"Terima kasih, Sean." Kata Jacob sambil tersenyum ke arahnya. Mr. dan Mrs. Richards berjalan ke arah tangga dan bertanya "Apakah kamu sudah sarapan, Sean?"

"Sudah." Jawab Sean berbohong. Ia hanya tidak ingin mengganggu keluarga Richards lebih lama lagi di hari Sabtu yang indah ini. Tapi sayangnya Mrs. Richards terus memaksanya untuk tinggal dan sarapan bersama.

Sean tahu bahwa jika ia terus menolak, Mrs. Richards bisa membujuknya seharian penuh. Karena seperti itulah ketika mereka masih kecil, jadi Sean memutuskan untuk tetap tinggal. Sementara menunggu Mrs. Richards memasak, Sean mengikuti Jacob ke ruang televisi.

Fiona masih dalam posisi yang sama, yaitu tertidur dengan bersandar ke samping dan memegang gelas dalam posisi miring. Sean berusaha menahan senyumnya ketika melihat Fiona tertidur dalam posisi itu. Ia hanya tidak menyangka bahwa ada orang yang dapat tertidur dalam posisi yang tidak nyaman seperti itu.

Jacob berjalan lagi kembali ke dapur karena entah mengapa ia punya perasaan bahwa Sean akan mengambil gelas miring itu dari kakak perempuannya. Seperti dugaan Jacob, setelah Sean puas memperhatikan Fiona yang sedang tertidur itu, ia mengulurkan tangannya untuk mengambil gelas dari tangan Fiona.

Sean tidak akan mengambil gelas itu jika posisinya tidak miring. Tanpa disangka-sangka Fiona terbangun dalam keadaan terkejut dan marah. Jacob yang sudah tahu bahwa Fiona sangat benci diganggu saat tidur langsung bersembunyi di balik dinding.

Fiona sama sekali tidak tampak linglung seperti kebanyakan orang yang baru bangun tidur, seakan gadis itu memang tidak tertidur sama sekali. Padahal Fiona sendiri tidak tahu sudah berapa lama ia tertidur.

"Apa yang kamu lakukan?" Tanya Mrs. Richards saat melihat anak laki-lakinya bersembunyi di balik dinding. Jacob tidak menjawab pertanyaan mamanya dengan perkataan, anak itu hanya menunjuk kakaknya dan Sean yang sekarang berada di ruang televisi.

Ketika melihat istri dan anak laki-lakinya sedang mengintip di balik dinding memandang ke ruang televisi, Mr. Richards juga jadi penasaran dan melakukan yang sama

"Ada apa?" Tanya pria itu sambil mengunyah panekuknya. Mrs. Richards dan Jacob dengan kompak menaruh jari telunjuk di bibir mereka supaya pria itu tidak berbicara. Pria itu mengangkat kedua alisnya terlihat tidak terlalu peduli, namun ia memposisikan dirinya untuk ikut mengintip anak perempuannya di ruang televisi.

"Apa yang kamu pikir kamu lakukan?" Bentak Fiona ketika melihat gelasnya sudah berada di tangan Sean. Gadis itu berdecak jengkel sambil meraih gelas berisi susunya dari tangan pemuda itu, Sean hanya perlu menaikan tangannya ke atas sehingga Fiona tidak dapat meraihnya.

"Tadi gelasnya miring, kamu tertidur dan hampir menumpahkan seluruh susu ini kepada dirimu sendiri dan mandi." Balas Sean terdengar tenang-seram. Seakan ia tidak ingin berurusan dengan Fiona yang suka marah-marah.

"Aku tidak tertidur." Jawab Fiona yang jelas berbohong, karena tadi Sean jelas-jelas memandanginya sedang tertidur. Fiona sengaja berbohong karena ia tidak ingin Sean menghinanya karena tidur di sofa.

"Aku sedang menonton." Lanjut Fiona sambil melirik iklan di televisi.

"Tidak. Kamu tertidur." Jawab Sean tenang namun terdengar sedikit lebih menekan daripada sebelumnya.

