1.【Ichi】

10.9K 443 36
                                    

Warning!!! Typo masih ada di selempitan :'v (di mana aja di sini). Salah tanda baca masih bertebaran. Alur gaje! Cerita gaje! Dan masih buanyak kekurangan di sini. Bacalah jika suka, tinggalkan bila tak suka ^^

(Karena hidup itu sesimpel itu)

Happy reading ^^

.
.
.
.
.

Bagi gadis yang kini tengah duduk di taman itu, memiliki keluarga yang lengkap adalah hal yang sangat membahagiakan. Sayang sekali hal itu tak lagi mampu ia rasakan. Sudah semenjak dua belas tahun yang lalu ia tak lagi merasakan kebersamaan dengan ayah dan ibunya. Sebuah kecelakaan yang nahas membuat dirinya terpisah dengan orang tuanya, untuk selamanya.

"Ayo pulang! Kau bisa kedinginan jika terus di sini," ujar seseorang, membuyarkan lamunan gadis itu.

"Onii-san ...," panggil gadis itu, kepada seseorang yang tadi mengajaknya pulang.

"Hmm?"

"Sasori Onii-san, kapan akan menikah dengan Yuuna Onee-san?" tanyanya.

"Sakura, bisakah kau tak membahas hal itu untuk sekarang?" respons seseorang yang bernama Sasori itu.

Gadis bernama Sakura itu terdiam. Tak berani berkata lagi jika sang kakak sudah berkata demikian. Udara dingin membuatnya semakin menggigil. Sakura tak berani menatap sang kakak yang selalu menyayanginya itu.

"Ayo pulang," ajak Sasori sekali lagi. Sang adik mengangguk. Mereka lantas berjalan menjauh dari taman itu.

Di kejauhan, seseorang dengan mata Hazel tengah memperhatikan kedua insan yang memiliki hubungan darah dengannya. Ya, memiliki hubungan darah antara dia dengan dua orang itu. Sebuah fakta yang ia ketahui beberapa hari yang lalu.

* * *

Udara dingin. Suhu yang turun membuat siapapun yang keluar rumah pasti mengenakan jaket atau pakaian berbahan tebal lainnya. Beberapa orang bahkan mengenakan syal sebagai pelindung leher mereka dari hawa dingin. Namun, hal itu tidak berlaku bagi seorang gadis berambut soft pink yang kini tengah berdiri di taman. Semalam, gadis itu sudah diperingatkan sang kakak agar tidak keluar rumah saat musim dingin seperti ini.

"Bagaimana, ya, sekolah baruku nanti?" gumamnya, entah berbicara kepada angin atau siapa. Ia mengusap-usap lehernya, mengurangi rasa dingin yang menjalar.

"Emm ..., rasanya, Konoha tidak asing buatku," imbuhnya lagi.

Gadis itu melihat jam di tangannya. "Gawat! Sudah jam sarapan pagi. Aku terlalu lama di sini," paniknya, saat menyadari jam sudah menunjukkan pukul setengah tujuh.

Gadis itu buru-buru lari di tengah dinginnya udara yang menyelimuti. Baru beberapa langkah, gadis itu menabrak seseorang. Beruntung, seseorang yang ia tabrak memegang tangan kirinya, menahan agar gadis itu tak terjatuh di tanah.

"Ah! Sumimasen!" ucap sang gadis seraya mendongak, menatap sosok yang ia tabrak tadi.

"Hn."

"Chotto! Dingin sekali, dia!" omel gadis itu dalam hati.

"Etto ... bisakah kau lepas tanganku?" tanyanya, saat menyadari laki-laki yang ia tabrak itu belum melepaskan tangannya.

Laki-laki itu, segera saja melepaskan tangan yang sedari tadi ia pegang.

"Permisi! Aku buru-buru. Sumimasen deshita!" gadis itu membungkuk, meminta maaf atas kecerobohannya.

"Namae wa?" tanya laki-laki itu, saat sang gadis baru beberapa langkah menjauh.

Stay With Yourself ✔Where stories live. Discover now