Without

3.1K 185 26
                                    

Vote duluuu~

"Jimin, kamu tau kan tanggal--",

"Bodo",

"Jimin, kamu harus--",

"O"

"Jimin, jangan jadi anak durhaka ya, suka ngebantah sama orang tua!."

"Ya gimana Jimin ga ngebantah? Ajaran Mami aja ga bener",

"Jimin! Mami ngelakuin ini cuman buat kamu!",

"Tapi kan ga gitu juga kali mi",

"Jim--"

"Jujur, Jimin lebih milih jadi gelandangan dari pada harus ngejatuhin orang demi diri sendiri",

Perkataan yang dilontarkan oleh Jimin sukses membuat wanita paruh baya di depannya ini terdiam.

Tok.. tok.. tok..

"Masuk", ucap Jimin.

Pintu besar berwarna cokelat tua itu terbuka perlahan, memperlihatkan sosok laki-laki paruh baya dengan setelan jasnya.

"Mi, kuy pulang. Papi pusing",

Sedangkan Ibu Jimin mengangguk dengan senyum manis di bibirnya--mengambil tas berwarna cokelat muda yang terletak pada meja kerja Jimin.

Jemari Ibu Jimin bergerak mengusap rambut Jimin--mengacaknya seperti tidak ada masalah di antara keduanya.

Jimin sempat menghindar tapi- gajadi.

"Hwaiting anak mami yang beruntung beriman ganteng panjang umur calon CEO,"

Ucap Mami Jimin dengan penekanan pada bagian 'CEO'.

Setelah itu Mami Jimin melangkahkan tungkainya meunuju luar ruangan, meninggalkan Jimin yang tengah menatap laptop hitam kesayangannya.

Mood Jimin hancur lagi setelah mengingat kenyataan pahit bahwa ujung-ujungnya dia akan berpisah dengan Hana. Dengan cepat Jimin menggelengkan kepalanya dan mengambil persegi hitam di kantongnya--menekan tulisan 'telepon' pada layar ponselnya.

Jimin menatap ponselnya, yang kemudian terpampang jelas wajah bantal khas Hana. Sontak Jimin terkekeh.

"Slamat siang malaikat quu", sapa Jimin.

Hana menatap Jimin datar, dengan rambut acak pun selimut setinggi dada. Jika saja Jimin ada di sebelah Hana, sudah pasti kepalan tangan Hana mendarat mulus pada kepala Jimin.

"Udah mau malem bodoh:)".

Jimin menolehkan kepalanya ke arah jendela satu-satunya pada ruangan, gelap. Yaiyala udah malam,-

"Eh iya, udah malem hehe",

"Astaga, bodoh sekali swamiqu ini:)",

Menatap layar ponsel yang memperlihatkan Hana dengan leher pun dada[bukan tete] dan selimut, terlintas satu hal pada pikiran Jimin,

"Udah makan obat?",

Hana mengerutkan keningnya, kemudian menggaruk kepalanya yang mungkin tidak gatal.

"Kamu belum beliin obatnya cinta, aduh goblok",

Jimin membelalakkan matanya, kemudian bangkit dari duduknya dan membereskan semua barangnya.

"Akhir-akhir ini, Jimin jadi pelupa ya guys. Wajarin aja",

Jimin ngakak sambil berjalan keluar dari persegi kantornya. Langkah terburu-buru dengan tas jinjing yang berisikan map dan laptop pada tangannya, menambah kesan kayak Oppa-Oppa kuriyah.

AeonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang