Part Empat Belas

34.2K 6.2K 1.3K
                                    

Diana bersama sanak keluarga mengikuti proses ijab kabul dengan hikmat, meski tadi nyaris terlambat. Bukan Diana yang terlambat. Malah rombongan yang awal berangkat malah meminta ditunggu di rumah kedua orangtua Irish yang menggelar acara pernikahan.

Tiga mobil yang berangkat duluan, termasuk mobil pengantin harus berhenti beberapa kali karena para rombongan memiliki berbagai hal alasan yang memperlambat laju kendaraan. Takut kondenya lepas, tisu habis dan harus beli dulu, antri bensin, ada barang yang ketinggalan, harus menjemput saudara yang mendadak ingin ikut, dan masih banyak lagi jajaran alasan yang membuat Muda nyaris menangis karena takut terlambat.

Untung Diana yang tiba terlebih dahulu segera masuk ke acara pesta bersama Devan dan mak Sindi sanak saudara ibunya yang tadi nyaris juga membuat mereka terlambat karena ada saja yang ingin dibeli di jalan. Sama seperti alasan para rombongan yang meminta dirinya menunggu. Sebelum kemudian Diana dengan wajah garang wanita itu meminta Mak Sindi untuk tenang dan tak mengacaukan pernikahan yang sudah dirancang seapik mungkin. Keterlambatan bisa membuat mempelai wanita panik, jika tidak segera ditenangkan.

Diana menghampiri Irish di kamar pengantin, mengatakan keterlambatan Muda dan keluarga wanita itu tak bisa melakukan apapun selain memaklumi. Menyerahkan sebuah kotak cincin berisi cincin emas murni seberat tiga gram pada Irish sebagai kado dan bekal, yang bisa digunakan ketika mengawali biduk rumah tangga Irish membutuhkan biaya mendesak. Mengingat, wanita itu tak bekerja dan Muda yang hanya pegawai kantoran biasa, gajinya belum begitu besar.

Setelah itu Diana keluar dan dia sudah mendapati rombongan keluarganya datang. Dia akan mengomeli siapa saja yang nyaris membuat pernikahan ini ditunda. Penghulu pastinya tak mau menunggu lama jika pengantin terlalu telat datangnya. Melihat repotnya pernikahan Muda, yang dulu tak dialami Lella karena adiknya hanya ijab kabul, mengingat perut yang sudah membesar. Diana membatin, jika ia ingin mendapatkan pasangan yang dekat-dekat saja agar tak begitu kerepotan seperti ini.

Maklum. Rumah Irish nyaris satu jam jaraknya, itu juga jika melewati jalan tol. Dan Diana yakin rombongan tadi pasti saja memilih rute yang lebih jauh, alih-alih menggunakan jalan cepat. Dan mobil pengantin biasanya akan menuruti alur yang dipilih rombongan. Merepotkan.

"Kak." Usai ijab kabul, pengantin berkeliling untuk menyalimi keluarga yang ada di sekitar mereka. Tiba di hadapan Diana, Muda memanggil wanita itu dengan mata memerah. "Maaf." Diana hanya menggeleng dengan senyum tipis sebelum kemudian membawa Muda ke dalam dekapannya.

Sebelumnya, semua terasa biasa saja, bahkan ketika Muda mengatakan jika ingin menikah lebih dahulu. Lambat laun, semua terasa berat bagi Tiar dan Suryo. Diana yang enggan menanggapi akhirnya turut terbebani. Dan hari ini, Muda dengan perasaan bersalah menangis tanpa isak di leher Diana. 

"Ngga ada yang salah kalau jodohnya datang lebih cepet." Diana mengusap punggung Muda, menahan tangis mesti mata telah memerah. Melerai pelukan mereka, mengabaikan tatapan iba yang mengarah padanya. Diana segera memeluk Irish yang ikut-ikutan menangis dan meminta maaf, sekaligus berterima kasih. Karena pasalnya, biaya pernikahan mereka juga dibantu oleh Diana yang membelikan seekor sapi untuk mempelai wanita. Tabungan yang dimiliki Muda tak begitu besar, pun tabungan Suryo dan Tiar. Mereka bergotong royong untuk mewujudkan pernikahan yang pantas untuk Muda dan Irish, tanpa berniat menunda hubungan kedua pasangan muda-mudi ini, karena Suryo tak mau kelak hal seperti Lella terulang kembali. Toh jika jodohnya telah sampai, mengapa harus dihalangi?

Hanya mengerjap, menghilangkan kumpulan air mata di telaga beningnya yang ia halangi untuk jatuh dan kian memperlihatkan betapa merananya ia karena dilangkahi oleh adik bungsu. Diana kemudian mundur kala pengantin diminta untuk duduk di pelaminan.

Diana duduk di kursi penyambut tamu. Tersenyum ramah pada tamu yang mulai berdatangan, tanpa ia sadari sedari tadi ada yang terus memperhatikannya. Sempat mendapati bagaimana Diana menarik napas begitu dalam, sangking enggan menangis di depan banyak orang. Dan apa yang wanita itu seolah pria itu rasakan juga.

Dari Mata Turun Ke HatiWhere stories live. Discover now