10

68K 1.1K 27
                                    

Mischa masih tidur dengan tubuh tertutup selimut saat Alvito terbangun, Alvito memandangi Mischa. Wajahnya lucu, menarik, cantik. Bibir mungil Mischa bergerak-gerak. Seandainya ... seandainya saja ... Alvito mengeluh.

Alvito suka mendengar suara Mischa, apalagi kemanjaan Mischa padanya. Mischa harusnya gadis yang pintar, lincah, periang, dia membuat orang-orang di sekitarnya merasakan kegembiraaan. Termasuk Alvito dulunya.

Tapi, tidak boleh! Alvito bercinta dengannya karna kebencian. Alvito terus terus mengusir pikiran yang menyusup ke kepalanya, belakangan kerap membuatnya pusing. Mischa membuka matanya.

"Bang Alv ..."

Alvito menatap Mischa. "Sudah bangun?"

"Kaki Mischa pegal," bisiknya. Masih dengan posisi wajah tertutup setengah oleh bantal.

"Mau ditambah pegal lagi?" goda Alvito.

"Uuhh abang."

Alvito memeluknya. "Mischa sayang abang?"

"Sayang."

"Beneran?"

"Iya."

Alvito memandang wajah Mischa. Wajah yang tulus dan berbinar. Mischa telah jatuh sepenuhnya.

"Mischa kepengen bubur ayam yang di sudut jalan itu," kata Mischa. Itu bubur ayam langganan mereka, Alvito kerap membelinya untuk sarapan.

"Abang pesankan, ya?"

Mischa mengangguk. "Makan yang banyak. Biar nanti kita bisa ronde kedua." Alvito melanjutkan.

Apa? Mischa melirik Alvito. Apa tidak capek abangnya ini? Mischa saja sudah lemas.

Alvito berjalan ke kamar mandi dan bersiul-siul. Mischa memandangi punggungnya yang terekspos.

Alvito tidak tahu malu, berjalan-jalan polos seperti itu, keluh Mischa.

"Mischa." Alvito memanggilnya.

"Apa?"

"Sini sayang. Bantuin abang."

"Uhhh." Mischa menarik selimut menutupi kepalanya, kali ini, dia tidak akan peduli. Namun tiba-tiba, Alvito datang. Menggendongnya, dia seolah tidak peduli apapun.

***

Alvito melilitkan handuk ke tubuh Mischa dan tubuhnya. Lalu dia menggendong Mischa lagi, membawanya kembali ke kamar.

"Uhhh Mischa capee abaang ...." Mischa meringkuk di atas tempat tidur Alvito.

"Istirahat sayang. Abang pesankan bubur."

Alvito tersenyum sangat manis. Mischa tidak mengantuk tapi seluruh tubuhnya lelah, hanya saja Mischa merasa...merasakan sesuatu yang berbeda. Sesuatu yang membuatnya merasa aneh.

"Abaanngg." Mischa memanggil Alvito lirih.

"Ya sayang."

"Haus, mau minum."

"Oke, baby."

Mischa tersenyum. Alvito memanggilnya dengan kata-kata mesra, melayaninya, menggendongnya. Mischa rasanya rela Alvito melakukan apapun padanya, lagipula Mischa menyukainya. Menyukai percintaan.

Mischa mencintai Bang Alv, desah Mischa.

Mischa melihat Alvito masih saja aktif bergerak. Sedangkan dia sudah lemas dan lelah. Untuk mengangkat tangan saja Mischa malas. Mischa beringsut duduk, minum dengan kalap. Dia kehausan.

Alvito telah memakai kaus dan celana pendek sementara dia masih berbalut handuk.

"Abang nggak capek?"

Behind Your Smiles (END)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant