Act 11

240 18 1
                                    

Putri Kenya lupa semalam ia ingin belajar! Fikirannya terlalu sibuk merangkai rasi bintang, lalu kusut, lalu dia cuma menonton serial yang tidak juga dia tonton, mendengarkan musik, makan popcorn dan pizza. Hidupnya sama sekali tidak berfaedah.

Dia harus berubah semester ini jika ingin lulus setahun lagi. Terlalu banyak kebodohan yang dia lakukan, bahkan untuk belajar saja dia tidak biasa, tidak tahu caranya. Dari mana Kenya harus memulai? Paling nanti malam dia akan melakukan kesalahan yang sama. Dia yakin.

Kenya berfikir, apa unicorn punya otak yang cerdas? Jika tidak, dia yakin maka itu salahnya mengidolakan unicorn dan mulai bermetamorfosis menjadi sosok yang sama.

Sekejap kemudian, si putri unicorn merasakan sepasang tangan menutup matanya. Tangan lembut, mengenakan beberapa cincin karena si unicorn merasa dingin. Pasti salah satu dari Bitches, tapi mana dia hafal tangan mereka.

"Keykey," sapa Diandra, melepaskan tangannya dan menyisir rambut Kenya yang berantakan karena tidak sengaja menghamburkan rambut sang putri ketika Diandra mencoba menutupi matanya.

Lalu Kenya berfikir, tentu saja! Cara dia mulai belajar adalah dari Diandra! Kenya akan bertanya bagaimana caranya belajar. Tapi sebelum itu Diandra berucap, Keke nggak papa?"

"Memang aku kenapa?" Jawab Kenya langsung, menjawab polos. Tidak ada masalah yang dia buat kemarin, atau dia juga tidak merasa sakit. Diandra suka terlalu sensitif.

"Dennis bilang kamu kemarin diem aja pas kelas, terus nggak ikut makan kemarin. Aku nyariin kamu. Kamu nggak apa-apa, Kenya?"

Malas sekali, Diandra terlalu sensitif. Sebetulnya bagus untuk seseorang seperti Kenya yang terlalu hiperaktif, susah dimengerti dan memiliki berentet permasalahan lainnya. Akan tetapi kadang membuat Kenya pusing, tidak tau harus melakukan apa, juga kadang merasa terjebak sebab Diandra tidak bisa dibohongi.

"No, I'm fine. I just wish I was dead is all. From Gentleman's Agreement, 1947. Kidding! Hahaha!" Kenya tertawa tidak jelas, Diandra menaikan alisnya tidak yakin dengan suasana hati sahabatnya. Harus ikut tertawa, prihatin atau menamparnya.

"You can tell me everything if you need someone, okay? Now let's go to the class!" Diandra menggandeng tangan Kenya, menuntunnya menuju kelas untuk bertemu Bitches lainnya.

Mengapa Diandra harus sangat sensitif?

"Gue laper, tadi belum sarapan!" Kenya mengusap-ngusap perutnya yang kurus, belum ada makanan yang melindungi si perut. "Kemarin Papi bawa pizza trus gue makan banyak, jadi tadi pagi masih kenyang. Trus sekarang laper!"

Gerakan Diandra sangat elok ketika menggerakan tangannya, memasukannya ke dalam tas dan mengambil sebungkus coklat. "Tadi Alvin bawain ini. Kita makan berdua ya?"

Alvin adalah kesayangan Diandra, pujangga Diandra dan mereka telah menjalin cinta lebih dari empat tahun lamanya. Bersama sejak SMA, tapi hingga saat ini ikatan masih kuat seperti nadi yang setia dan sedia mengalirkan darah.

Sering Alvin mengantar Diandra ke kampus, ke tempat Bitches sedang ingin jalan-jalan, atau hanya datang memberi sebatang coklat seperti pagi ini. Membuat semua Bitches iri padanya, bukan hanya teman-temannya yang penuh iri, tapi hampir semua orang. Diandra dan Alvin sangat manis seperti madu, mereka manis dan tidak merusak seperti hubungan yang selalu didapati Kenya.

Lagi-lagi akan selalu kembali pada Kenya permasalahannya.

"Thank you, Dya! You are my fairy god mother!" Kenya memeluk Diandra, tersenyum dalam pelukannya. Sang ibu peri membalas dengan ikut mendekap Kenya kecil dan mengelus punggungnya.

Begitulah Diandra dan Kenya, seperti Diandra adalah ibu peri yang diberikan tuhan untuk Kenya. Diandra sangat baik hati, pengertian dan sensitif. Diandra memiliki terlalu banyak cinta dan tidak ada orang yang lebih membutuhkan cinta dari Kenya. Itulah mengapa Diandra begitu mengerti Kenya sampai terkadang Kenya kesal, Diandra terlalu mengerti dirinya dan Kenya tidak punya celah untuk menampik.

Princess Kenya In LoveWhere stories live. Discover now