6

74.4K 1.2K 46
                                    

Alvito membuka matanya, dia menyeringai. Akhir-akhir ini tubuhnya terasa ringan dan perasaannya kelewat senang. Kebersamaan dengan Mischa saat ini berbeda dengan dulu, sekarang hubungan mereka berbeda. Misha harusnya sudah menerima dia.

Jam di dinding menunjukkan pukul tujuh pagi. Alvito bersiap menuju ruang makan untuk sarapan setelah mencuci muka dan menyikat gigi. Dia bersiul-siul.

Alvito melihat Arisa sedang menyiapkan bubur untuk sarapan di meja.

"Mischa mana, Ma?" Dia bertanya.

"Sudah berangkat," jawab Arisa. Arisa bertanya apakah Alvito mau sarapan. Namun, pikiran Alvito sedang tidak fokus.

Kening Alvito berkerut, sepagi ini?

"Katanya mau bikin tugas dulu di kos temennya. Jadi pagi-pagi sudah berangkat." Arisa berkata lagi.

Alvito mendengus pelan. Bikin tugas atau dia sengaja menghindariku? Alvito membalikkan tubuhnya malas.

"Alv, kamu nggak sarapan?" tanya Arisa.

"Nanti saja."

Alvito mendesis, sialan! Susah juga menjinakkan Mischa. Dia pikir, dengan kejadian kemarin Mischa sudah menyerahkan diri sepenuhnya. Ternyata dia masih menghindari Alvito. Apa dia kurang hot? Ataukah dia kurang menarik? Alvito mematut dirinya di cermin. Selama ini, dia tak pernah bertanya-tanya soal penampilannya.

Alvito mengambil ponsel, mengirimkan pesan ke Mischa.

Kenapa pagi sekali berangkatnya? Apa nggak menunggu di antar?

Tidak ada balasan. Ckckck ... nakal sekali kamu, Mischa. Ingin bermain rupanya.

Alvito bersiap-siap berangkat kerja, dia berpamitan cepat pada papa dan mamanya yang sedang sarapan di meja.

"Alvito." Bastian memanggil, tetapi Alvito sudah hilang dengan cepat. "Akhir-akhir ini aku merasa anak itu sedikit aneh," keluh Bastian pada Arisa.

"Kenapa, Pa?" Arisa bertanya.

Bastian menggeleng, dia merasakan firasat yang aneh pada sikap Alvito ke Mischa saat ini. Belum lagi Mischa sering terlihat kikuk. Tapi buru-buru Bastian mengenyahkan pikiran buruk itu. Alvito tidak mungkin melakukan hal-hal yang jelek. Dia yakin sekali, Bastian meyakinkan diri.

***

Alvito merasakan perutnya berbunyi, dia lupa kalau tadi dia berjanji makan siang dengan mamanya. Mama kandungnya. Papa Alvito tidak mengetahui kalau Alvito sering menemui wanita itu. Memang papanya, Bastian tidak pernah melarang Alvito bertemu dengan wanita yang telah melahirkannya, sekalipun Alvito tahu dari raut wajahnya kalau papanya enggan membicarakan mama kandung Alvito. Perceraian kerap membuat dua orang yang dulu menyayangi, saling membenci. Alvito merasa heran.

Alvito mengendarai mobil, menuju restoran tempat dia berjanji untuk bertemu dengan mamanya. Sekitar lima menit, Alvito menunggu di sana, sampai sosok wanita anggun berwajah lembut mendatangi dan merangkulnya.

"Mama," sapa Alvito.

"Halo Alvito. Dari kantor?" Sessy, nama mama kandung Alvito.

Behind Your Smiles (END)Where stories live. Discover now