10; Say Love

1.2K 211 17
                                    

🎶Say Love - Sondia🎶

Day 4

Ara berlari menuju kelasnya karena ia hampir saja lupa jika ada kuliah siang hari ini. Setelah semalaman ia menulis tentang Bara dalam buku hariannya, ia kembali bangun kesiangan karena tumben sekali tidak ada yang membangunkannya hari ini. Orang tuanya ternyata sudah berangkat kerja sejak pagi tadi, sedangkan Biru juga kebetulan ada kuliah pagi.

"Ra, lo ngapain lari-lari? Dosen kita tercinta cuma ngasih tugas, kok. Beliau gak masuk kelas."

Ara hanya bisa mengumpat dalam hati sambil mengatur napasnya, lalu ia memutuskan untuk duduk di bangku yang masih kosong di sebelah Sora.

"Astaga! Capek gue lari-lari ke kampus tapi ternyata kosong. Waktu lagi semangat kuliah aja dosennya gak masuk, waktu lagi gak mood, eh malah masuk. Tugasnya apaan emang?"

"Tugas kelompok berdua. Tugasnya nyari data di lapangan. Lo gue jadiin sekelompok sama Bara. Kurang baik apa coba gue."

"Hah???"

"Gak usah kaget gitu. Gue tau di dalam hati lo pasti ngerasa seneng."

'Jujur, iya. Tapi karena kejadian kemarin rasanya jadi canggung, padahal waktu gue di sini juga gak banyak.'

"Gak usah kelamaan ngelamun. Samperin tuh si Bara di bangku belakang. Itu anak diem mulu dari tadi."

Ara menoleh ke arah belakang dan melihat Bara yang hanya duduk sambil menumpu wajahnya dengan tangan di atas meja. Dengan hati-hati ia berjalan mendekat dan menggeser kursi untuk duduk di samping Bara. Ia pun dengan berani menepuk punggung Bara, membuat lelaki itu terbangun lalu tersenyum pada Ara.

"Baru dateng, Ra? Kelasnya kosong tapi."

"Iya, tau. Lo sekelompok sama gue, kan?"

"Hmm, lo gak suka kalo sekelompok sama gue? Kalo mau ganti partner juga silakan, gue gak masalah."

Raut wajah Ara yang tadinya masih sumringah, kini berubah menjadi datar. Ia heran mengapa Bara selalu berfikiran negatif seperti ini. Ara sebenarnya juga sudah lelah karena terus menangisi lelaki bodoh ini.

"Bara, jangan mulai lagi. Kayaknya kita perlu bicara berdua. Sekarang kita ke atap, gak enak kalo bicara di sini."

Ara menarik paksa tangan Bara lalu berjalan meninggalkan teman-temannya yang hanya bisa menatap mereka dengan heran. Bara hanya bisa pasrah ketika dirinya ditarik oleh Ara menuju ke tempat ia biasanya menyendiri, apalagi kalau bukan di atap kampus.

Ara menghadapkan badannya ke arah Bara, lalu menangkupkan kedua tangannya di wajah Bara sambil menatap lekat lelaki di hadapannya itu.

"Berhenti berpikiran negatif ke gue bisa, gak? Kenapa lo selalu bilang kalo gue benci sama lo? Emang lo bisa baca perasaan gue? Lo kan juga udah janji mau nemenin gue dan nurutin kemauan gue sebelum gue pergi. Artinya lo harus selalu nempel sama gue, Bara."

14 DAYSWhere stories live. Discover now