"Eh dia kesini?"

Aku terkejut saat melihatnya lagi sedang berjalan ke arah kami.

"Aduh mampus jangan-jangan dia tau gue ngeliatin dia dari tadi" kataku panik dengan suara yang lebih rendah karena dia yang semakin mendekat.

"Yaiyalah orang kentara banget" Rani malah santai saja seolah tidak ada yang salah. Karena dia memang tidak salah, hadeuh.

"Hoi, ngapain lo nangkring disini tumben bener?" tanyanya pada Rani.

"Lagi nemani teman gue liat cogan" katanya dengan gak berdosa. "Sini deh lo, kenalan dulu sama teman gue"
Astagfirullah, astagfirullah, astagfirullah, subhanallah yaallah ternyata lebih dekat lebih tampan meskipun cungkring.

"Siapa?" tanyanya.

"Lo gak bisa kenalan?" Si Rani minta ditabok sumpah.

"Hai, gue Aldi. Dan lo?" tanyanya sambil mengulurkan tangan.

Dengan gugup aku menjabat tangannya. "Ehm, gue Dara" kami bertatapan sejenak.

Begitulah aku mengenalnya dengan nama Aldi.

"Udah kali woi, masih ae jabatan kagak mukhrim ingat" aku tertawa canggung sedangkan Rani malah dijitak oleh Aldi.

"Udah balik sana, bau keringat lo" Yaampun berani sekali Rani ini.

"Heleh, gue balik ya" ujarnya pamit padaku. Ahh aku rasanya sedang di lambung setinggi langit.

Aku menganggukkan kepalaku dan tersenyum kaku.

"Astaga gantengnya ciptaan tuhan"

"Nggak usah alay lu, dah ah main ke rumah gue aja males gue lama-lama disini"

"Yeu, tadi lo yang ngajakin ketemuan disini"

"Ikut kagak?" katanya menaiki sepedanya, aku langsung berlari agar dia tidak meninggalkanku.

***

Aku melangkahkan kakiku dengan gontai menuju kelas. Pagi ini, tidak lebih tepatnya Senin pagi ini rasanya sangat amat tidak menyenangkan. Sepertinya bukan kali ini saja, tapi memang hari Senin menjadi hari terkutuk karena sebelumnya Minggu. Apaansih.

Intinya tu gak mood.

Aku duduk di kursiku dan menelungkupkan wajahku berniat menambah tidur. Tapi terusik oleh Rani yang dengan gak berotaknya langsung menghempaskan tasnya ke atas meja.

Astagfirullah dosa apa hamba memiliki teman seperti ini.

"Lu tau? Gue-

"Kagak" balasku mengabaikannya.

"Ck, dengarin anjir"

Karena muak dengannya yang marah-marah akupun menuruti. "Apaan?"

"Ya masa, tadi malam si cowok bangsat itu just read chat gue. Bayangin just read" katanya yang aku tau pasti dia sedang membahas siapa. Giovan, cowok yang tiga bulan ini menjadi kekasihnya.

"Oohhh" kataku menanggapi.

"Trus ya bla bla bla bla bla" aku terlalu pusing untuk mendengarkannya, jadi aku mengangguk-ngangguk saja seolah paham.

Bel berbunyi, akupun bersiap ke lapangan upacara. "Udahan ceritanya, ayo gue malas ngegerusuk orang-orang"

Kami berjalan beriringan menuju lapangan.

***

"Penghormatan umum kepada pembina upacara"

"KEPADA PEMBINA UPACARA HORMAT GRAK" aku terpaku sejenak, mengenal suaranya. Sedari tadi karena aku tidak mood makanya aku tidak terlalu memperhatikan siapa pemimpin, pembina, dan lainnya. Tapi suaranya begitu familiar.

BAMANTARAOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz