Act 23

205 20 0
                                    

Diatas sana langit membentang biru cerah, dibubuhi sapuan awan tipis yang terlukis tipis tapi indah. Keindahan langit bersanding dengan dua orang yang sedang menatapi langit tersebut. Tak ada senyum, tapi tak jua muram. Bergandeng tangan dan menikmati hal apapun yang terjadi ke diri mereka, baik bahagia maupun susah.

Kenya mengalihkan pandang dari langit biru ke Novel, "Nov."

Yang dipanggil menengok, memberikan senyuman dan menjawab, " iya Enya?" Novel selalu memberikan perlakuan kelas pertama, paling romantis yang membuat semua perempuan atau homoseksual iri.

"Attention passengers on Cathay Pacific flight 232 to Los Angeles. The departure gate has been changed. The flight will now be leaving from Gate 26" Sebelum Kenya menjawab Novel, mba-mba bandara sudah memanggil dari pengeras suara terlebih dahulu. Kenya menjalin satu-persatu jemari Novel dengan miliknya, "come on, Novel."

Dia menggenggam tangan Kenya, ikut berjalan disisinya sampai duduk bersebelahan di kelas terbaik pesawat itu. Karena kelas terbaik di pesawat biasanya tempat duduknya lebar dan berjauhan satu sama lain meski sudah bersebelahan, jadi Kenya berjalan ke arah Novel menghampiri.

Sosok yang dituju telah mengenakan sabuk keselamatan dan menyandarkan punggung di empuknya bangku pesawat mahal. Sampai akhirnya Kenya duduk di pangkuan Novel yang sudah memejamkan mata, pria itu membuka matanya lagi dengan kaget. "Baby, you shocked me!"

Tanpa menjawab Kenya langsung memeluk Novel, meletakan kepala di dada Novel dan merebahkan seluruh perasaannya. "I wanna be with you." Bisik Kenya pelan, hingga telinga Novel hanya mendengar sayup. "Okay, baby."

Momen bertabur cinta mereka diganggu ketika baru saja seorang pramugari yang lebih cantik dari Kenya datang. "Sorry miss, the plane will be taking off soon, you should get back to your seat." Dengan sangat ramah dan disertai senyuman pramugari itu bicara,  saying apapun yang dia katakana tidak akan didengar Kenya. "No, I'm with Novel!"

Tidak ada yang memisahkan Kenya dari pangeran Novel, bahkan penyihir negeri utara yang kejam tidak akan bisa. "Can she stay with me please? She's afraid of flight and her condition isn't really well." Novel memberitahukan pada pramugari si pramugari cantik sambil mengusap-ngusap pundak Kenya yang bersarang di pelukannya. Betul sekali jika dulu Kenya pernah bilang bahwa Novel jago berbohong.

Pramugari itu sedikit termakan ucapan Novel, disisi lain dia tidak tahu harus bagaimana menghadapi pasangan gila itu ketika Kenya mulai menangis. Pura-pura menangis. Jadi si cantik itu hanya bisa memberikan sedikit saran, "please hold her well, we're taking off soon, sir."

"Thank you." Jawab Novel dengan senyuman jutaan wattnya.

Tangan besar Novel mengusap-usap punggungnya, sangat nyaman tapi entah mengapa dia tidak ingin tertidur. Mata Kenya menerawang jauh ke langit biru yang terselingi ruam-ruam putih dari awan. Satu, dua, tiga menit berlalu dan langit berubah kelabu. Langit akan hujan, mereka terjebak di pesawat ketika hujan datang.

"Novel," Kenya memanggil Novel lagi.

"Ya, Enya?"

"Nggak apa-apa." Kenya menyelam lebih dalam ke pelukan Novel, membenamkan wajahnya di leher Novel yang hangat meski di luar hujan. Princess Kenya ingin tidur seratus tahun seperti sahabat karibnya, Princess Aurora. Tapi Novel tidak mengizinkannya.

"Enya.." Novel tau ada yang ingin Kenya bicarakan sejak di bandara tadi. Kenya tidak hanya memanggil namanya, dia ingin bicara namun ragu. Berulang-kali dipenuhi keraguan, tandanya Kenya sangat taku. "My love, kasih tau aku."

Sebetulnya professor Novel yang cerdas tau mengapa Kenya uring-uringan seperti ini. Tentu saja Kenya seperti ini, gadis itu sudah melalui begitu banyak kesulitan. Tapi Novel ingin kekasih pujaan hatinya itu untuk membicarakan perasaannya, mengeluarkan sesak yang melilit hatinya. Itu tidak sehat, Novel tidak ingin Enyanya terus-terusan begini.

Princess Kenya In LoveOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz