16. Es Krim

3.2K 246 48
                                    

Jangan pelit vote dong:'')

Kami tiba di basement, tempat memarkir mobil di sebuah mall besar yang ada di ibu kota

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kami tiba di basement, tempat memarkir mobil di sebuah mall besar yang ada di ibu kota.

Aku sering kesini saat masa kuliahku baru saja berakhir. Aku masih ingat, saat itu Mama selalu mengomeliku yang tak kunjung mendapatkan pekerjaan. Aku kemari untuk mencuci otakku dengan sugesti bahwa aku pasti akan mendapatkan pekerjaan secepat mungkin, ya sekalian cuci mata sih.

Mana tahu akan ada Om-Om tampan nan kaya yang ingin menikahiku. Dengan begitu aku tidak usah bekerja dan tidak perlu khawatir soal Uang.

Tapi tentu saja, hal tersebut hanya bisa aku dapatkan di novel-novel ataupun komik. Tidak ada hal seperti itu dikehidupan nyata.

Tanpa sadar aku menghela nafas. “kenapa?” tanya Arka. Aku menggeleng. Tempat ini terlihat sepi sejujurnya. Arka menarikku masuk.

Sejuknya pendingin ruangan menyambut kami. Arka berjalan mendahuluiku, aku hanya berjalan perlahan mengekorinya.

Tubuhnya tinggi tegap, punggungnya peluk-able, bahkan ia punya bokong yang inda-- Rena! Dasar mesum. Intinya, pria sesempurna itu menikah denganku yang hanya biasa-biasa saja? Benar-benar tidak masuk di akal.

Arka mendadak berhenti, ia memutar tubuhnya, “kamu mau jadi istri saya atau jadi pembantu saya?” hah? Ya, daripada seorang istri, aku memang lebih terlihat seperti pembantunya sih.

Aku berdiri disisinya, menatapnya dengan tatapan polos. “jalan disamping saya saja, jangan dibelakang saya.” ujarnya dan kemudian meraih tanganku, dan melanjutkan langkah lebarnya. Aku terpaku sesaat, apa ini! Debaran janggal ini tiba-tiba menggangguku. Aku menggelengkan kepalaku berkali-kali untuk menghilangkan perasaan yang aneh ini.

“kenapa?” tanya Arka. Aku kembali menggeleng. Arka mengangguk dan membawaku masuk ke sebuah butik ternama.

Tunggu, karena terlalu terpesona dengan Arka, aku baru sadar bahwa mall sebesar ini benar-benar sepi. Tidak, memang tidak ada siapa-siapa. Hanya ada aku dan Arka.

Walaupun hari ini hari rabu, hari para manusia bekerja, mall ini selalu ramai biasanya.

Ada apa ini? Mendadak bangkrut?

Kami terus berjalan sampai tiba didepan sebuah pintu dengan tulisan No Enter yang tertempel disana.

Kami masuk kedalam, aku mendapati sebuah meja mewah untuk komputer dan kertas yang menumpuk diatas meja. Sofa-sofa yang mengelilingi meja kopi kecil. Banyaknya baju-baju dan dress-dress indah yang tergantung di sepanjang ruangan. Laci-laci yang diisi dengan patung-patung figur.

“duduk.” perintah Arka menekan bahuku untuk duduk disofa yang berada ditengah banyaknya baju-baju mewah ini.

“oh! Uda datang!” seorang pria berkepala botak mendekati kami.

A Whole New World. ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang