BAB 15

526 30 2
                                    

Atha membawa gue ke rumah sakit, jujur gue takut dan malu karena luka di leher gue ini. Gue menunduk sepanjang jalan menuju UGD menyebabkan rasa perih ketika gue mendongak. Gue berisitirahat sejenak di ruang UGD setelah mendapat pengobatan.

"Masih kerasa perih?" Atha duduk di tepi ranjang rumah sakit sambil menghadap gue.

"Dikit," ucap gue pelan.

"Tadi yang bantuin temen gue. Dia juga yang ngasih info kemarin kalau Raja ada di kafe dekat rumah lo." Atha menunjuk lelaki yang berdiri di sampingnya.

"Airlangga," ucap lelaki itu sambil menyodorkan tangan.

Gue membalas jabatan tangannya. "Alana."

"Gue mau ngurusin administrasi dulu ya, biar lo bisa pulang sekarang." Atha bangkit dari duduknya dan menepuk bahu Airlangga pelan.

"Lo udah kasih tau orang tua lo?" tanya Airlangga begitu Atha pergi.

Gue menggeleng pelan.

"Kasih taulah."

"Gue takut bikin mereka khawatir. Gue juga nggak tau mau jawab apa kalau mereka tanya kenapa bisa kaya gini. Lagian gue juga udah nggak apa-apa," jawab gue sambil menunduk.

Kalau kemarin gue bilang Atha itu orang yang menyeramkan karena suka marah, ternyata masih ada yang lebih menyeramkan. Airlangga terlihat dingin dan menyeramkan bahkan ketika dia tidak marah seperti saat ini.

"Kalo begitu kasih tau mereka lo nggak apa-apa," sahut Airlangga.

Gue terdiam sejenak sebelum akhirnya memutuskan untuk menghubungi nyokap gue. Dia histeris dan berniat terbang nanti malam dari Singapura. Gue udah bilang kalau gue baik-baik aja, tapi dia tetap mau ke Indonesia. Setelah percakapan gue dengan nyokap berakhir, yang tersisa adalah keheningan. Airlangga duduk di tepian ranjang sambil memainkan ponselnya.

"Airlangga, makasih ya," sahut gue ketika ingat gue belum berterima kasih.

Dia menoleh dan mengangguk. "Gue bantuin Atha juga. Udah dari lama gue pengen bantuin dia, tapi dia selalu nolak. Ngelihat Atha sampai sebegininya sama lo, gue nggak heran. Dia juga nggak pengen gue ataupun anak-anak yang lain terlibat."

"Anak-anak yang lain itu maksudnya temen-temen Atha?" tanya gue penasaran. Penasaran kok ada ya yang mau temenan sama Atha, hehe.

"Iyah, dia nggak pernah cerita ya?"

Gue menggeleng. "Oh! Berarti lo temennya Janvier juga ya?"

"Lo kenal Janvier?" tanya Airlangga tampak terkejut.

Gue mengangguk excited sebelum menyadari ada perubahan di raut wajah Airlangga. Sepertinya gue salah membicarakan Janvier, jadi gue memutuskan untuk diam sampai Atha kembali.

"Kok pada diem? Ajak Alana ngobrol dong, Ngga. Jangan bikin dia mikirin Raja."

Gue dan Airlangga sama-sama menoleh ke arah Atha yang baru saja kembali. Airlangga langsung bangkut dari duduknya.

"Gue cuma kepikiran, kenapa Janvier udah duluan kenal sama Alana sementara gue baru dikenalin sekarang?" ucap Airlangga membuat gue menatapnya aneh.

Accidentally In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang