Act 9

250 24 0
                                    

Catwoman malam ini kembali beraksi. Si kucing hitam mengambil perangkatnya untuk menjalankan misi, seperti sepatu boot kulit yang berkilau setinggi pahanya dan dress pendek, seksi ketat yang lagi-lagi terbuat kulit. Yang terakhir adalah kuping kucing warna hitam yang senada.

Kenya sudah siap melompat-lompat di antara gedung pencakar langit negeri mungil ini. Mungkin tidak seakrobatis itu.. tapi dia siap menari sampai klab malam itu tutup. Malam ini Kenya akan menjadi kucing garong perempuan yang hanya memikirkan kesenangan.

Menyesuaikan dengan penampilan Catwoman yang serba hitam, mereka memesan uber black untuk mengantar ke distrik hiburan terkemuka yakni Clarke Quay. Sayangnya meski sudah memesan uber black, tapi mobil yang datang tidak berwarna hitam, jadi gagal lah keserasian tema untuk Kenya.

"Drink first!" Carlisa berteriak di dalam keramaian ketika mereka, empat bidadari baru memasuki khayangan yang gelap dan penuh sesak.

Selalu wine untuk setiap kesempatan, itulah moto Kenya. Jadi dia memesan segelas anggur merah klasik untuk membuka pintu nirwana sebelum berpesta. Namun satu tidak cukup, karena dia butuh adrenalin lebih untuk betul-betul melupakan rasa bersalah pada seorang pria brengsek. Kenya betul-betul ingin terjun ke neraka.

"Martini, gin, stirred and straight up." Jerit Kenya untuk menarik perhatian bartender dengan signature martininya.

Fungsi relaksasi dari gelas kedua sudah berjalan dengan baik pada tubuh si kucing hitam. Dia tidak akan bertahan jika terus memesan yang ketiga atau yang keemat, jadi memutuskan untuk menari di lantai dansa dengan pria tampan yang bisa ditemukan.

"Lo liat cowok ganteng yang bisa gue ajak dance, nggak?" Tanya si kucing pada Carlie disebelahnya.

"Spesial untuk lo," jari telunjuk Carlie menunjuk seorang pria berambut coklat terang dari ras kauskasian yang sedang duduk di ujung meja tempat mereka memesan minum. Itu hadiah untuk Kenya karena hari ini Carlisa sangat menyebalkan.

Carlisa baru saja menemukannya. Itulah super power Carlie, yakni mencari pria tampan dan menganalisa isi kepalanya. Si rambut coklat terang itu cocok untuk Kenya.

"Thanks, baby." Kenya mengecup pipi Carlisa, lalu beralih untuk mengajar pria tampan yang sungguh menikmati segelas whisky dengan bibirnya yang merah membara.

"Hey," sapa Kenya ketika berdiri di dekat pria itu, "care to dance?"

Pria itu mengalihkan pandangannya dari segelas whiskey berwarna serupa dengan warna permata amber. Tidak langsung mengiyakan, mata hijau pria itu melirik dari atas hingga bawah tubuh Kenya. Menjuri apakah perempuan asing itu pantas mendapat kesempatan.

"Sure," si tampan meneguk habis minumannya dan menyentuh punggung Kenya dengan tangan besar dan hangatnya untuk pergi berdansa bersama si kucing.

Otak dalam tengkoraknya terasa panas, pria tampan itu sedang berfikir keras mengenai gadis cantik yang baru saja mengajaknya berdansa. Betapa hebat gadis itu berinisiatif menyentuh hidupnya yang jelas-jelas sedang melukis aura hitam ketika menunduk menikmati alkohol kelas berat.

Hingga pria asing itu merasakan perempuan berpenampilan kucing itu menaruh kedua lengan mungilnya yang agresif di lehernya, mendekatkan tubuh mereka, berbagai degup jantung di tengah riuh musik. Dan begitu saja, pria itu berbisik di telinga asli si kucing, "you're hot. I like it."

Rayuan kelas atas dari lidah pria itu membuat Kenya tertawa dan memeluk pria asing nan tampan itu lebih dalam. Kenya menari lebih giat, menggerakan tubuhnya seperti ombak liar dari samudra Hindia yang memecah bibir pantai pulau Sumatra.

"You should say thank you, and me too." Maksud pria itu adalah Kenya seharusnya membalas thank you handsome, you're hot too.

Pria itu terus membisikan rayuan kelas maut yang memporak-porandakan kesadaran Kenya. Tapi Kenya tidak keberatan, malam ini bahkan garis khatulistiwa tidak menjadi batas.

Princess Kenya In LoveOù les histoires vivent. Découvrez maintenant