"Aku tidak tertidur." Balas Fiona agak nyolot, sehingga Sean memilih untuk tidak berdebat lagi dengannya. Ditambah karena ia merasa sedikit tidak nyaman ketika diintip oleh seluruh keluarga gadis itu.

"Baiklah terserah. Nih." Kata Sean sambil mengulurkan gelas milik Fiona. "Aku hanya tidak ingin kamu bangun karena ketumpahan susu."

"Aku sudah bilang bahwa aku tidak tidur!" Jerit Fiona marah. Sejujurnya gadis itu tidak mengerti mengapa ia bertingkah seperti anak kecil. Tidak mau mengalah, marah karena hal yang kecil, dan berteriak pada Sean.

"Baiklah-baiklah! Ya ampun." Balas Sean sambil menggelengkan kepalanya pelan dan membelalak karena terkejut. Sean hanya tidak ingat bahwa Fiona bersikap senorak itu.

Maksud Sean adalah ini merupakan hal kecil, kenapa gadis itu harus berteriak-teriak di depan wajahnya? Kan ia juga bisa berbicara baik-baik. Toh hal itu juga tidak akan menjadi kerugian baginya.

Fiona menatap televisi berusaha mengabaikan Sean yang masih berdiri di situ. Sejujurnya perasaan bersalah melilit perutnya, Fiona tidak perlu bersikap dramatis seperti tadi. Namun entah apa yang mendorong Fiona untuk melakukan hal tersebut.

Mungkin itu adalah hormon, Fiona juga tidak tahu. Fiona melirik beberapa kali ke arah Sean, seakan merasa sedikit terganggu karena pemuda itu tetap berdiri di situ.

"Apa yang kamu inginkan?" Tanya Fiona sambil melirik ke arah Sean yang sedang tersenyum ke arahnya.

"Aku hanya ingin berterima kasih tentang apa yang kita lakukan tadi malam." Kata Sean yang terdengar sangat salah di telinga Mr. Richards sehingga hal itu menimbulkan pertanyaan dalam benaknya. Pria itu menegakkan punggungnya terlihat waspada.

Tidak hanya Mr. Richards, tapi bagi Fiona sendiri, perkataan Sean dapat membuat artinya berbeda. Meskipun yang gadis itu lakukan hanyalah menenangkan Sean, tetap saja jika Sean mengatakannya seperti itu di hadapan orang lain akan terdengar aneh dan dapat terciptanya rumor-rumor aneh.

"Kenapa? Kamu tidak ingin seorangpun mengetahui hal itu?" Tanya Sean dengan sengaja ketika melihat Fiona membuat sebuah isyarat dengan tangannya supaya pemuda itu tidak melanjutkan perkataannya. Tapi pemuda itu justru mengacau.

Sean justru membuat orang yang mendengarnya dapat menyalah artikan perkataannya barusan. "Bukan begitu.." Fiona menghela napasnya merasa lelah ketika ia harus menjelaskan perkataannya pada Sean.

"Bukan masalah. Itu juga tidak terlalu berarti apa-apa." Jawab Fiona sambil mengangkat kedua bahunya terlihat tenang.

"Tentu saja, itu berarti. Aku merasa lebih tenang dan semangat setelah kamu melakukan itu." Jawab Sean yang kali ini membuat Keluarga Richards itu keluar dari persembunyian mereka.

"Melakukan apa?" Tanya Mrs. Richards yang membuat Fiona terlonjak dari tempat ia berdiri. Gadis itu menoleh ke arah mamanya yang sekarang sedang bertolak pinggang, ekspresi wajahnya keras.

Gadis itu sama sekali tidak berani menoleh ke arah papanya yang berada di belakang mamanya. Walaupun papa Fiona sangat baik dan hampir tidak pernah marah, kali ini Fiona merasakan atmosfer aneh ketika pria itu mendengar perkataan Sean.

///\\\

Don't forget to vote!⭐️
And give me some comments!❤️
Happy Reading!🌈

Little Note From The Author:
Terima kasih yang sudah bersedia untuk klik cerita ini lagi ya.

Cerita ini telah diperbaharui dan semoga dapat menjadi lebih layak untuk dibaca oleh teman-teman pembaca semuanya ya.

You Belong With MeWhere stories live. Discover now