***

"Belok kiri kak, lurus dikit tuh rumah warna krem" kataku menunjuk rumahku.

Motornya berhenti tepat di depan pagar. Aku turun dari boncengannya dan berusaha membuka kaitan helm yang sangat sulit.

Tangannya mendekat ke arah wajahku, spontan aku mundur. "Ngapain?" tanyaku takut terserang kebaperan akut.

"Bantuin lo buka kaitan helm" katanya menunjuk tanganku yang masih memegang kaitan helm.

"Nggak perlu, gue bisa sendiri" kataku. Aku masih berusaha membukanya hingga tangannya maju kembali.

"Lama" katanya langsung menyingkirkan tangannku. Kepalanya sedikit merunduk memperhatikan apa yang membuatnya tersangkut. Dan cklek terbuka.

Aku dengan cepat melepas helm ini agar semuanya selesai. Hatiku gak kuat sumpah.

Tapi,

dengan kurang ajarnya semuanya bertolak belakang dari keinginanku. Tangannya malah beralih ke rambutku yang berantakan.

Dia merapikan rambutku dengan pelan dan menyelipkannya di samping telingaku. "Cantik" gumannya yang masih dapat aku dengar.

Aku memberikan helmnya dengan cepat dan bergegas masuk ke dalam pagar rumah.

"Makasih" kataku sebelum berlari ke dalam rumah.

Aku menarik napas kuat merasa pasokan udara menipis. Lalu melihat dari jendela, dia sedang tertawa. Ah apa aku sekonyol itu?

Kini, aku malah merutuki sikap ku tadi.

Aku lihat lagi melalui jendela dan dia sudah tidak di tempat. Ah syukurnya udah balik.

"Kamu kenapa?"

"Ah Bunda ngagetin!" kataku terkejut.

"Kamu kenapa?" ulangnya lagi.

"Nggak apa-apa hehe, Kakak mana Bun?"

"Tumben kamu nanyain Kakak, lagian jam segini juga Kakak belum pulang"

"Trus Bunda?"

"Baru balik"

"Hilih"

Aku meninggalkan Bunda di ruang tamu, kalau dia duluan balik kenapa tadi gak jemput aku dulu.

Btw, aku anak bungsu dari tiga kakak beradik. Punya satu abang dan satu kakak. Urutannya bang Rendra, kak Lia, dan aku si cantik Dara.

Ehe.

Aku masuk ke kamarku yang syukurnya rapi. Membaringkan badanku di kasur kesayanganku dan memejamkan mata sejenak.

Ponselku bergetar singkat tanda pesan masuk, tumben. Aku melihat satu nama disana.

Aldinata Bamantara send your message.

"WAH GILA" kataku kaget.

Tanganku gatal-gatal ingin membuka pesannya tapi balik lagi, takut baper.

-Udah baper lu mah-

Astaga, aku bingung. Dengan mata tertutup satu, aku membuka pesannya.

"Kalau orang tua lo telat jemput kasih tau gue aja, gue bisa nganterin lo"

AHHHH BUNDA SUMPAH DIA BILANG GITU?!

Aku membalas,

"Eh nggak perlu ka"

Tidak-tidak, nanti dia beneran bilang nggak lagi, kan aku mau-mau aja.

"Eh, iya kak sekali lagi makasih"

Aku naik ke atas kasur melompat girang.

Cklek.

Pintu kamar terbuka.

"Kamu sakit?" tanya Bunda yang sepertinya sejak tadi bingung melihat tingkah anak bungsunya.

Aku langsung terduduk, "Nggak kok Bun"

Bunda meletakkan nampan berisi makan siang. Tumben nih emak baik gini.

"Tumben Bun"

"Sesekali, jarang-jarang Bunda di rumah"

Ah iya, aku memakan makan siangku.

"Kamu lagi jatuh cinta?"

Wah mampus, aku tersedak. Bunda langsung memberiku minum.

"Apaansih Bun" kataku mengelak.

"Kan Bunda cuma nanya aja"

"Nggak" kataku tapi malah mengingat Aldi.

"Muka kamu merah dek, Bunda cuma bilang boleh jatuh cinta tapi ingat umur kamu, jangan diseriusin banget" kata Bunda yang membuatku melongo.

"Lanjutin makannya"

Bunda keluar dari kamar, emang sekentara itu ya? Lagian ini cuma baper-baper biasa kok.

Iya baper biasa.

***

"Dek, kamu pacaran?" tanya bang Rendra yang entah sejak kapan ada di dapur.

Aku sedang mengambil air minum untuk di kamar. Langsung terkejut mendengar pertanyaannya.

"Bikin kaget bang astaga"

"Jawab aja kali dek" entah datang darimana kak Lia ikut-ikutan.

"Ini kenapa sih orang rumah pada nanya kayak gini" kataku kesal lagian mereka juga tau darimana coba?

"Iya soalnya ini yang pertama kan?" kata kak Lia lagi.

Dan dengan kurang ajarnya bang Rendra malah bikin emosi naik, "Takutnya kamu pas putus cinta malah bunuh diri dek, kamu kan lemah iman makanya kita awasi"

"GILA" kataku meninggalkan mereka berdua yang sedang tertawa terpingkal-pingkal.

Umur mereka berdua tu beda tipis, berbeda dengan umurku yang jauh dibawah mereka itulah sebabnya mereka lebih kompak.

Aku mengambil ponselku dan berbaring di kasur. Ada notif dari Rani yang langsung saja aku buka.

Rani:
"Lo lagi pdkt sama Aldi?"

Shit, apalagi ini?

Dara:
"Ini pada kenapa sih?"

Rani:
"Gue lagi ngumpul sama anak komplek, trus Aldi mepet gue mulu nanya-nanyain tentang lo"

EH ANJIR BENERAN INI?

Dara:
"Yaampun gue ambyar"

Balasku langsung mematikan data ponsel. Aku menutup wajahku dengan bantal, aku ingin berteriak kuat saat ini.

"Awas lo ya Aldi, udah bikin gue baper. Gue santet lu biar tunduk sama gue"

Kataku menggerutu tapi bahagia.

***

AAAADA APA INIIIII???

AKUTU BINGUNG MAU BILANG APA LAGI.

BACA YA.

VOTE YA.

KOMEN YA.

DAHHH SEE YOU NEXT PART.

BAMANTARAWhere stories live. Discover now