Act 3

617 41 1
                                    

Pada suatu siang, udara mencapai 38 derajat Celsius di Jakarta. Meski sudah di dalam ruangan, meskisudah dilindungi oleh pendingin ruangan, juga segelas minuman dingin, namun terik matahari dari luar jendela masih terasa amat kejam.

Diantara panas dan nyawa yag tersedot olehnya, seseorang alkemis datang merubah segalanya dan membawa kesejukan. Alkemis itu bahkan tidak membawa tongkat sihir atau mengenakan jubah warna biru muda seperti Queen Elsa, dia mengenakan kaus hijau tentara dan celana denim pudar. Tapi seperti seorang alkemis yang selalu membawa ramuan rahasia, dia menenteng sebuah kantung belanjaan di tangan kirinya yang disambut sorak-sorai dari enam kurcaci.

Kehadiran pangeran alkemis itu membawa kesejukan di hati mereka, terutama putri unicorn yang telah lama menunggunya.

Kelima orang kurcaci memanggil-manggil pangeran dari jauh sangat berisik. Mereka berlima mendamba bertemu pangeran milik putri unicorn, membawa hati mereka pada kepada tanggal 31 Desember, ya, hati mereka meledak-ledak seperti kembang api. Sedangkan Kenya.. Kenya hanya diam saja memegangi ipadnya di udara yang bertuliskan 'Novel'. Ya, supaya Novel bisa menemukan dengan mudah seperti orang biasa dilakukan di bandara.

Arumi dan Dennis telah menyiapkan satu kursi di samping Kenya untuk Novel, bahkan menarikan kursi itu supaya Novel bisa duduk dengan mudah. Yang ditarikan kursinya hanya duduk perlahan sambil meminta maaf, "Maaf kayaknya nggak bisa lama, cuma mau nganterin ini aja buat Kenya."

Enam sekawan kecuali putri unicorn tidak akan membiarkan bintang jatuh itu berlalu begitu saja. Enak saja, jawab dulu semua interogasi yang sudah dipersiapkan, baru boleh pergi. Sementara lagi-lagi berbeda dengan Kenya, seorang putri unicorn yang sedari tadi melompat-lompat di kursinya itu tidak sabar mendapatkan ponselnya kembali. Sudah banyak games yang menanti Kenya, games unicorn, games artis-artis Hollywood dan semua games lain levelnya sudah menempati high score luar biasa.

"Maaf, hp kamu nggak bisa dibenerin," hati Kenya kandas ke laut mendengar ucapan berbisa Novel. "Tadi aku udah tanya cuma katanya mesinnya rusak juga gara-gara keinjeknya kekerasan.."

Jika ini yang namanya patah hati karena laki-laki, Novel baru saja mematahkan hati Kenya menjadi tiga belas.

"Tapi aku beliin kamu hp yang baru. Sama kok modelnya, warnanya juga."

Novel mengeluarkan satu box mengkilau berisi hp baru Kenya, dia membukanya perlahan lalu mengeluarkannya untuk Kenya. Kemudian dengan sedih, Novel mengeluarkan bungkusan plastik lain dari kantong belanjaannya, berisikan sebuah bangkai ponsel Kenya yang tidak bisa ditolong bahkan dengan keajaiban.

"Sorry," bisik Novel pelan di samping Kenya. Terakhir Novel mengeluarkan bungkusan lagi dari kantong belanjaannya yang setara dengan kantong Santa Claus. Sebuah casing transparan bergambar ilustrasi pisang, semangka, nanas, jeruk dan beraneka buah-buahan. Novel fikir Kenya suka model itu dikarenakan bajunya kemarin dipenuhi buah-buahan.

"Wiiiw, fruity!" Kenya tidak mengambil ponsel lamanya yang rusak, tapi mengambil casing buah-buahan dari tangan Novel.

Menggunakan sepasang mata karamelnya, dia menyadari kaus merah muda bertuliskan 'unicorn' yang dikenakan putri unicorn. Novel ingin tertawa, lalu menyadari hal lain yakni tutu putih yang digunakan gadis itu, serta Daisy di atas kepala sang putri. Mungkin seharusnya dia membelikan casing unicorn? Atau yang warnanya pink? Hingga kemudian satu hal lainnya menarik perhatian Novel, lalu mendorongnya ke jurang rasa bersalah.

"Itu kakinya.. ouch!" Novel meringis memandang kaki Kenya yang berbalut perban. "It must be real pain in the ass. Sorry."

"Don't worry she is pain in the ass." Ucap Carlisa mengganggu ketulusan hati Novel.

Princess Kenya In LoveWhere stories live. Discover now