7

71.1K 1.2K 13
                                    

Mischa dan Olive sedang duduk menunggu film di bioskop, Olive tadi telah membeli popcorn dan minuman.

"Misc, tadi si Lando kirim pesan nanyain kamu," kata Olive.

Mischa tidak ingin memikirkan hal itu, akhir-akhir ini kepalanya hanya memusingkan satu hal saja. Itu Alvito.

"Mischa," panggil Olive lagi.

"Eh..ohh iya Lando bilang apa dia?"

"Kamu ngelamun?" Olive tertawa. "Dia masih mengejarmu tuh. Kenapa sih nggak kamu terima saja, diakan ganteng."

Mischa mengangkat bahu. "Aku..aku malas pacaran liv."

Olive tertawa lagi, "Haha...baru kali ini aku dengar ada yang berkata seperti itu."

"Liv. Menurut kamu cinta itu apa?"

Olive menyimak perkataan Mischa. "Entahlah aku sendiri tidak bisa mendeskripsikan. Yang pasti perasaan sayang, takut kehilangan, selalu memikirkan dia."

"Bukankah keluarga juga seperti itu?"

"Mungkin rasa ingin memiliki?"

"Rasa ingin memiliki?" Mischa menoleh ke arah Olive.

"Kalau keluarga pastinya tak punya rasa ingin memiliki bukan?"

Mischa termenung. Dia teringat kata-kata Alvito. Mischa milik Abang, milik Alvito. Apa maksudnya dimiliki seseorang?

"Eh itu Bang Alv." Mendadak Olive melihat ke arah meja di seberang mereka.

Mischa menganga. Apa Bang Alv mengikutinya? Mischa menolehkan pandangan ke arah yang di tunjuk Olive. Jantungnya terasa menciut. Alvito sedang duduk berdua dengan seorang perempuan cantik. Berbincang dan tertawa.

"Samperin yuk. Apa mereka kencan? Itu pacarnya Misc?"

"Jangan! B..biarkan saja," sahut Mischa cepat.

"Lho gimana sih?" Olive heran melihat sikap Mischa, biasanya saja mereka sangat dekat, Olive teman Mischa pun kerap mendapat perhatian dari Alvito.

Mischa melirik-lirik ke seberang, hatinya pedih. Dia mengingat percakapan kemarin.

"Kenapa terus menolak abang, padahal hati Mischa tidak begitu?"

"S...siapa bilang? Aku tidak mau."

Alvito membawakannya buket bunga mawar putih, meletakkannya di tempat tidur Mischa.

"Abang bawakan bunga, biar seperti orang pacaran."

"Ngga..nggak mau!" Mischa mengambil bunga itu dari atas tempat tidurnya dan melemparkan ke dinding.

"Kamu benar-benar?" Alvito melenguh.

Mischa mau Alvito gusar dan marah. Tapi Alvito malah meraih pinggang Mischa, mendekatkan tubuhnya ke tubuh bidang Alvito. "Kalau begitu kamu tidak keberatan abang mencari kekasih?"

"Bukan urusanku." Mischa yang selalu memanggil nama sendiri saat bicara dengan Alvito mulai ber -aku.

"Tidak keberatan kalau abang melakukan hal-hal 'itu' dengan wanita lain?"

"Minggir." Mischa meronta dari kukungan Alvito.

"Kalau seorang pria sudah pernah melakukannya sekali, maka dia tidak bisa berhenti. Kamu yakin? Kamu mau tubuh abang dinikmati oleh wanita lain?"

Behind Your Smiles (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang