[15] Muslihat Selamat Tinggal

2.2K 238 33
                                    

Maaf, lama nggak update. Kasev punya cerita baru. Lapak SAYLA. Series dari cerita AYLA yang sudah tamat dan ada di google play. Sayla juga berhijab sama seperti ZURA yang dulu.

Happy reading ....



Malas sekali kembali pada rutinitas biasa setelah libur selama dua hari. Aku masih menginginkan tambahan waktu untuk santai. Belum ada niatan untuk bangkit dari tempat tidur, meskipun telah bangun sejak Subuh. Belakangan ini tidur menjadi perkara nomor sekian.

Nenek memanggil. Dengan ogah-ogahan aku berjalan ke kamar mandi untuk bersiap-siap.

"Ibu Zura!!" Areena dan Nada menunggu kedatangan gurunya ini di gerbang sekolah.

Mereka mengikuti ke parkiran sepeda motor, menunggu turun, sampai aku berjalan ke kelas.

"Ibu sudah sarapan?"

Mereka tidak pernah lupa jika di sekolah, mereka wajib memanggilku Ibu Zura.

"Belum. Kalian sudah?"

"Belum juga. Kami mau sarapan bareng Bu Zura," jawab mereka kompak.

"Biar Rena pesenin ke Kak Biti!" Areena meraih pena dan menyobek kertas yang telah disediakan di meja. Setelah itu ia pergi ke konter tempat memesan.

Areena kembali duduk bersama kami. Bel masuk yang nyaring hampir saja tidak kedengaran. Kedua anak itu segera segera membayar makanan dan berlarian untuk belajar.

***

Mobil yang belakangan ini sering muncul kini telah menghiasi pekarangan sekolah. Aku berjalan ke arah parkiran untuk mengambil sepeda motor. Siang ini aku ada janji bertemu Areena dan Nada di kafe biasa. Kali ini Nada yang punya masalah yang sepertinya ingin curhat panjang.

Aku tidak pulang dulu ke rumah untuk mengganti seragam sekolah. Biasanya selalu ada pakaian ganti dalam bagasi motor. Seperti saat ini, aku mampir ke masjid untuk bersalin pakaian kemudian menunaikan salat Zuhur.

Sepanjang perjalanan, aku menyadari ada mobil yang mengikuti. Kenapa sih dengan lelaki itu? Apa maunya hingga buang-buang waktu untuk mengikutiku?

Berbelok ke masjid yang cukup megah dan indah, aku mematikan mesin kendaraan. Aku suka melaksanakan salat di masjid ini. Tiada orang yang mengenali. Biarpun saat masuk berpakaian serba tertutup dan keluar dengan pakaian terbuka, tidak ada yang melirik aneh kepadaku. Aku merasa jauh lebih bebas.

Mengambil tote bag yang berisi sebuah dress pendek yang nyaman digunakan, aku membawa bungkusan itu ke toilet masjid. Mengganti pakaian lalu mengambil air wudhu. Jamaah sedang mengangkat takbir saat aku masuk sehingga aku kebagian saf di belakang.

Dia berdiri menyandar di mobil seperti posisi menunggu. Orang-orang masih ada di masjid saat aku keluar. Pun ada yang baru tiba. Intinya, masjid ini tidak sepi. Tidak mungkin dia menungguiku bukan?

Zahfiyyan mengucapkan salam rutin, seperti itu setiap kali ia muncul. Jika ucapan salam boleh diabaikan, maka aku pilih pergi dan tidak memedulikannya.

"Kenapa kamu selalu mengikuti saya?"

Aku menghampirinya.

"Kenapa melihat saya sampai begitunya? Kalau nggak suka, jangan dekat-dekat. Sudah saya bilang, pergi dan jangan menampakkan diri di hadapan saya!" Aku mengucapkannya penuh penekanan. Di balik itu, terdapat nada sindiran.

Tatapan lelaki itu layaknya para tetangga dan semua orang yang risih serta prihatin bersamaan.

"Padahal dengan seragam sekolah tadi kamu terlihat adem."

Zura Salah Gaul (Complete)Where stories live. Discover now