41. Kissing

2.9K 207 35
                                    

Kalian tahu rasanya saat sebuah luka ditekan keras, dan ribuan jarum mulai menusuk ditempat yang sama berulang kali? Itu yang kurasakan saat ini.

Seluruh duniaku mendadak runtuh hanya karena sebuah kalimat singkat.

Aku menggeleng tidak percaya. Sorot mataku memancarkan kekecewaan yang mendalam. Mama langsung memelukku. Ruangan ini di isi dengan tangisan penuh nelangsa.

Papa ikut memeluk kami berdua, seolah-olah mengisyaratkan bahwa sampai kapanpun, Beliau tetap akan melindungiku.

“Mama, papa bohong kan?” rengekku dengan air mata yang sudah mengalir deras. Tidak mungkin. Tidak mungkin aku bukan anak kandung mereka.

Aku tertawa renyah. “mana mungkin aku bukan anak kandung mama. Wajahku mirip dengan mama!” Entah kenapa, aku terdengar menyedihkan saat mencoba menipu diriku sendiri.

Hatiku terasa sakit. Benar-benar sakit. “seluruh sifatku juga mirip mama..” gumamku dengan nada suara yang semakin memudar.

Aku menatap Papa yang saat ini sudah menangis. Pria yang selama ini tak pernah menunjukkan tangisannya, pada akhirnya menangis dihadapanku. “Pa..?” nada suaraku yang terdengar putus asa membuat mereka kembali memelukku. “Maafkan kami, rena.” seakan dicabik-cabik, perutku mendadak mual.

“Tapi, walaupun begitu, selamanya kamu tetap anaknya mama rena. Kamu anaknya mama dan papa.” Mama menciumi pipiku, mengabaikan air mata yang sudah berlinang tak henti-hentinya.

“benar rena. Papa mohon, kamu jangan berkecil hati. Tidak ada yang akan berubah. Kami tetap mencintaimu.” ucapan Papa membuatku berteriak sebal. Sebal terhadap diriku yang tak bisa berhenti menangis. Aku tidak peduli jika akan ada orang yang mendengarkan kami diluar sana. Aku tidak peduli lagi.

“lalu? Dimana orang tua kandungku?” aku bertanya dengan suara gemetar. Aku berharap semua ini adalah mimpi. Mama mengusap air matanya, “mereka sudah meninggalkan dunia ini, rena.” ucapan Mama semakin membuat hatiku remuk. “kenapa aku bisa berada disini? Apakah mereka tidak menginginkan aku? Makanya mereka membuangku?” pertanyaan itu mencelos begitu saja dari bibirku. Jika sudah terlanjur begini, aku harus tahu kenapa mereka tega membuangku.

“tidak sayang, tidak. Mereka mencintaimu. Sama seperti kami.” Papa mencium keningku. Air mata beliau turun mengenai tanganku.

“kalian, kamu dan orang tua kandung kamu terlibat di dalam sebuah kecelakaan besar rena. Hanya kamu yang selamat dari kecelakaan itu.” penjelasan singkat Mama semakin membuatku berteriak gusar. Luka itu semakin tergores kedalam. “Arya, ayah kandung kamu ialah adiknya papa.” Ucapan Papa membuatku segera memeluknya. Memang mendiang ialah ayah kandungku, tapi sebelum menjadi ayah kandungku, almarhum ialah adiknya Papa. Papa pasti merasakan perasaan sakit setiap melihatku.

“maafin rena pa.” Papa menggeleng sembari mengusap air mataku. “maafkan kami rena.” aku kembali memeluk mereka berdua. “aku sayang mama dan papa.” bisikku. Mama bilang, bahwa kedua orang tua kandungku meninggal dalam kecelakaan, dan hanya aku yang selamat. Setelah kecelakaan itu, aku tidak mengingat apapun. Oleh karena itu, Mama dan Papa mencoba merahasiakan hal ini dariku agar aku tidak tertekan. Mereka tidak ingin kejadian yang dulu menimpaku membuatku trauma. Aku tahu bahwa mereka menyayangiku, dan aku juga. Selamanya akan tetap begitu.

“setelah pernikahan kamu nanti, kita akan berziarah ke kuburan orang tua kandung kamu ya, na.” aku tahu, Mama dan Papa juga tidak tega merahasiakan hal ini dariku, namun mereka tak punya pilihan lain. Hatiku memang tercabik akan kenyataan ini. Mencoba menipu diriku sendiri tidak akan membuatku merasa lebih baik. Walaupun begitu, aku harus ingat bahwa Mama dan Papa selalu ada untukku. Mereka akan selalu mendukungku. Aku mencintai mereka.

A Whole New World. ✔️Where stories live. Discover now