Oke, sekarang boleh tidak davlin menyimpulkan, bahwa untuk stress althaf kali ini benar-benar ceroboh, benar-benar berbeda dari biasanya.

Davlin masih dengan ekspresinya, tenang "Masalah semalam? Beres?" tanyanya.

Althaf menegakkan tubuhnya meski selanjutnya berangsur menurunkan bahu, merasa lelah "Makin gak beres malah" jawabnya sendu.

Davlin menatap althaf tenang. Memang sepertinya jiwa davlin tuhh jiwa tersantuy. Dan memang hanya davlin yang tahu semalam althaf menemui ailve.

Althaf bangkit berdiri, karena sudah waktunya untuk pergi melakukan kewajiban sebagai seorang pelajar.

"Cabut" ajaknya.

Sedangkan ketiganya -baga, migo dan arfan, hanya menganggap ini kejadian biasa. Mereka tidak terlalu menganggap serius sikap alfhaf.

×××

"Iveee..."

"Ailve sekali lagi gue minta maaf"

Sejak ailve memasuki kelas hingga sekarang jam istirahat pertama, lalula terus-menerus meminta maaf. Padahal ailve tidak tahu salah lalula sebelah mana. Yaaa walaupun lalula sendiri yang mengaku karena dirinya yang menyuruh ailve turun untuk menemui althaf semalam.

Namun, ailve rasa itu bukan kesalahan lalula. Memang sepantasnya ailve bersikap seperti itu.

Ailve melipat lengan di atas meja lalu menidurkan kepalanya di atas lipatan lengannya itu "Udah la. Gak usah di bahas lagi kenapa sihh. Gue baik-baik aja" ujarnya menenangkan teman sebangkunya itu.

Lalula meringis "Baik-baik aja apanya sihh ay. Gue bener-bener ngerasa bersalah tau gak karena semalam nyuruh lo temuin althaf. Terus sekarang keadaan lo ancur banget kaya gini. Ngerasa enak sebelah mananya gue ay?"

Memang hanya ada satu kata ketika melihat kondisi ailve saat ini yaitu miris. Matanya bengkak khas orang habis menangis serta lingkaran hitam di bawah matanya karena tidak bisa tidur semalaman, hidung sedikit memerah, bibir pucat, belum lagi tubuhnya yang terlihat 4L, benar-benar seperti orang yang tidak memiliki gairah hidup.

"Lagian udah selesai. Lo gak perlu merasa bersalah la" timpal ailve masih dengan posisinya.

Ya, menurut ailve masalah dengan althaf sudah selesai sejak tadi malam saat.... saat ailve menyuruh althaf pulang setelah.... setelah althaf melakukannya.

Sejujurnya ailve sendiri tidak habis pikir pada dirinya, jiwa sarkastik yang ia timbun sejak lama tiba-tiba hilang tadi malam entah kemana.

Ailve memejamkan mata merasa lelah dan seketika itu kejadian tadi malam terputar jelas dalam memorinya tanpa bisa ia cegah.

Detik di saat... bibir althaf menyentuh bibirnya, ailve masih ingat betul barang seinchi pun.

"......... lo jaga jarak aja sama gue!" itu ucapan terakhir ailve sebelum althaf kembali menarik ailve dengan satu tangan yang kosong. Satu tangan yang lain dibiarkan tetap memegang mug.

Mengikis jarak diantara keduanya. Althaf sedikit merundukkan kepala untuk bisa menyentuh bibir ailve. Tidak ada paksaan, yang ada justru rasa lembut dan dalam itu yang ailve rasakan. Mata keduanya sama-sama terpejam.

Dan tepat di detik itu ailve meloloskan air matanya kembali. Ada yang bisa menjelaskan arti dari air mata yang ailve jatuhkan saat ini?

Ailve benar-benar diam tidak merespon apapun. Tidak berlangsung lama, hanya berkisar 3 detik. Althaf kembali menarik wajahnya.

Ailve mundur lalu merunduk, dengan gugup ia bergumam "Gue udah jelasin semuanya, selesai kan? Lo bisa pulang sekarang!" nada lemah yang seperti memerintah.

Lelaki itu mematung. Tak percaya dengan apa yang telah dilakukannya tadi seraya menyiapkan diri barangkali luka yang membiru di sudut bibirnya yang belum sembuh itu akan di tambah lagi dengan cap lima jari alias tamparan tangan ailve. Althaf sudah siap dengan itu.

"Ve----" suaranya menggantung, althaf tidak tahu harus berbicara apa.

Ailve mengambil mug di tangan althaf "Gue masuk" ucapnya lalu melangkah, menjauhi althaf yang masih pada posisinya.

Murah banget ga sihh ailve?

"....Ve"

"Ive...." ini mungkin panggilan kelima kalinya lalula pada teman sebangkunya ini.

Lalula pikir ailve benar tidur. Namun, ketika melihat ailve perlahan mengangkat kepalanya dan berbicara ia salah menduga ternyata.

"Apa lagi sihh la, kan gue udah bilang gak perlu di bahas. Gue lagi lemes banget ini" sahut ailve dengan suara parau.

Lalula mengedikkan dagunya ke arah belakang ailve, menunjukkan adanya hal yang perlu ailve ketahui.

Mau tidak mau ailve mengikuti petunjuk arah lalula. Hal selanjutnya yang ia lihat adalah adanya althaf bersama teman-temannya di meja fath, berdiri memunggungi ailve. Hanya terhalang oleh satu barisan meja.

Ailve kembali berpaling,  menidurkan kepalanya merasa apa yang lalula tunjukkan tidak penting.

"Bener-bener selesai ya ay?  Gak ada harapan untuk berhubungan baik" perempuan berambut ikal menggantung itu berbicara pelan.

"La. Udah ya!" jawab ailve dengan mata kembali terpejam.

Tepat setelah ailve mengucapkan itu, denting ponsel lalula berbunyi, tanda pesan masuk.

Althaf : Dia udh mkan blm la?

Althaf : Kondisinya bener2 buruk. Maaf gue udh buat dia nangis

Althaf : Gue ttip ya la, selalu temenin dia. Thnx

Setelah membaca tiga pesan masuk itu, lalula tak tahu harus berekspresi seperti apa.

"Ko gue yang baperr" ujar lalula tanpa sadar.

------------------

Apalagiii ini bang althaf.

Gatau dahhh... Gue aja yang bikin ini cerita pusing sendiri.

Semoga kalian para pembaca suka ya.

Thnxx

ALTEONजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें