*2*

28 2 0
                                    


-Sekolah Menengah Umum 'Sepuluh' Jakarta Selatan- Minggu kedua setelah event penuh dramatis sewaktu CFD kemarin. Hari Senin pasca upacara bendera, Jam pertama, Ruang kelas X IPS. Arna, masih lah belum genap 16 tahun, beberapa bulan lagi. Tubuhnya lebih kecil dari rata-rata teman sebayanya, kulitnya pucat sekali dengan beberapa freckles di kulit dan pipinya bawaan dari lahir. Wajahnya mungkin karena pembawaannya, lebih nampak dewasa dibanding kawan-kawan sebayanya, meski tidak mudah tersenyum, tidak ada yang menganggap Arna sebagai anak perempuan judes.

Rambutnya lurus sebahu, Arna suka itu. Warnanya hitam natural dan tidak terlalu tebal, jarang diikat, ia lebih senang membiarkannya tergerai.

Di ruang kelasnya ia duduk di bangku nomer dua dari belakang pada bagian tengah, di kelilingi bangku-bangku yang diduduki anak-anak cowok. Tidak ada alasan khusus kenapa ia duduk di bangku itu, hanya saja karena agak di belakang, tidak terlalu mencolok dan menarik perhatian, oleh karena itu ia merasa lebih nyaman.

Ia duduk bersama Nami (Nama sebenarnya adalah Nurmala), Seorang 'Wibu' akut. Bisa dilihat dari akun instagramnya @nami00_kawaii yang penuh dengan foto-foto wajah editan aplikasi gratisan yang bisa memutihkan kulit, membesarkan mata atau membuat pipi dan dagunya lancip, jauh berbeda dengan aslinya yakni, berkulit cokelat eksotis, kalau menolak dibilang item. Pipinya 'chubby' kalau tidak mau dibilang tembem dan wajahnya tidaknya bisa diselamatkan, sudah penuh dengan jerawat dan berkacamata keliwat tebal.

Tapi di luar dari ke'wibu'annya itu, ia adalah anak yang paling baik kepada Arna, terlebih seringkali mengajaknya jalan-jalan dan mentraktir makan makanan Jepang.

Menu favorit Arna, adalah Sashimi Salmon dengan ekstra cuka dan sedikit wasabi.

"Ada anak baru, katanya" Celetuk Nami, antusias.

Sayang Arna tidak cukup tertarik untuk bahkan mendengarnya.

"Tajir, Ganteng, katanya" Celetuk Nami lagi,

Hmmmm...... Arna benar-benar tidak tertarik.

Cerita Watpadd di smartphone yang sekarang ada di pangkuannya lebih menarik.

Kisah pangeran yang dikutuk menjadi manusia kera lalu bertemu dengan seorang putri yang di kutuk menjadi manusia kera juga karena mencintai pangeran tersebut. Mereka hanya bisa melepaskan kutukan tersebut apabila menemukan cermin yang disebut dengan cermin kesempurnaan.

Baru sampai halaman ke delapan puluh tiga, bab ke-3.

"Isshhh..." Nami cuma bisa kesal setelah dua kali dikacangin.

Ini jam pelajaran pak Ilham, subyek yang diampunya matematika. Cara terbaik untuk memulai pagi di sekolah memang harus dengan menghitung rumus sinus cosinus dan sejenisnya. Yang benar saja.....

Beliau terlambat masuk, sudah lima menit semenjak bel berbunyi tubuh kecilnya belum muncul lagi dari balik pintu kelas, belum terdengar lagi suara seperti mik rusak mengucapkan selamat pagi.

Sepertinya benar kata Nurmala eh Nami. Ada anak baru yang akan dikenalkan oleh pak Ilham pagi ini, apakah ganteng? Apakah tajir? Arna masih tidak peduli.

"Selamat pagi anak-anak,:" Akhirnya suara seperti tikus menjerit itu terdengar juga dari arah pintu kelas.

Dan benar juga, beliau tidak lah sendirian. Ada seorang anak lelaki jangkung di sebelahnya, memakai jaket hitam bertudung.

Wajahnya beneran tampan, yang paling menonjol adalah alisnya yang tebal dipadukan dengan mata yang sayu namun tajam serta hidung yang mancungnya tidak tanggung—tanggung. Nami ternyata benar. Dan itu benar-benar menarik perhatian.

Awal DesemberWhere stories live. Discover now