Act 6

409 21 3
                                    

Seseorang yang bercahaya datang menghampirinya dengan membawa buah merah muda metalik. Seorang wanita cantik yang memberikan buah itu. Kenya bisa melihat cahaya berpendar disana, taburan glitter juga menghujani kemana pun sang wanita melangkah.

Hanya dengan tangannya yang kecil Kenya menadah hujan glitter itu, sangat indah seperti nirwana yang menyimpan ratusan unicorn. Kedua tangan Kenya hanya sanggup menangkup sepercik dari keindahan wanita itu, jadi sang putri unicorn menaburkan pernak-pernik tersebut ke tubuhnya supaya bisa terlihat berkilau juga. Mereka sama-sama berkilau persis bola disko!

Sang wanita pun tak sekedar berdiri, ia menyerahkan buah merah muda metalik untuk putri unicorn yang berkilau seperti bola disko atau mungkin baju eksentrik Lady Gaga.

Sangat sangat sangat bahagia, meroket menyentuh langit, Kenya mengambil buah itu. Tangannya yang berhamburan pernak-pernik mencoba membelah buah cantik itu. Namun ketika dibelah.. sayang ketika di belah bukan unicorn atau pelangi abadi yang keluar, namun ribuan curut-curut.

Iyuwh, curut-curut Novel yang suka minta foto bareng.

Dan putri unicorn terbangun dari mimpi indah berujung neraka. Dihidungnya Novel sedang memandangi, menggunakan kedua irisnya yang seperti karamel, menunjukan seperangkat kekhawatiran. Novel khawatir karena Aurora tidak kunjung membuka mata.

Apa pangeran telah memberi ciuman?

"Maaf Novel, aku ketiduran." Kenya bangkit dari kursi, tubuhnya sangat merosot karena asyik tidur. "Tadi aku nggak bangun-bangun ya?"

Novel mengambil tongkat Kenya yang ada di kursi belakang dan memberikannya pada Kenya. "Tadi mami telfon, nanyain kamu."

Mendengar hal tersebut Kenya mendengus, "Mami cuma mau ngobrol sama kamu. Kepo banget sih Mami."

Tongkat, seatbelt, topi jaring-jaring yang besar dan merepotkan. Novel membantu kesayangannya untuk bersiap-siap sebelum bisa keluar dari mobil.

Perlahan Novel menaruh tongkat Kenya di samping, membukakan seatbelt dan mengenyampingkannya secara perlahan. Hingga tanpa sadar jarak wajah mereka terpaut amatlah dekat. Disana Kenya memberi satu senyuman manis yang dapat meledakan malam.

"Tadi kamu seneng nggak karokenya?" Masih dengan jarak wajah dua belas senti, Kenya bertanya pada Novelnya. "Tadi kamu tidur."

"Aku senang, aku nggak pernah karoke empat jam sebelumnya." Tawa Novel menghembuskan udara ke muka Kenya yang tertutupi jaring sebagian. Tapi keduanya belum mundur.

"Ih kan kamu mah nyanyi terus, pasti lebih sering lama latiannya." Jemari Kenya meraih tudung jaringnya, memain-mainkan untuk mencari pengalihan, "aku takut kamu bosen tadi ikut pergi sama Dennis. Dennis kan lebay. Terus kamu tidur, pasti bosen."

"I had remarkable time, I swear." Sumpah ksatria Novel pada putri Kenya.

Kenya tidak percaya pada Novel. Laki-laki kadang mulutnya saja manis, sebenarnya mah duren busuk.

Jika omongannya manis, maka mereka mengumpulkan kata-kata indah dari internet atau dari bungkus permen.

Pangeran bermata permen karamel itu tau kekasihnya tidak percaya, jadi dia menambahkan, "suara kamu bagus banget aku suka, jadi bikin tidur."

Bohong. Novel bohong, sebenernya dia mengantuk, tapi sepuluh persen alasannya memang suara Kenya.

Tentu saja Kenya yang pedas seperti cabai tidak percaya. "Liar, liar, pants on fire. The Castaways, Liar Liar."

Mendengar kata mutiara yang termuntahkan pedas dari lidah putri unicorn membuat pangeran pembohong itu tertawa. Kenya benar-benar, sama sekali tidak bisa digombali. Tidak sepenuhnya digombali karena alasan Novel sedikit benar dan dia tidak ingin menyakiti hati Kenya.

Princess Kenya In Loveजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें