BAB 24

455 18 0
                                    

"Fris, beliin gue pulsa dong," gue merengek pada Friska yang sedang duduk dipojokan kantin.

"Beli sendirilah!" tolak Friska cepat.

"Paket gue abis, nggak bisa buka m-banking." Gue merengek sekali lagi.

Friska menatap gue sebal. "Kebiasaan banget sih. Mau yang berapa?"

"Yeee!!" Gue bergumam riang. "100 ribu, Fris."

"Nanti lo transfer gue ya! 100 ribu ditambah biaya admin 2500," ucap Friska sambil mengutak-atik ponselnya.

"Yaelah, sama temen sendiri perhitungan banget dah," omel gue pelan.

"Nggak usah protes. Udah masuk belum?"

"Udah-udah. Gue transfer abis ini," ucap gue sambil mencoba untuk mengaktifkan paket data di hp gue.

"Eh, Lan. Lo dicariin Jane sama temen-temennya tuh," ucap Varino yang baru saja muncul di kantin.

"Ah, nggak mau ah. Mereka ngomonginnya jawaban geografi mulu. Gue 'kan udah muak."

"Suruh siapa ngambil geografi. Mending kayak gue, sosiologi. Pake logika juga jadi," pamer Friska yang try out bulan lalu nilai Sosiologinya 68.

"Iyah, lo kenapa sok-sokan ngambil Geografi segala. Nggak pernah belajar juga," tambah Varino.

Mereka kalau udah disatuin nggak pernah bener nih. Kerjaannya menghujat gue, beruntung Friska bukan orang yang cemburuan ketika Varino cukup akrab dengan gue. Dia bilang dia seneng pacar dan sahabatnya akrab, jadi nggak ada yang ngerasa jadi nyamuk kalau kita lagi bertiga. Ya walau kadang gue pengen ngilang aja kalau mereka udah lovey dovey.

"Justru itu, gue butuh jawaban yang pasti. Logika gue nggak jalan soalnya." Gue mengaku sendiri karena itu memang alasan gue memilih Geografi untuk Ujian Nasional.

"Kagak balik lo?" tanya Friska.

"Anterin," ucap gue dengan wajah memelas.

"Lah, tumben. Bucin lo mana?" tanya Friska lagi.

"Siapa sih? Yang suka jemput si Alana itu?" tanya Varino terlihat penasaran.

"Hooh, yang Alana mau pulang kapan pun di mana pun dijemput terus," sahut Friska.

"Apaan sih kalian," bantah gue kesal karena diingatkan pada Atha.

"Emang dia mana, Lan?" tanya Friska penasaran.

"Nggak ada. Udah deh jangan tanya-tanya," ucap gue sebal.

"Oh lagi marahan ya?" goda Friska lagi yang ikut dipanas-panasi oleh Varino.

"APAAN S—" ucapan gue terpotong karena ponsel gue berdering.

Mas Danny

"Hal—" Lagi-lagi ucapan gue terpotong.

"Lan, di mana? Lagi sama Atha?" tanya Danny to the point.

"Nggak, Mas. Kenapa emang?"

"Diteleponin nggak bisa. Tadi dari kantor di Bandung ngasih tau ada surat panggilan lagi dari Kapolsek."

"Surat panggilan apa ya, Mas?" Kali ini perasaan gue tiba-tiba berdebar karena takut mendengar hal lain yang tidak ingin gue dengar.

"Gue kirim lewat chat yah."

Setelah itu Mas Danny memutuskan panggilan dan mengirimkan foto surat yang dimaksud ke ruang obrolan. Gue merasa berada di antara percaya dan tidak tentang apa yang gue baca. Rasanya kaki gue lemes banget.

Accidentally In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang