang. Tetapi sejak bersama Indira yang notabene anak BEM, memaksa Kian untuk dikenal orang banyak.

Ah, Indira.

Hari ini Kian akan bertemu gadis itu setelah ucapan terakhirnya semalam.

"Aku butuh waktu, Ki"

Indira egois.

Dirinya juga butuh waktu, bukan cuma Indira.

Kehadiran Indira sangat-sangat ia butuhkan dikala seperti ini.

Kian mengambil duduk di bangku paling belakang. Sticky note tanda kepemilikkan bangku dipindahnya ke bangku barisan depan. Seno akhirnya mengambil bangku di sebelah Kian.

Matanya tak dapat menangkap sosok Indira. Sepertinya gadis itu memang belum datang. Kian menghela nafas panjang.

Semenit sebelum dosen masuk, Indira menginjakkan kakinya di kelas. Dipilihnya bangku di barisan depan. Jarang sekali Indira datang tepat waktu. Sebelumnya ia selalu datang lebih cepat.

Teman satu kelasnya yang tahu kejadian video itu, bertindak acuh. Mereka paham keadaan Kian dan juga Indira yang tidak baik-baik saja.

-----

Ketika kelas selesai, Kian melihat Indira bergegas meninggalkan kelas tanpa melihat kanan kiri. Sebenarnya Kian ingin sekali berbicara pada gadis itu, tapi ucapannya semalam seakan membangun ruang antara mereka berdua.

Seno yang sadar arah pandangan Kian, menepuk pundak temannya itu untuk menyadarkan.

"Pulang Ki, ntar keburu ujan" Seno mengingatkan Kian. Disampirkannya tas di kedua pundaknya.

Kian mengangguk merespon Seno. Temannya itu bukan tidak sadar dengan perubahan sikap Kian, ia sangat mewajari perubahan itu.

Seno mengajak Kian menonton pertandingan sepakbola tarkam. Komentator tarkam yang mulutnya udah kayak karet diharapkan mampu mengubah mood Kian. Ditambah lagi dengan pantun-pantun yang sering dilontarkan komentator.

"Ih bikes bikes bikes bikes bikin kesel"

"Nyari undur-undur di rumah tukang jamu, aku tak bisa tidur lihat tendangan indahmu"

"Minum jamu sambil twitteran, disenyumin kamu bikin aku gemeteran"

Heran, komentator nya ngomong licin banget kayak pake duit. Duit pelicin maksudnya.

Usaha Seno gak sia-sia ternyata, Kian ketawa ngakak banget denger komentatornya. Bayangin aja ngomong cepet 2×45 menit. Belum lagi mikir kata-kata, pantunnya, dan keselek ludah sendiri.

"Anjing, ngapain bawa gue kesini si. Perut gue sampe sakit" Kian ngomong susah payah, stress banget dia denger suara komentatornya. Jago banget ngebacot.

"Sebagai temen yang baik emang harus gitu Yan. Ntar malem futsal lah kita, biar beban-beban dunia ikut ketendang"

"Boleh boleh, lama juga gak nendang kaki lo" Kian mengangguk dan membuka tutup botol air mineralnya untuk diminum. Komentator yang ngomong, Kian yang haus.

"Pantek"

-----

Sekitar jam 9 malam, Kian, Seno, dan Ario berangkat ke lapangan indoor futsal. Bayu sama Wenas katanya gak bisa ikut, sibuk. Karena team futsal harus lima orang, dua lainnya adalah temen Ario. Lawan mereka adalah anak-anak team futsal yang biasa Seno ajak main.

"Yo, kok gak ngajakin Atta Halilintar? hahahaha" Seno memasang kaos kakinya yang hampir mencapai lutut.

"Mana kenal gue sama dia goblok"

"Ey No, ini serius kita ngelawan mereka? Bisa abis dibantai" Kian bergidik, ini mah emang team yang literally team. Kian pernah liat muka-muka mereka waktu ada turnamen daerah gitu.

"Lo lupa gue ini mantan calon hampir timnas futsal? Santuy lah santuy, mereka cs gue banget, ntar bisa di request mau maen kayak apa"

"Ngomong apa sih No"

Kick off dimulai. Bener kan kata Kian, lawan nya jago banget. Pertahanan team Kian kocar-kacir. Kalo kata komentator tarkam sih, mampu memporak porandakan rumah tangga pertahanan.

Harusnya main 40 menit doang buat satu game, tapi karena kedua team lagi asik-asiknya jadi keterusan. Tau-tau udah jam 12 malem aja. Kalau di futsal indoor tuh gak berasa, lapangan lain aja masih rame. Ada yang main bulu tangkis, basket, sama tennis meja.

Satu-persatu pemain tepar, termasuk Kian. Dirinya kini bersandar ke jaring di pinggir lapangan. Lama banget dia gak ngerasaim capek kayak gini. Capek-capek seru. Lumayan bikin beban ketendang sih.

Lapangan futsal mulai kosong. Beberapa langsung pulang, ada juga yang mau mandi dulu disana. Fasilitas lapangan futsal indoor lumayan lengkap sih, ada cafetarianya juga. Kian, Seno, Ario memilih mandi di kos aja. Mereka bertiga mau makan popmie dulu. Entah kenapa kalau popmie jam 12 malem, terus dimakannya habis capek futsal tuh beda aja gitu rasanya.

---------🧚‍♀️
komnen na d0nkg.🤓🤠

civilian (discontinue)Where stories live. Discover now