Act 13

270 20 0
                                    

Semalam malaikat bersedia berdiri di pundak kanannya, mengulurkan tangan ketika Novel terperosok dalam jurang nestapa. Betapa beruntungnya pria brengsek bermata bengkak dan bibir terkelupas itu. Kini dia menunggu seorang gadis yang akan menuntutunya menuju secuil harapan.

Di restoran sesak udara dari pendingin ruangan, Novel memeluk tubuhnya, telapak tangannya mengelus-ngelus kedua lengannya. Novel kedinginan, dia sakit, tidak tidur, belum makan, menangis untuk Kenya, memohon pada Dennis dan kini AC menggrogoti tibuhnya.

"Novel," seseorang berkemeja lavender duduk di hadapannya. Menatap seksama pada wajah Novel.

"Hey," balas Novel dengan bibirnya yang pucat nan terkelupas.

"Novel, you okay?" Diandra bertanya, dipenuhi rasa khawatir melihat pacar, atau mantan pacar sahabatnya yang pucat pasi. "Lo udah mesen makanan?"

Diandra tidak tahu harus berkata apa ketika melihat pria yang telah menyakiti sahabatnya itu. Novel terlihat sangat menyedihkan dan.. nyaris tidak mungkin dia adalah yang ternama Novel James.

Novel James, pria yang bersinar ribuan watt itu siang ini redup. Setelah maaf yang ditolak oleh Kenya, amarah Dennis, pelarian terakhir adalah si baik hati Diandra. Ya, Novel yang baru sekali bertemu Diandra ketika makan siang bersama Bitches bahkan mampu merasakan kebaikan hati Diandra. Dan benar saja Diandra bersedia bertemu manusia tak layak seperti Novel.

Novel menyentuh bibir cangkir kopi dengan jemarinya dan memberi senyum menyedihkan. "Ya, lo pesen dulu aja."

"Novel, lo pesen makanan atau gue nggak akan ngebantuin lo."

Dan akhirnya mereka berdua memesakan makanan, menghabiskannya dan barulah Diandra mau memberi bantuan jasanya. Tapi pertama, dengarkan dulu apa yang Novel bisa tawarkan.

"I was fucked up, I was wrong, I'm a total jerk. I know, I own it. Kenya doesn't deserve this, Kenya doesn't deserve me. But still, gue masih sangat menginginkan kesempatan kedua."

Novel berhenti bicara dan menarik nafas sebelum menyatakan, "gue suka Kenya."

"Gue dan Kenya baru kenal, gue tau.. cuma udah lama gue nggak memiliki seseorang di hidup gue dan Kenya datang dengan mudah. Dia bahkan nggak tau siapa gue, dia nangis di pelukan gue dan gue ngerasa Kenya membutuhkan gue apa adanya. Kenya nggak suka kena skandal dengan gue, Kenya nggak butuh sensasi karena macarin artis kayak gue.

"Dulu waktu gue dateng ke sini gue cuma bisa macarin co-star di film gue karena gue nggak punya waktu dan mereka manfaatin buat promosi. Gue fine aja, karena gue udah terbiasa dua kali pacaran disorot media setiap saat, itu konsekuensi. Tapi makin lama itu makin menjenuhkan, gue capek dan tertekan.

"Rasanya kayak gue nggak punya privasi. Atau pasangan gue memanfaatkan aja sebagai aji mumpung. Dan semua tekanan itu terlalu besar, ekspetasi, harapan, kebencian yang gue terima.

"Tapi Kenya beda. Gue tau gue terdengar kayak seseorang yang hanya menyukai dia karena impresi pertama, tapi nggak kayak gitu. Mungkin iya, mungkin karena impresi pertama, tapi semakin lama bukan hanya sekedar itu.

"Gue bahkan nggak masalah lagi waktu berulang kali media ngebongkar privasi kita. Setidaknya Kenya ngerasa apa yang gue rasain, gue yakin. Gue seneng seseorang bisa ngerasain hal yang sama.

"Lalu dia nggak khawatir sama sekali untuk nunjukin bagaimana dia membutuhkan gue. Dia nggak peduli sama orang-orang yang ngeliat kita waktu nangis di pelukan gue. Dia cuma butuh gue. Gue ngerasa.. berarti. Berulang kali Kenya nunjukin itu, Di.

"Dan yang terpenting Kenya nggak ragu sama sekali buat nunjukin kasih sayangnya, kayak waktu gue nggak senagaja tidur di pundaknya selama setengah jam pas karoke. Lo tau, guru favorit gue dulu pernah bilang bahwa manusia cuma butuh seseorang untuk bersandar dan sekeligus merasa dibutuhkan.

Princess Kenya In LoveNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