Part Enam

28K 5.7K 491
                                    

Diana kesal. Di saat ia harus menahan sakit pada area perutnya, pak RT yang mulutnya susah diatur itu menyebarkan gosip yang dibuat sendiri pada para tetangga. Dia sudah susah menahan sakit, diharuskan pula menahan emosi. Mengingat dirinya manusia, jadi Diana bisa menahan diri untuk tak mengobrak abrik pesta pernikahan Zeina.

Lalu ini lagi. Si pria yang bukannya menyangkal malah diam seolah membenarkan. Niatnya apa? Ingin membuat dirinya mengharap.

Khok cuih!

Hubungan mereka tak sedekat itu untuk bisa membuat Diana mengharap.

Tapi yang aneh, mengapa si dokter tetangganya ini malah bersikap seperti ini, sih? Ingin mempermainkannya, atau tak sengaja? Menanggapi ledekan para tetangga yang beberapa menjadikan mereka pusat atensi setelah mempelai di depan sana memang menjengkelkan. Tapi membiarkan gosip menyebar juga tak bisa dibenarkan.

"Eh Diana!"

Tepukan pelan mampir di bahu wanita itu dan seorang wanita muda bersana pria yang menggandeng mesra berjalan, mengambil tetap duduk di depan Diana lalu menoleh ke belakang untuk melihat Diana yang membalas tatapannya. "Datang kondangan terus, Di. Kapan kau undang kami ke acaramu?" Goda wanita itu yang mengerling menjengkelkan.

Tersenyum miring, tanpa sama sekali menutupi ekspresi kesalnya, Diana mendekatkan wajah pada wanita yang dulunya adalah adik kelas. "Kuundang, kalau kau punya anak."

Dan jawaban Diana membuat wanita itu kesal. Langsung melengos dengan wajah memerah, namun samar, Diana mendengar teguran suami wanita itu. Bukan untuknya. Tapi untuk istri pria itu sendiri.

Sedang Devan yang mendengar jawaban Diana, melirik wanita itu bersama sekilas ekspresi terkejut.

Pasalnya wanita di depannya yang menanyakan kapan Diana menikah sudah lima tahun menanti momongan yang tak kunjung hadir. Tapi dengan sekali tebas, Diana membuat wanita itu diam dengan mengungkit hal yang sangat sensitif.

Menyelesaikan makannya yang tak begitu banyak, Diana cepat-cepat berdiri. Mumpung makanan Devan masih banyak, jadi dia bisa menghindari gosip dengan membuat jarak. Percuma mengatakan tidak pada sekumpulan orang yang sudah merasa terkaannya benar. Jadi Diana memilih menjawab melalui tindakan.

Namun ketika sebuah tangan menariknya, membatalkan langkah yang akan mencipta jarak. Diana menoleh kesal pada Devan yang sudah berdiri di belakangnya.

Bahkan ketika ia sangat malu dengan kian banyaknya pasang mata yang fokus ke arahnya, Devan tampak biasa saja.

Dia memang bukan artis kampung hingga banyak yang menjatuhkan netra padanya. Namun dikenal sebagai anak mak Tiar yang selalu eksis tak hanya di dunia nyata juga dunia ghaib, maksudnya dunia media sosial. Diana harus pasrah jika status menyendirinya di usia yang nyaris memasuki tiga puluh tahun menjadi sorotan warga kampung. Dan ketika dirinya terlihat dekat dengan seorang pria, warga akan senantiasa mendoakan agar hubungannya lancar hingga jenjang pernikahan. Mereka memang para tetangga kepo. Tapi Diana tak menyangkal dari mereka semua ada yang baik padanya dan keluarga.

Mendekat, tahu jika Diana sedang tak nyaman dengan sikap tak sopannya, pria itu lalu berbisik. "Noda merah di rok kamu cukup banyak."

Dan informasi itu membuat Diana mendesis kesal sekaligus malu. Rona merah merambat parah ke arah wajah dan leher ysng terbuka.

Padahal dia sudah menggunakan pembalut yang cukup panjang, tapi mengapa bisa kebobolan juga?

Miring kali, ya?

Duh ... Diana merasa konyol sekarang.

Melengos, enggan menatap Devan yang kian membuatnya merasa malu, Diana tetap melangkah, dan sungguh ia syukuri dengan keberadaan Devan kali ini.

Dari Mata Turun Ke HatiWhere stories live. Discover now