17

37.4K 926 57
                                    

Arisa memandangi Alvito dan Mischa berbagi ranjang rumah sakit. Mischa tidur di lengan Alvito, semalaman Alvito memeluknya. Kenapa Mischa sejauh itu nak? Mama selalu menasehati Mischa untuk menjaga diri dan kehormatan Mischa. Tapi Mischa malah melakukannya dengan abang tiri Mischa sendiri.

Aku mencintai Mischa, sangat mencintai Mischa pa.

Kata-kata Alvito saat itu sedikit membuatnya lega, di tengah kekecewaan dan sakit di hatinya. Arisa sangat ketakutan saat mengetahui Mischa hamil, setelah mengetahui kalau Alvito pelakunya kecemasan Arisa sedikit menghilang. Alvito pemuda yang baik dan penyayang. Mereka dipertemukan saat sudah sama-sama dewasa. Sering di biarkan bersama di rumah, bahkan kerap berlibur berdua. Mischa selalu menempel pada Alvito, terlebih lagi Alvito selalu menghujani Mischa dengan perhatian. Bagaimana perasaan itu tidak tumbuh? Salah dia dan Bastian juga terlalu memberi mereka kebebasan.

"Abang." Terdengar suara Mischa.

"Sstt..kenapa? Mischa sempit ya?" Alvito membelai-belai pipi Mischa.

"Nggak. Abang di sini saja jangan pergi." Mischa mengusap bibir Alvito yang terluka karena tamparan berkali-kali dari papanya. "Masih sakit?"

"Sedikit, tapi nggak apa-apa."

"Abang jangan tinggalin Mischa."

"Iya sayang, tidur lagi ya." Alvito mengecup kening Mischa dan menyatukan jemari mereka di tangan Mischa yang tidak diinfus.

Kalau Mischa bahagia, mama akan lakukan apa saja. Mengalah untuk kebahagiaan Mischa mama juga akan lakukan. Sebagai seorang single parent sangat sulit bagi Arisa untuk membesarkan Mischa seorang diri, papa Mischa meninggal karena kecelakaan sejak Mischa masih di taman kanak-kanak. Beruntungnya Mischa tumbuh menjadi pribadi yang cerdas dan periang, selalu berusaha menyenangkan Arisa. Tak pernah sekalipun dia membantah atau melawan perkataan Arisa. Mischa sangat membutuhkan figur seorang laki-laki dalam hidupnya.

Rika melihat Arisa yang berdiri termangu di depan pintu kamar perawatan.

"Kak." Arisa menoleh ke arahnya. "Nanti siang sudah boleh pulang, Mischa hanya shock." Arisa mengangguk mendengar ucapan adik iparnya itu.

Rika berkata lagi, "Ayo kita bicara di luar."

Arisa mengikuti langkah Rika, langkah mereka beriringan di koridor rumah sakit.

Mereka duduk di kantin rumah sakit. Rika menggenggam tangan Arisa, sekalipun Rika hanyalah adik iparnya, mereka cukup dekat.

"Jadi kakak dan abang sudah mengambil keputusan?" Rika bertanya.

"Mau bagaimana lagi, mereka harus segera menikah. Ini penting untung status anak mereka nanti Rika."

"Bagaimana dengan kakak sendiri? Apa kakak dan abang bisa menahan pertanyaan dari orang di sekitar?"

"Tidak apa. Aku saat ini tidak peduli tanggapan orang-orang, yang aku pikirkan hanya mereka. Keduanya anakku yang aku sayangi."

Rika memandangi wajah Arisa, "Sabar ya kak. Sekalipun Alvito melakukan kesalahan besar aku yakin dia orang yang bertanggung jawab."

"Karena itulah aku tak mampu bicara apa-apa lagi."

Rika melaskan genggaman tangan dan berpikir sesuatu. "Kak, ini mengenai ibu kandung Alvito. Alvito sangat menyayanginya."

"Wajar saja dia ibu kandungnya."

"Aku rasa dia tidak akan setuju, coba kakak bicarakan dengan abang mengenai hal ini agar nanti tidak menimbulkan masalah baru."

Arisa mengangguk. Rika berharap hanya sekali ini Alvito mengecewakan keluarganya, dan semoga Sessy, ibu kandung Alvito tidak membuat runyam persoalan yang ada.

Behind Your Smiles (END)Where stories live. Discover now