Rambutnya ikal agak kecokelat-cokelatan, seperti disemir. Terlalu panjang untuk ukuran anak sekolahan, menjuntai hampir menyentuh kerah, sementara bagian depannya sudah melewati alis tebalnya. Ujung rambutnya melingkar-lingkar seperti ombak yang diterpa angin musim timur.

Sepertinya Arna pernah melihat wajah tampan itu, entah lah.

"Puji tuhan, pagi ini kita kedatangan anak muda yang gagah di samping saya ini, yang sebentar lagi akan menjadi kawan sekelas mu," Ujar Pak Ilham sembari membenarkan kacamata tebalnya.

"SIlahkan nak, perkenalkan diri mu sendiri" Tambah pak Ilham lagi.

"Baik, terima kasih pak. Selamat pagi semua, Nama saya Aerlangga Dirgantara,"

"Duh panjang banget namanya, kayak orangnya" Celetuk Imel, artis kelas ini.

"Panggil saja A.D" Jawab anak baru itu singkat sembari tersenyum.

"Ade'? Mau donk jadi kakaknyaa" Celetuk Imel lantang menggoda.

Imelda Clarissa. Duduk paling depan, nomer dua dari kiri. Selalu berseragam lebih ketat dan lebih pendek dari pada yang lain, pemimpin mayoret marching band sekolah ini. Selebgram, pengikutnya ada 1,4 K, yang rata-rata pemuda tanggung atau om-om hidung belang yang senang lihat foto-fotonya yang pamer paha dan belahan dada.

"Ehem..!" Pak Ilham mendehem, memberi isyarat kepada anak murid perempuan yang sudah kondang akan kenakalannya.

Ia sendiri sering digoda dengan dua kancing kemeja yang dibuka setiap ia mengajar di depan kelas, dan itu untuk seorang duda tua seperti Pak Ilham, sungguh lah berat.

Percaya lah.

Dan kalau ia tegurkan, maka itu sama saja menutup pintu rejekinya sendiri.

Sayang dong.

Imel sendiri kali ini tidak berhenti memandang anak baru itu dengan tatapan nakal khasnya.

Dan sepertinya itu berhasil, anak baru itu pun balas memandangnya dengan menyungginkan senyum yang sedikit bisa diartikan, 'nakal' juga.

"A.D ini sebelumnya adalah anak yang bersekolah dan belajar di rumahnya sendiri alias homeschooling, bukan kah begitu, D?" kali ini pak Ilham yang mengambil alih.

"Oh iya, betul pak," Jawab anak baru yang bernama A.D itu.

"Boleh donk minta nomer WA-nya, D" Tukas Imel melanjutkan serangan, dengan nada manja memancing mangsa.

Anak baru, ganteng, tajir, belum pernah sekolah, menarik! Pikirnya.

"Tentu saja, sayang" Jawab A.D

Eh sayang? Tidak salah dengar?

"Kosong delapan satu...." A.D menyebutkan nomer WA miliknya.

Tidak hanya Imel, hampir semua anak perempuan meraih smartphone nya masing-masing.

Kecuali Arna, yang mulai mencium kejanggalan dari anak baru ini.

'Tiditt...tiditttt'

Suara nada notifikasi terdengar dari balik saku jaket A.D berkali-kali, hampir-hampir sepertinya dari semua anak perempuan di kelas itu.

"Mmm....tidak ada suara henpon di kelas, D" Tegur pak Ilham.

"Oh ya? Maaf.." Segera A.D mematikan suara smartphone miliknya.

"Baik lah cukup perkenalannya, kita mulai sa..."

"Punya ig, nggak?" Imel memotong omongan pak Ilham.

"Punya," Jawab A.D singkat.

"Follow dong ig ku," Rayu Imel.

"Emang apa ig mu?" Tanya A.D balik.

Awal DesemberWhere stories live. Discover now